TS#14

1.3K 129 5
                                    

Bagian 14: Dua pria

Tentang Senja...

Hari ini tak nampak senyum di wajahmu. Aku merasakan ada awan mendung di matamu. Aku ingin sekali bertanya, apakah malam menyakitimu?

_____________________


                  Acara milad Airin—istri panglima tertinggi di tubuh TNI—berlangsung sederhana. Hanya mengundang keluarga dekat dan anak yatim piatu dari salah satu yayasan terdekat di wilayah sana. Acara berlangsung di rumah dinas Ayubi dengan penjagaan yang cukup ketat. Tak ada tamu kehormatan dan semacamnya, karena niatnya hanya syukuran atas bertambah umurnya. Kali ini si duo super sibuk, Kahfi dan Aziz, datang ke sana bersama orang tua mereka yang juga tidak kalah sibuk, Damar dan Azzahra. Tak lama Radit dan Ameera datang bersama Anza tanpa Alsya. Mereka langsung disambut senyum hangat dan ramah Airin dan Ayubi yang sedari dulu tetap sama. Ayubi, Azzahra, Radit, Ameera, Airin, dan Damar bersahabat sejak masih muda. Sebenarnya tidak lupa dengan Tedza dan Purnama. Tapi, semenjak Tedza ditugaskan di Kupang, mereka jadi jarang bertemu. Hanya sesekali saat lebaran idul Fitri. Persahabatan orang tua itu menurun ke anak-anak mereka. Kahfi sudah bagaikan Abang sulung bagi adik-adiknya, yaitu Alsya, Aziz, Rayyan, dan Anza. Mereka tumbuh bersama sedari kecil. Yang satu sakit, semuanya ikut merasakan. Semacam ada ikatan batin antara mereka berlima.

"Alsya mana, Ra? Gak ikut dateng?" tanya Airin pada Ameera ketika keluarga Radit itu baru datang dan tidak melihat Alsya di antara mereka.

"Ada urusan sebentar katanya. Nanti dia nyusul," jawab Ameera. Airin hanya beroh ria dan tak bertanya lagi. Lagipula gadis itu sudah dewasa, mungkin memang ada urusan yang tidak bisa ditinggal.

Radit dan Ayubi sudah memisahkan diri mengobrol bergabung dengan Damar dan beberapa pria seusianya yang tak lain adalah saudara-saudara dari Airin. Anza mengekori Ameera dan Airin yang berjalan ke arah dapur untuk membantu menyiapkan suguhan makanan. Di sana Ameera dan Anza memberikan hadiah yang disiapkan untuk Airin. Airin terlihat sangat senang.

"Kamu gabung di halaman belakang aja, Nza. Ada Rayyan, Kahfi, sama Aziz di sana," ucap Airin.

Anza tersenyum malu-malu. Ameera tahu yang dipikirkan putri bungsunya itu.

"Kalau gak ada Alsya, mana mau Anza gabung sama mereka, Rin," ucap Ameera yang menyenggol pelan lengan Anza. Ia tahu Anza malu pada Rayyan bukan pada Kahfi dan Aziz.

"Hahaha... Kamu kayak sama siapa saja pakai malu-malu segala."

"Kalau didekat Rayyan, rasanya jantung aku selalu berdebar. Pipi aku langsung blushing, Tante." Hanya Anza yang berani mengatakan itu di depan calon mertuanya. "Nanti aja, tunggu kak Aca."

"Atau bisa ke gazebo belakang ada Tante Zahra sama calon Aziz."

"Eh, beneran? Sekalian sama calonnya Kahfi?" tanya Ameera.

"Tau tuh anak satu, usia udah mau kepala tiga sama sekali belum ngenalin perempuan manapun. Ditanya lagi suka siapa sama Zahra, katanya gak ada. Kasian aja sama Aziz yang lebih mikirin kakaknya nikah dulu sampai nunda rencana pernikahannya."

"Kayak Kak Aca sama dokter Alshad dong, Tante?" tanya Anza dengan nada sindiran.

"Hus... Nza. Gak boleh gitu."

Tentang Senja [VERSI REVISI]Where stories live. Discover now