Chapter 23 | Pelaku Dan Bertemu Sean

Start from the beginning
                                    

Auristela hanya menatap heran dua pria di sebrang sana yang sedang asik berbisik. Namun Sean dan Albert terlihat serius. Auristela juga melihat Sean yang sedang memaki maki Albert. Pria itu terlihat kesal dengan Albert.

Sebenarnya ada apa?

"Untuk apa kau membawa wanita itu lagi?!" bentak Sean. Bentakkannya tidak terdengar keras malah sebaliknya. Pelan, bentakan Sean pelan. Tetapi bentakkan itu terdengar sangat tajam. Pelan dan tajam.

"Aish! Aku tidak punya waktu lagi!"

"Bodoh!" Jari telunjuk Sean langsung menoyor kepala Albert. "Lain kali pikirkan semuanya terlebih dahulu!" omel Sean. Albert hanya memasang wajah tidak peduli. Toh Auristela tidak berbahaya.

"Ada apa ini?" tanya Auristela menghampiri Sean dan Albert. Kedua pria itu langsung mengalihkan perhatiaan. Sean membelakangi Auristela, sedangkan Albert menghadap Auristela.

Tidak ada yang menjawab pertanyaan Auristela. Dan pada akhirnya Auristela mengganti pertanyaannya. "Tempat yang indah. Milik kalian?"

Rumah berukuran kecil yang dikelilingin rerumputan hijau dan juga ladang bunga yang bermekaran. Sangat terlihat indah dan nyaman. Auristela benar-benar menyukain tempat ini. Tapi kenapa Sean bisa berada di sini? Tempat apa ini?

"Tidak. Ini bukan milik kami. Tadinya Sean ingin membelinya, namun sepertinya tidak jadi," jawab Albert. Tidak jadi? Kenapa? Tempat ini benar-benar seperti surga yang ada di dunia. "Kenapa tidak jadi? Bukannya tempat ini benar-benar indah?" heran Auristela. Kalau dirinya jadi Sean, sudah pasti Auristela akan membeli rumah indah ini! "Tadinya seperti itu. Mungkin sekarang tidak," balas Albert. Auristela mengernyitkan dahinya. Memang bisa seperti itu? Bukannya tempat ini masih terlihat indah?

Dering ponsel Auristela berbunyi. Nama Xavion tertulis di layar ponselnya. Itu panggilan telepon dari Xavion. Astaga kenapa ia bisa melupakan pria malang itu?

'Kau ada di mana Auristela? Apa pria berngsek yang menusukku itu membawamu pergi?' tanya Xavion.

"Tidak. A—aku akan segera kembali!" Auristela langsung menutup sambungan teleponnya. Duh bagaimana ini? Auristela tidak mungkin bilang kalau Albert adalah pelakunya kepada Xavion. Auristela tidak mau Albert terlibat masalah.

"Kau kenapa?" tanya Albert.

"Aku harus kembali." Auristela mengusap mukanya gusar. Tanpa disadari Auristela, Sean melihat luka di pergelangan tangan Auristela. Luka itu memerah. "Tanganmu...." Ucapan Sean langsung direspon oleh Auristela. Auristela langsung menutupi lukanya.

"Kenapa itu?" Sean kembali bertanya.

"Tidak apa-apa," jawab Auristela cepat. Ini semua salah Albert! Sialan! Tadi lukanya sudah sedikit mendingan, tetapi pria keparat itu menarik tangannya dengan kencang.

Sadar dengan tatapan membunuh dari Auristela, Albert langsung meminta maaf atas ulahnya. "Maafkan aku karena terlalu keras menarik tanganmu." Albert menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia benar-benar merasa bersalah pada Auristela.

Sean yang mendengar ucapan Albert langsung memberikan tatapan tajam nan menusuk kepada Albert. Tatapan tajam itu terhenti saat ponsel Auristela berdering dan berbunyi kembali. Dari Xavion lagi. Bagaimana ini?

"Mari aku antar kau pulang," ajak Sean. Albert yang mendengarnya langsung tercengang. Tidak! Ini berbahaya untuk Sean. "Tidak Sean. Kau aka—" Ucapannya terputus saat tangan kanan Sean terangkat. Albert tahu maksud dari tanda itu. Sean tidak mau dibantah! "Aku akan menghantarmu pulang. Tapi apa pria yang terluka itu ada di rumahmu?" Auristela mnggelengkan kepalanya. Xavion sedang dirumah sakit. Pria itu tadi mengirim pesan padanya.

Arco Iris | TAMATWhere stories live. Discover now