TS#56

1.2K 159 29
                                    

Bagian 56: Di Penghujung Napas

Tentang Senja...

Bumi ini menangis karena kepergian mu, Senja. Tak bisa berharap lagi melihat dirimu esok hari karena sinarmu telah habis. Sesuatu yang indah memang hanya sesaat. Dan, aku hanya bisa memandang kepergianmu dengan seluruh rasa penyesalan terdalam. Di penghujung napasmu, aku pastikan seluruh hidupku telah hancur.

***


Seluruh ruangan di dalam rumah Ayubi begitu hening ketika suara tangis Ameera yang memenuhi ruangan tersebut. Isak tangis yang menyayat hati membuat Radit dan Ayubi hanya diam. Radit hanya bisa merangkul dan mengusap bahu istrinya untuk menenangkannya. Kemampuan bicaranya yang manis tak berguna di posisi saat ini. Karena Radit sama sedihnya, namun tak mau menampakan air mata di depan istrinya dan Ayubi. Radit tahu ujiannya tak lebih besar dari Ayubi yang kehilangan istrinya.

"Apa tidak ada cara untuk menyelamatkan Alsya? Sebagai ibu tak ikhlas rasanya kehilangan anak yang sudah dibesarkan sampai usia ini. Alsya adalah sumber kekuatan saya," ucap Ameera dengan nada tercekat karena menahan tangisnya.

"Ra, kamu tau kita sudah berusaha..." ucap Ayubi.

"Tapi, apa tidak ada cara lain?" tanya Ameera lagi memotong ucapan Ayubi.

"Meer, kita pikiran Alsya juga. Mas juga tidak mau kehilangan Alsya. Tapi, mungkin ini yang terbaik," ucap Radit.

Ameera kembali menangis. Akhirnya karena kondisi yang tidak baik, Radit berpamitan membawa Ameera pulang ke rumah. Tersisa Ayubi di rumah sendirian. Dalam keheningan, Ayubi masuk ke dalam kamar dan membuka kembali album foto pernikahan Rayyan dan Alsya di mana senyum merekah bahagia tanpa tahu senyum dan tawa mereka akan hilang di masa depan. Dan, di album ada banyak foto Airin juga. Walau pertemuan singkat dengan Airin yang membuatnya harus menunggu Airin menyelesaikan pendidikannya, Ayubi sangat mencintai istrinya itu. Hadirnya Airin adalah penyembuh dari patah hatinya yang ditolak oleh Ameera.

"Bu, Ayah masih kuat menghadapi ini. Kepergian ibu tidak akan membuat Ayah menyerah. Ayah mertuamu itu Mantan Danjen Kopassus. Anakmu juga adalah prajurit Kopassus. Ayah adalah Panglima tertinggi TNI. Bukankah seharusnya ayah yang punya kewenangan lebih besar? Dan, selama ayah belum menemukan pelakunya, mereka tidak akan bisa memecat ayah. Ayah sudah berjanji pada ibu, Rayyan, Radit, Ameera, dan Alsya bahwa ayah akan menyelesaikan ini apapun konsekuensinya. Doakan ayah ya, Bu. Dan... Ayah berharap Rayyan tidak kehilangan Alsya, seperti ayah kehilangan ibu."

Ayubi menutup buku album tersebut. Kemudian, beranjak mengambil seragam PDL nya. Hari ini ia sudah kuatkan tekad untuk melawan siapapun yang berani mengusik keluarganya. Seharusnya sebagai ksatria sejati, targetkan lah lawanmu, bukan orang-orang terdekat dari lawanmu. Itu menandakan bahwa orang-orang itu adalah pengecut.

Setelah memakai seragam PDL menampilkan pangkat bintang empat di kerah baju, kemudian memakai topi baret, dan memegang tongkat komando. Ayubi keluar dari dalam kamar. Salah satu ajudan menghampirinya.

"Kumpulkan semua petinggi Mabes TNI. Saya akan mengadakan rapat sore ini," ucap Ayubi pada ajudannya

"Siap!"

Sore itu, Ayubi benar-benar datang ke Mabes TNI. Semua petinggi sudah datang dan menunggunya di ruang rapat. Dengan ekspresi dinginnya, Ayubi tidak menghiraukan semua hormat dari bawahannya dan memilih langsung duduk di kursinya. Ayubi melirik mereka yang juga satu persatu mulai ikut duduk di kursi masing-masing.

"Saya tau banyak di antara kalian sudah bergabung dengan kode 4."

Mereka kompak menunduk dan saling lirik satu sama lain membuat Ayubi tersenyum miring.

Tentang Senja [VERSI REVISI]Where stories live. Discover now