TS#47

1.3K 153 16
                                    

Bagian 47: Rumah

Tentang Senja...

Kamu adalah rumah tempatku untuk pulang setelah berjuang di dunia yang sementara ini. Kamu adalah sumber senyum dan bahagiaku. Semoga aku bisa terus bersamamu untuk membuat surga kita. Doaku tetap sama yaitu berjodoh di dunia dan di surga nanti.

***

Menikah dengan orang dicintai ternyata sebahagia ini. Apalagi bebas melakukan apapun ketika sudah terikat akad pernikahan. Memang benar yang Rayyan baca di buku dan postingan media sosial bahwa lebih bahagia berpacaran setelah menikah. Berpegangan tangan, menatap wajah, bahkan memeluknya tidak menjadi dosa, bahkan menjadi pahala. Apalagi Rayyan dan Alsya sama-sama tidak pernah berpacaran dengan orang lain. Jadilah, mereka melampiaskan rasa cinta pada pasangan halal.

Rayyan tersenyum ketika melihat Alsya yang sedang menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. Tanpa bicara, Rayyan segera menghampirinya kemudian memeluknya dari belakang. Rayyan terkekeh pelan ketika Alsya bereaksi terkejut. Padahal seharusnya Alsya tahu siapa yang memeluknya tanpa permisi, kalau bukan suaminya. Ya, Alsya masih belum terbiasa. Rayyan maklumi. Cepat atau lambat nanti juga terbiasa.

Dagu Rayyan di bahu kiri Alsya. Kedua tangannya melingkar memeluk pinggang Alsya. Belum lagi menghirup aroma bunga mawar dari tubuh Alsya membuat Rayyan teringat peristiwa beberapa malam terakhir. Ya, mereka sedang program mempunyai anak. Masing-masing dari mereka memang tidak ingin menunda, karena usia Alsya tiga tahun ke depan sudah genap kepala tiga.

"Ca, kenapa kamu setiap hari makin cantik sih?"

Alsya terkekeh pelan. Sebenarnya sedikit terganggu karena Rayyan memeluknya. Padahal ia sedang menyiapkan makanan untuk sarapan.

"Udah lepas, Mas. Tiap hari gombal mulu."

"Nggak. Sebentar lagi."

Alsya menghela napas dan mengangguk pelan. "Oke, lima menit ya."

"Sepuluh menit."

"Kita harus sarapan. Mas juga harus berangkat kerja. Nanti dimarahi komandan kalau telat."

Rayyan tertawa. Kemudian melepaskan pelukannya, dan Alsya pun berbalik sampai Rayyan bisa menatap wajah cantik istrinya. Setelah itu kedua tangan kekar Rayyan menangkupkan kedua pipi chubby Alsya. Kulit Alsya yang putih seketika langsung memerah. Rayyan tersenyum sambil matanya terus memandangi wajah Alsya.

Kemudian, kepala Rayyan sedikit dimiringkan sambil mendekat ke arah wajah Alsya. Rayyan kembali tersenyum ketika kedua mata Alsya terpejam. Namun, aktivitasnya terhenti ketika Alsya membuka pejaman matanya karena mendengar suara dering ponselnya. Refleks Alsya memundurkan langkah, kemudian tanpa berkata apapun segera berlari kecil menuju kamar. Rayyan masih berdiri di tempat, kemudian menggaruk tengkuknya karena merasakan debaran jantungnya yang cukup kencang.

Tak lama Alsya kembali. Ia menunduk ketika melihat Rayyan yang sudah duduk di kursi makan. Ia pun menghampiri dan duduk di depan suaminya yang dibatasi oleh meja makan.

"Siapa yang telfon?" tanya Rayyan akhirnya. Ia berusaha memutus kecanggungan mereka.

"Hm?" Alsya mengangkat wajahnya melihat Rayyan, "Anza yang telfon," jawabnya.

Tentang Senja [VERSI REVISI]Where stories live. Discover now