TS#55

1.1K 150 29
                                    

Bagian 55: Tak Sanggup Melepaskan

Tentang Senja...

Ikhlas memang mudah diucapkan, namun sulit diterapkan. Mulut mengatakan ikhlas, namun hati sangat berat menerima kenyataan. Aku tak akan pernah ikhlas jika kamu pergi lebih dulu. Demi Allah... Jika bisa menggantikan posisimu, sudah lama aku minta itu kepada-Nya.

***

Menapaki jejak kehidupan tak akan bisa selamanya. Manusia yang hidup diberi pilihan, yaitu hidup mulia atau mati syahid. Hidup mulia bisa diartikan menaati dan menjalan perintah-Nya sebagaimana seorang muslim menjalankan ibadah. Dan, mati syahid bisa diartikan mati ketika berada di jalan-Nya. Semua manusia pasti mendambakan hidup mulia dan mati dalam keadaan syahid dan Husnul khatimah. Itu adalah tingkat tertinggi dan tujuan akhir dari manusia yang diberikan kesempatan hidup di dunia. Sudah dibilang hidup itu perjalanan. Di setiap perjalanan pasti ada tujuan akhir, yaitu kembali kepada-Nya dalam keadaan baik.

Terlahir dari keluarga militer, Rayyan tak kekurangan pelajaran akhlak dan agama. Dari keluarga ayah dan ibunya memiliki pandangan bahwa pendidikan akhlak dan agama yang paling utama. Azka dan Ayubi yang pernah berada di titik paling tinggi jabatan pun tak pernah melupakan bahwa apa yang dicapai oleh mereka bukan hanya berdasarkan kerja keras, melainkan ridho dari-Nya.

Banyak yang bilang, berada di titik tertinggi posisi dan jabatan, apalagi di dalam pemerintahan, pasti akan tergiur dengan harta dan kecurangan. Ya, masyarakat sudah banyak yang tahu bahwa yang terjun dalam pemerintahan hanyalah berdasarkan politik. Dan, biasanya politik di Indonesia tercoreng karena permainan kotornya.

Seperti saat ini, Rayyan menonton berita dari ponselnya yang mengabarkan bahwa beberapa prajurit yang tewas karena 'baku tembak' dengan polisi di jalan tol sudah selesai diotopsi dan dipulangkan untuk dimakamkan. Polisi masih menyelidiki. Padahal pelaku sudah jelas. Banyak wartawan pun yang meliput ke tempat kejadian dan mengatakan beberapa kejanggalan. Namun, wartawan tersebut malah diperiksa oleh kepolisian juga. Yang bikin aneh lagi, mabes TNI seakan-akan bungkam. Bisa dibayangkan, Ayahnya berjuang sendirian.

Inilah perwujudan dari politik tersebut. Orang yang sekiranya akan mengancam posisi orang yang berkuasa karena mengetahui kebusukannya, akan diincar habis-habisan. Dan, Rayyan ingin tahu sampai mana mereka bertindak. Kini, tak ada yang ditakutinya lagi. Jikalau nanti ia celaka dan sampai meninggal, ia sudah siap.

Rayyan sampai di rumah pribadi ayahnya. Beberapa penjaga mengatakan bahwa ada Radit dan Ameera di ruang keluarga. Rayyan berjalan pelan, beberapa langkah menuju ruang keluarga, ia mendengar obrolan mereka dari balik tembok.

"Mungkin tidak sekarang mereka memecat saya, karena keadaan sedang kacau. Mata masyarakat sedang tertuju pada pemerintah, kepolisian, dan TNI. Jika tiba-tiba saya dipecat, semua akan menduga bahwa pihak TNI yang salah. Tapi, saya menduga bahwa pemecatan saya akan dilakukan dalam waktu dekat setelah semua mereda."

Itu suara Ayubi. Rayyan dengar suaranya sedikit gemetar, tapi tidak gentar. Rayyan yakin ayahnya akan kuat dan tetap pasang badan untuk melindungi keluarganya.

"Saya juga dengar bahwa saya akan dipecat juga. Prajurit yang terbunuh adalah bawahan saya. Mereka ingin memecat saya untuk membungkam agar saya tidak bersuara dan memberi kesaksian. Sekarang pun kita tidak berdaya karena hampir semua petinggi sudah masuk lingkaran kekuasaan kode 4."

Suara Radit membuat Rayyan semakin terdiam. Ia kira sudah cukup membunuh istri dan cucu dari panglima, ternyata mereka menghancurkan keluarganya.

Tentang Senja [VERSI REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang