TS#37

1.3K 147 6
                                    

Bagian 37: Teringat

Tentang Senja...

Pernah ada bagian ketika aku berpikir untuk menyerah. Tapi, itu hanya pikiran saja dan aku tidak pernah melakukannya. Kini, aku memutuskan untuk berbalik arah. Tidak lagi mencoba menemuimu. Tenang saja, ini kulakukan bukan karena aku sangat kecewa. Cinta dan rindu akan tetap menjadi cinta dan rindu walau tidak pernah ada temu.

_____________

Alsya tahu bahwa jatuh cinta adalah fitrah dari Allah Ta'ala. Namun, ia takut rasa cintanya akan membinasakan dan melemparnya pada perbuatan dosa. Di usia hampir 27 tahun ini, Alsya ingin menikah. Namun, tak pernah terbesit dalam benaknya akan dicintai oleh sahabatnya sendiri. Hm, itu dulu. Tidak tahu kalau sekarang. Ingin sekali Alsya bertanya lagi apakah pria itu masih mencintainya atau tidak. Tapi, Alsya rasa kecewanya begitu besar. Kini biarlah Allah Ta'ala yang mengatur sesuai kuasa-Nya.                      

Dirinya hanya terdiam melihat Rayyan berbalik arah dan melangkah menjauhinya. Tanpa sapa, senyum, dan salam.

"Saya datang di waktu yang gak tepat, ya?" tanya Zain.

"Hm. Aku rasa iya, kak. Apalagi waktu kak Zain bilang sudah bertemu ayah dan ibunya Alsya, ekspresi Rayyan berubah," jawab Yura.

Alsya hanya menggelengkan kepala pelan, kemudian menepuk bahu Yura.

"Udah ah, jadi gak? Anza pasti udah nunggu di butiknya," ucap Alsya.

Yura dan Zain kompak saling pandang. Mereka merasa bersalah karena datang di waktu yang tidak tepat. Mereka melihat Rayyan hanya diam, kemudian langsung berbalik arah tanpa menyapa Alsya. Tidak tahu hubungan Alsya dan Rayyan seperti apa. Tapi, sepertinya sedang tidak baik. Kemudian, mereka pun mengekori Alsya yang lebih dulu berjalan menuju luar gedung. Sebenarnya, mereka datang selain karena pembukaan galeri, mereka ingin meminta izin juga untuk jalan-jalan. Yura ikut karena untuk menemani Alsya. Alsya ikut untuk menemani Zain dan Anza agar tidak hanya berdua. Sedangkan, Hilya memutuskan tidak ikut karena akan berkencan halal dengan suaminya.

Sekitar lima belas menit kemudian, mobil Zain berhenti di depan gedung bertuliskan Khanza's Boutique. Terlihat sosok perempuan pemilik butik tersebut sudah berdiri menunggu di luar. Zain keluar untuk membukakan pintu yang membuat Yura gemas. Bahkan memanasi Alsya yang jomblo akut.

Alsya melihat Anza diam ketika baru masuk mobil dan melihatnya bersama Yura duduk di kursi belakang.

"Hai, Anza. Gak apa-apa kan aku ikut?" sapa dan tanya Yura bernada ceria. Kemudian melirik Alsya yang hanya diam saja membuat suasana menjadi canggung.

"Gak apa-apa, Kak Yura. Dokter Zain udah bilang kok kalau dia mau ajak teman."

"Hehehe. Iya nih. Mungkin karena dulunya aku sama Alsya temannya Kak Alshad, jadi kami juga dianggap teman sama Kak Zain."

"Hm?"

Melihat ekspresi bingung Anza membuat Yura terkekeh pelan karena bingung juga akan bercerita atau tidak. Untung saja ada Zain yang menjelaskan pada Anza.

"Saya temannya Almarhum Alshad, Embun."

"Eh?" Yura dan Alsya saling pandang, kemudian kompak melihat ke arah Zain yang juga jadi diam mendengar nada terkejut Yura.

"Embun?" tanya Yura. Alsya hanya diam tapi penasaran juga kenapa Zain memanggil Anza dengan nama depannya. Itu seperti terdengarnya mereka ... sangat dekat.

Tentang Senja [VERSI REVISI]Where stories live. Discover now