TS#43

1.4K 168 14
                                    

Bagian 43: Akad dan Serangan Pertama

Tentang Senja...

Pintaku akhirnya dikabulkan.
Aku tidak menyesal pernah meminta yang terbaik dan menyebutkan namamu di setiap doaku. Kini menjadi tugasku membahagiakanmu. Dan, kamu jangan menyesal ya menerimaku sebagai suamimu.

***

                    

                     

Hari-hari berikutnya, Rayyan dan Alsya disibukkan dengan mempersiapkan pernikahan mereka. Dimulai dari memesan baju pengantin, berdiskusi dengan WO tentang konsep dan kateringnya, dan beberapa hal lain. Cukup lelah, namun tidak sabar hari itu tiba.

Rayyan telah menceritakan tentang pimpinan Elegi Publisher kepada Radit. Ternyata Radit mengenalnya karena Hans pemilik dari salah satu perusahaan yang bekerja sama dengan perusahaan milik Raka. Namun, Radit tidak tahu kalau Hans juga memiliki perusahaan penerbitan. Dari sana Rayyan akhirnya mau tidak mau mempercayai kalau kemarin hanya kewaspadaan dan kecurigaannya saja yang terlalu berlebihan. Namun begitu, tetap saja Rayyan akan terus waspada. Apalagi ini tentang menjaga Alsya dan kepercayaan Radit padanya benar-benar dipertaruhkan.

Hari pun terlewati cukup cepat. Di hari yang cerah namun tidak panas, salah satu masjid terdekat dari rumah pribadi Raditya cukup ramai karena acara resepsi pernikahan Rayyan dan Alsya akan dilaksanakan. Hari Jumat yang berkah akan dilaksanakan akad, besoknya resepsi yang akan diadakan di gedung karena mengundang banyak orang.

Rayyan beberapa kali menarik napas untuk menetralkan detak jantungnya. Ia tidak menyangka semuanya begitu cepat. Dalam hitungan beberapa jam lagi, Alsya akan sah menjadi istrinya.

Kini Rayyan telah duduk di atas karpet masjid dengan meja kecil dan sebuah mic di depannya. Di hadapannya juga ada Radit, pihak KUA, dan Ayubi. Ia menoleh ke samping kanannya, ada Damar, Kahfi, dan Aziz. Salah dari dua mereka yang akan menjadi saksi. Sebelum duduk di sana, ia melihat keluarga besarnya dan Alsya sudah duduk berkumpul agak jauh di belakangnya. Ia juga melihat Alsya dengan memakai gaun putih dan ditemani oleh Ameera dan Anza. Di sampingnya juga ada Hilya dan Yura. Dilihat dari jauh pun Rayyan yakin Alsya sangat cantik hari ini.

Prosesi pun dimulai. Sebelum akad, Rayyan membaca surah Ar-Rahman terlebih dahulu sebagai salah satu mahar yang diminta Alsya. Radit dan beberapa orang di sana pun membuka Al-Qur'an.

Rayyan menenangkan hatinya. Matanya sedikit terpejam dan menarik napas.

"A'udzubillahiminasyationirrajiim. Bissmillahirrahmaanirrahiim...
Arrahmaan..."

Suara Rayyan mengalun dengan merdu dan indah. Ayat-ayat Al-Qur'an yang sudah memiliki arti yang indah pun jadi bertambah indah saat seseorang membacakannya dengan khusuk dan penuh kecintaannya pada Al-Qur'an.

Beberapa orang di sana bahkan menitikan air mata mendengar suara indah Rayyan yang tidak pernah diketahui mereka selama ini. Alsya pun begitu terharu sampai ikut menitikkan air mata juga. Ia merasa beruntung akan menjadi istri dari seorang suami yang pandai mengaji, baik akhlak, dan bertanggung jawab. Di samping Alsya, Anza terus mengusap punggung tangan Alsya untuk menenangkan kakaknya.

"Kak Aca beruntung," bisik Anza.

Alsya menoleh pada adiknya. "Kamu udah ikhlas, Nza?"

"Aku ikhlas, Kak. Aku bahagia lihat kak Aca hari ini. Semoga aku bisa bersanding dengan pria baik seperti Rayyan."

"Hm. Kamu harus dapat yang lebih baik."

"Aamiin..."

Alsya tersenyum pada Anza. Ia tahu ini juga berat untuk Anza yang harus merelakan pria yang pernah dicintainya untuk kakaknya sendiri. Walau ia mengatakan sudah ikhlas, tapi tetap saja rasanya tidak mudah melupakan perasaan suka sejak lama. Tapi, Alsya yakin adiknya itu sekarang menyukai Zain.

Tentang Senja [VERSI REVISI]Where stories live. Discover now