TS#58

1.3K 171 21
                                    

Bagian 58: Kembali, Tapi Tak Seperti Semula

Tentang Senja...

Aku tidak tahu kapan ini akan berakhir. Setiap hari seperti dihantam batu bertubi-tubi membuatku sangat lelah. Kamu memang kembali, tapi tak seperti semula. Entah aku harus merasakan apa. Sedih atau bahagia?

***

Ameera tersenyum melihat wajah pucat Alsya dengan matanya yang terpejam dalam tidur yang lelap. Bagi Ameera, Alsya adalah sebagian nafasnya. Ameera mungkin akan sangat hancur jika Alsya juga pergi meninggalkannya terlebih dulu. Walau Ameera sadar belum bisa menjadi ibu yang baik dan adil untuk Alsya, tak pernah nama Alsya luput dari doanya. Ameera sangat menyayangi Alsya, begitupun dengan Radit. Walau Alsya sudah dewasa, di mata Ameera, Alsya tetaplah seperti anak kecil yang menggemaskan. Tak terasa waktu cepat berlalu menjadikan gadis kecil yang ceria, tumbuh menjadi wanita dewasa yang membanggakan keluarga. Alsya laksana matahari fajar yang menghangatkan keluarga. Tanpa Alsya, keluarganya mungkin tidak akan banyak tertawa.

Tantangan terberat bagi Ameera dan Radit adalah mendidik kedua anak perempuan mereka. Menjaga kedua anaknya dari pergaulan bebas di luar, berteman dengan orang yang bisa menjerumuskan ke hal yang buruk, dan berkegiatan yang tidak bermanfaat. Namun, itu semua tidak terjadi. Radit dan Ameera berhasil mendidik mereka menjadi wanita yang mempunyai rasa malu, bertutur kata yang baik, berpakaian yang sopan menurut syariat, dan memperlakukan orang tua dengan baik. Ameera mengakui bahwa sikap Alsya jauh lebih baik dari adiknya, karena Anza mempunyai kekurangan dari segi emosinya. Entah sebabnya apa, kondisi emosi Anza tidak stabil ditambah Ameera selalu memanjakan dan jarang mengatakan Anza salah jika dia salah. Selalunya Ameera membela Anza dan mengatakan bahwa Anza tidak salah. Didikan antara Alsya dan Anza memang beda.

Seiring waktu, Ameera sadar bahwa dia yang bersalah karena kejadian 10 tahun yang lalu. Ameera berusaha menyembunyikan kejadian itu dari Anza maupun Alsya. Ia tidak mau kejadian itu terulang kembali. Namun, salahnya juga beberapa tahun kemudian Anza hampir membunuhnya kakaknya lagi.

Bukan Ameera bermaksud mengingat kejadian masa lalu. Tapi, karena melihat Alsya yang berbaring di atas ranjang rumah sakit membuat Ameera kembali dihantui rasa bersalah. Andai malam itu Ameera tidak berangkat lebih dulu, Ameera akan melindungi anak dan cucunya. Tapi, waktu tidak bisa diulang. Untuk saat ini Ameera lebih khawatir ketika Alsya bangun dan menanyakan anaknya, bagaimana Ameera menjawabnya?

Adzan Ashar berkumandang dari alarm jadwal shalat yang terpasang di ponsel Ameera. Karena dua hari lalu Alsya sudah dipindahkan ke ruang rawat inap yang di mana ada kamar mandi di dalam, Ameera tidak perlu ke musholla rumah sakit untuk mengambil wudhu. Ameera juga bisa langsung shalat di dalam ruang rawat Alsya sambil menunggu dan menjaganya. Sudah dua hari juga semenjak Alsya dipindahkan, Rayyan belum datang lagi karena tugas negara. Ameera lah yang menunggu, kadang bergantian dengan Anza.

Dalam sujud panjangnya, Ameera berdoa untuk keselamatan keluarganya. Permintaan Ameera pun tidak banyak. Ia hanya ingin keluarganya dilindungi dari orang-orang yang berniat jahat. Ia hanya ingin seluruh keluarganya baik-baik saja dan tidak ada korban nyawa lagi. Terutama untuk Radit, Rayyan, Ayubi, Damar, Kahfi, dan Aziz yang sedang berjuang. Semoga mereka selalu berada dalam lindungan-Nya.

Ameera mengusap wajahnya setelah membaca doa sapu jagat. Kemudian masih duduk di atas sajadah karena nyaman sambil memandangi cahaya matahari sore yang masuk melalui celah jendela.

"Mama..."

Ameera langsung menoleh melihat Alsya yang sudah bangun dan memanggilnya. Ini pertama kalinya Alsya mengucapkan sebuah kata setelah bangun dari masa kritisnya. Dua hari lalu juga, Alsya hanya diam dan memandangi Ameera. Sontak saja, Ameera langsung bangkit dan menghampiri tubuh Alsya.

Tentang Senja [VERSI REVISI]Where stories live. Discover now