TS#57

1.2K 157 30
                                    

Bagian 57: Kesempatan

Tentang Senja...

Bagiku ini perjalanan panjang yang harus ku tempuh meski tubuh penuh luka dan jiwa yang trauma.
Aku harus mengejarmu sampai titik terakhir gelap yang menyingkirkan sinarmu.
Itu semua demi kehidupan bersamamu, Senja. Jika diberi kesempatan kedua, aku akan mendekapmu dengan erat, dan tak akan ku izinkan sesiapapun menyakitimu.
Karena aku ... Arrayyan, satu-satunya tentara yang bisa meluluhkanmu.

***

Suara tangis saling bersahutan ketika satu persatu teman dan sahabat Alsya datang untuk melayat. Tentu saja, Yura dan Hilya paling histeris ketika menghampiri peti yang tertutup rapi dibalut kain warna hijau. Untung saja suami mereka langsung menenangkan. Rayyan hanya diam ketika mereka menghampirinya. Tentu saja, tak ada yang mampu Rayyan katakan. Walau cukup tidak tega melihat sahabat terdekat Alsya tersebut, Rayyan tak bisa berbuat apapun. Mungkin kata penenang dan ucapan bela sungkawa dari merekapun untuk mereka sendiri, karena Rayyan juga mengerti rasa kehilangan yang mereka rasakan.

Semakin siang, pelayat semakin banyak yang datang. Banyak dari kolega dan teman Radit, Ayubi, dan Ameera. Ini lebih ramai dari yang melayat ketika Airin dan Nasywa meninggal karena memang dibatasi. Kali ini, mungkin semua orang tahu bahwa putri sulung dari Laksamana Madya Raditya meninggal dunia.

Dalam diam, Rayyan menatap satu persatu orang yang datang melayat. Banyak pejabat pemerintah dan TNI-Polri yang langsung menghampiri Ayubi atau Radit. Kemudian, ia juga melihat pemilik penerbit Elegi Publisher datang memakai pakaian serba hitam bersama dua orang yang pernah Rayyan lihat juga saat pertemuan di restoran. Namun, Rayyan juga melihat Luqman berjalan di belakang mereka seperti datang bersamaan.

Mereka menghampiri Radit dan Ameera terlebih dulu. Entah apa yang mereka bicarakan, namun Rayyan terfokus pada Luqman yang berjalan menghampiri peti dan berdiri diam memandangnya. Kemudian, tidak lama Hans, Fani, dan Doni menghampirinya. Mereka mungkin tidak melihat Rayyan yang sedang memperhatikannya. Rayyan jelas melihat ekspresi wajah mereka yang tidak terlihat sedih sama sekali. Entah bagaimana, Rayyan merasakan seperti itu. Rasa curiga pada Hans dulu dan Luqman sama sekali tidak hilang. Rayyan bahkan semakin penasaran ada hubungan apa di antara keduanya. Seingat Rayyan, Alsya juga pernah cerita sekilas bahwa Luqman yang mengenalkan Elegi Publisher padanya.

Setelah menghampiri peti, mereka langsung keluar. Ternyata benar, mereka tidak melihat Rayyan. Setelah memastikan mereka keluar, Rayyan menghampiri Ayubi karena dipanggil oleh ayahnya tadi. Setelah zuhur, Rayyan pun bersiap untuk ke tempat pemakaman. Ini keduanya kalinya Rayyan datang ke tempat yang sama untuk menghantarkan tubuh yang ia gendong sampai liang lahat. Sudah tidak terhitung lagi rasa sakit dan trauma yang akan ia ingat seumur hidupnya. Selagi doa setelah tubuh itu benar-benar ditimbun tanah, suara tangis kembali terdengar. Tadi, ia melihat teman-teman Alsya ikut ke pemakaman dan melihat prosesinya. Rayyan juga menoleh pada Ameera dan Anza yang juga ikut menangis, namun tanpa suara. Kemudian, menoleh lagi pada Kahfi dan Aziz yang ternyata mereka sedang melihatnya juga. Mereka kompak mengangguk dengan mata sendu. Rayyan mengerti maksudnya.

Setelah prosesi pemakaman selesai, semua keluarga kembali ke rumah Radit. Para pelayat yang mengantar pun juga sudah pulang. Tersisa keluarga inti saja yang berkumpul di ruang keluarga. Di luar di jaga ketat oleh ajudan Radit, Ayubi, dan Damar. Reza dan keluarganya tidak datang karena Radit yang meminta mereka agar tidak datang.

Tentang Senja [VERSI REVISI]Where stories live. Discover now