TS#45

1.4K 157 9
                                    

Bagian 45: Pindah Rumah

Tentang Senja...

Maaf karena telah menarikmu ke dalam duniaku. Dunia yang pernah kamu hindari dan tidak kamu inginkan. Kini, kamu benar-benar masuk ke dalamnya menjadi pendamping dari seorang prajurit yang tidak sempurna ini. Senja, harus kamu tahu bahwa kamu adalah rumahku. Aku tak bisa menjanjikan akan selalu ada, namun aku berjanji akan memberikan kehidupan yang bahagia di dalam rumah kita.

***

Bagi Alsya, menjadi seorang istri tidaklah mudah. Ada banyak hal yang perlu dipelajari untuk menjadi istri yang baik dan berbakti pada suami. Namun, di hari ketiga menjadi istri dari Arrayyan Ihsan Alfakhri, Alsya malah tidak bisa menjadi istri yang baik. Setelah akad kemarin dan tidur cukup larut karena mengobrol dulu dengan Rayyan, Alsya ketiduran setelah salat subuh. Ia baru sadar ketika bangun dan waktu menunjukkan pukul 6.45 pagi. Seharusnya Alsya bangun lebih pagi untuk menyiapkan segala keperluan suaminya. Lihatlah sekarang, Rayyan bahkan tidak terlihat di rumah, entah ke mana. Dan, Alsya menyesal karena kesiangan.

Setelah mandi lagi tadi, Alsya berpakaian dan tak lupa memakai hijabnya.  Kemudian, ia turun ke lantai bawah. Suasana rumah cukup sepi karena tak mendengar suara Radit, Ameera, Anza, dan Rayyan.

"Papa, Mama, Anza, dan Rayyan ke mana ya, Bi?" tanya Alsya pada Bi Mirah. Saat itu hanya ada dua pegawai/asisten rumah tangga dan satu security yang berjaga di rumah pribadi Radit. Sedangkan, beberapa ajudan berjaga di rumah dinasnya. Mereka berjaga di rumah pribadi, jika Radit dan Ameera menginap.

"Bapak sama Ibu udah pergi dari pagi, Non. Katanya ada urusan. Terus Non Anza udah ke butik. Kalau Den Rayyan lagi olahraga. Namanya apa tuh, Non? Ah iya, jogging," jawab Bi Mirah.

"Oh..." Alsya hanya beroh-ria. Tidak bertanya juga ada urusan apa papa dan mamanya pagi-pagi, ditambah Anza juga sudah ke butik. Biasanya jam 7 atau 8 pagi jadwal Anza berangkat ke butiknya.

"Non Aca, kenapa kesiangan? Harusnya istri bangun lebih dulu buat siapin keperluan suami."

"Hm... iya, aku ngaku salah. Aku ketiduran setelah salat subuh tadi. Rayyan juga kenapa gak bangunin aku."

Bi Mirah tertawa kecil. "Gak apa-apa, Non. Dimaklumin kok. Den Rayyan juga pasti ngerti kalau Non Aca kelelahan karena acara kemarin."

Alsya mengangguk pelan. Kemudian, terdengar suara dari arah belakangnya.

"Ca," panggil Rayyan dari arah belakang. Alsya menoleh pada Rayyan yang ternyata baru selesai olahraga, itu bisa dilihat dari pakaiannya yang memakai celana training abu-abu panjang dan kaus oblong warna hitam yang menegaskan bentuk tubuhnya, tak lupa wajahnya yang berkeringat.

Alsya langsung tersenyum lebar, kemudian menghampiri suaminya itu.

"Ada Pakde Samin tuh. Katanya mau beli bubur gak?" ucap Rayyan ketika Alsya tiba di hadapannya. Kemudian memandang Alsya bingung ketika istrinya itu tersenyum lebih lebar lagi.

"Hah? Ah, Aca kangen banget sama buburnya Pakde Samin," ucapnya.

Alsya langsung berlari kecil ke arah luar meninggalkan Rayyan yang masih terlihat bingung. Padahal hanya bubur, kenapa reaksi bahagia begitu?

"Bibi juga mau beli, Den," ucap Bi Mirah yang diikuti Bi Kokom. Rayyan melihat itu jadi menggelengkan kepala tak mengerti kenapa mereka begitu bersemangat mendengar Pakde Samin.

Di sisi lain, Alsya berlari menghampiri Pakde Samin dan gerobaknya yang berada di depan gerbang rumah. Ia melihat Pak Eman—security rumah Radit—sedang makan bubur juga di depan pos jaganya.

Tentang Senja [VERSI REVISI]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt