TS#19

1.4K 144 13
                                    

Bagian 19: Raditya Fajar

Tentang Senja...

Ada bagian yang tidak selalu tentang aku yang mengagumimu. Ada kalanya sebuah konflik memberi warna pada perjalanan hidup kita. Tentang perbaikan hidup, masa lalu yang tidak boleh terulang, atau muncul kemarahan dari orang-orang yang tidak menyukai kita. Tapi, akan ada orang yang akan mendukung dan melindungi kita. Jadi, tetaplah bersinar, Senjaku.

_________________

                   Tak ada yang bisa membuat hati Radit terluka kecuali melihat putri sulungnya terluka lagi. Namun begitu, putri sulungnya masih harus mengalah pada adik semata wayangnya. Bagaimana bisa ada perempuan setegar putri sulungnya? Senja Alsya Assyfa memiliki arti perempuan senja yang mengobati. Bagi Radit, Alsya selalu menjadi obatnya di kala rindu dan lelahnya.

Rahang Radit mengeras melangkah pada salah satu kamar di lantai atas rumahnya. Didapati kamar itu yang sudah berantakan bak kapal pecah. Di sana Ameera masih memeluk Anza yang masih menangis. Langkah Radit berhenti di hadapan keduanya.

"Kamu lihat Alsya terluka, tapi kamu diam saja?" tanya Radit pada Ameera.

Anza melepaskan pelukannya dan menatap wajah Papanya.

"Papa lebih membela Kak Aca? Papa lihat," Anza menjulurkan telapak tangannya yang berdarah karena menggenggam kaca sebelum dilempar pada Alsya, "Anza lebih terluka."

"Papa tidak pernah mengajarkan kamu jadi kasar seperti ini, Anza. Alsya kakak kamu, seharusnya kamu lebih menghormati dia."

"Pa, jangan menyalahkan Anza. Semua ini salah Rayyan. Seharusnya dia bertanggung jawab atas kejadian ini," ujar Ameera.

"Saya tidak menyalahkan Anza, Ameera. Saya hanya ingin Anza lebih bisa menahan emosinya. Kita bisa bicarakan ini baik-baik. Kita bisa tanyakan langsung pada Rayyan," ujar Radit yang kemudian kedua matanya tepat menatap istri dan anaknya, "saya hanya tidak mau anak saya masuk rumah sakit lagi seperti kejadian 9 tahun yang lalu," lanjutnya.

Ameera maupun Anza terdiam. Mereka jadi ikut mengingat kejadian 9 tahun yang lalu, awal dari luka fisik Alsya.

"Saya hampir kehilangan Alsya pada waktu itu. Apa kalian ingat?"

Mata Radit berkaca-kaca. Sebisa mungkin ia tidak emosi. Tapi, dadanya benar-benar sesak. Ameera ikut menangis, merasa bersalah.

"Kenapa di rumah ini selalu membela Kak Aca? KENAPA?!" teriak Alsya. Pertahanan Anza luruh dan terduduk di lantai, kemudian jadi terisak di sana.

"Selama ini saya diam, Ameera. Saya tidak mau anak saya terluka lagi."

"Kenapa kamu pilih kasih, Mas? Di sini tentang Rayyan yang mengatakan mencintai Alsya yang buat Anza terluka. Kenapa jadi bawa-bawa masa lalu?"

"Perbuatan Anza yang membuat saya teringat itu lagi. Apa kamu benar-benar ingin Alsya pergi?"

Ameera semakin terisak. Ini pertama kalinya Radit terlihat serius dan emosi. Berkali-kali tangan Radit terkepal kuat supaya tidak ada nada tinggi yang keluar dari mulutnya. Itu tidak akan baik untuk Ameera maupun Anza.

"BERHENTI! KENAPA SEMUANYA LEBIH SAYANG KAK ACA?! KAK ACA YANG JAHAT! KAK ACA GAK MAU LIHAT AKU BAHAGIA! AKU BENCI KAK ACA!!!" teriak Anza sembari menutup telinganya. Ameera langsung memeluk Anza lagi. Beberapa kali Anza memberontak, tapi Ameera berhasil membuat Anza tenang kembali.

"Apa di saat seperti ini kamu masih tidak mau menolong Anza?" tanya Ameera pada Radit.

"Anak itu terlalu dimanja. Emosinya jadi tidak stabil. Saya akan panggilkan dokter untuk mengobati lukanya."

Tentang Senja [VERSI REVISI]Where stories live. Discover now