TS#30

1.4K 150 5
                                    

Bagian 30: Buka Hati

Kehilangan orang terdekat memang menyakitkan. Apalagi kalau orang itu yang kita sayang dan cintai. Pasti rasanya seperti setengah atau seluruh dunia ikut hancur. Seperti yang dirasakan Embun Khanza Assyfa. Tak pernah terpikirkan sebelumnya kalau Dia akan pergi begitu cepat. Walau belum ditemukan jasadnya. Mungkin ini memang resikonya seperti dalam slogan Kopassus yang selalu menggetarkan jiwa yaitu Lebih Baik Pulang Nama daripada Gagal di Medan Tugas. Dikabarkan tugas mereka berhasil, hanya saja Dia tidak pulang bersama yang lain.

Namun, apakah karena kehilangan yang dicintainya boleh hampir merenggut nyawa kakaknya lagi? Ini ketiga kalinya. Bukankah seharusnya Alsya tidak pernah memaafkannya? Bukan hanya Anza yang kehilangan, tapi Alsya juga merasakan kehilangan. Walau ia tahu itu semua salahnya. Mungkin Rayyan tidak ingin kembali karena Alsya.

Alsya membuka matanya dan merasakan nyeri di lengan dan beberapa bagian tubuhnya. Kemudian, ia merasa lengan kirinya diperban cukup tebal, kepalanya juga diperban, dan ia lihat ada beberapa lebam di lengannya.

"Ca," panggil seseorang.

Suara lembut itu masuk melalui indera pendengaran Alsya. Ia menoleh melihat Ameera yang menghampirinya dari balik pintu berwarna cream itu. Bau obat juga masuk melalui indera penciumannya. Alsya menebak bahwa ia berada di rumah sakit.

Ameera datang langsung menggenggam tangannya yang dingin. Alsya ikut tercekat mendengar suara tangis Ameera yang berusaha ia tahan.

"Maafin Mama, Ca. Maafin Mama..."

Ameera menangis. Alsya hanya diam membiarkan Mamanya menangis di sampingnya. Entahlah, Alsya juga tidak ingin mengatakan apapun. Terlalu sakit jika diingat dan dirasakan. Tangis Ameera pun berhenti, namun genggaman tangannya lebih erat. Alsya merasakan kehangatan walau sempat tubuhnya kedinginan tadi.

"Kenapa Mama di sini?" tanya Alsya akhirnya.

Ameera belum menjawab. Ia tidak mengerti arah pertanyaan Alsya. Bukankah wajar jika Ameera berada di sampingnya yang sedang sakit?

"Anza lebih hancur. Seharusnya Mama temani dia. Aca baik-baik saja. Mama gak perlu khawatir," ucap Alsya. Nadanya tercekat seperti sulit keluar dari dalam tenggorokannya.

"Anza sudah ditemani Papa. Dia dirawat di rumah. Papa juga sering nengok kamu kok. Paling nanti sore Papa ke sini lagi."

Alsya terkekeh kecil mendengarnya. "Mama juga pulang aja. Anza lebih butuh Mama."

"Ca..."

Sebenarnya Alsya ingin sekali menangis mengingat segala luka dan kesakitan yang ia terima selama ini lebih besar berasal dari keluarganya. Tidak, bukan karena Alsya nakal atau manja. Namun..., entahlah. Alsya juga tidak tahu penyebabnya.

"Kamu sudah tidak butuh Mama dan Papa? Apa kamu tidak tau kalau Mama anak yatim piatu? Kamu mau seperti Mama?"

Alsya terdiam. Ternyata, Mamanya salah paham. Bagaimana caranya mengatakan bahwa Alsya membutuhkan mereka berdua? Bagaimana caranya Alsya mengatakan bahwa ia sangat kesakitan? Bagaimana caranya mengatakan bahwa Anza jahat padanya dan Alsya membencinya? Bagaimana caranya Alsya juga mengatakan bahwa ia juga sangat kehilangan Rayyan? Siapa di sini yang paling merasa bersalah atas kepergian Rayyan kalau bukan Alsya? Sebelum Rayyan pergi, Rayyan bertemu dengannya. Jadi, ia penyebab Rayyan pergi dan tidak mau kembali. Bagaimana caranya mengatakan semua itu?

"Alsya, jawab Mama. Jangan dipendam sendirian terus. Kamu punya Mama dan Papa. Kamu bisa bicara dan cerita pada kami."

"Aca mau sendiri, Ma. Tolong tinggalin Aca sendiri. Bitte..."

Tentang Senja [VERSI REVISI]Onde histórias criam vida. Descubra agora