Epiolog

13.4K 305 25
                                    

~A Thousand Years~

Christina Perri

.

.

.

'Bahagia ketika bersama orang yang tepat hingga kekurangan di depan mata pun terlihat begitu sempurna.'
____________________

Enam tahun kemudian....

NEW YORK CITY—Mansion kediaman Sean dan Auristela.

Kepulangan Sean disambut pelukan hangat dari bocah laki-laki berumur lima tahun, yang tak lain dan tak bukan adalah anak pertamanya dengan Auristela. Alderad Eliot Kennard adalah anak pertama Sean dan Auristela. Matanya berwarna biru laut seperti mata Auristela. Rambutnya coklat keemasan.

Alderad langsung memeluk erat tubuh sang ayah. Tidak lupa, Sean ikut menyambut pelukan sang putra. "Daddy!" heboh Alderad.

Auristela berjalan menghampiri Sean, sembari menuntun anak keduanya dan menggendong anak ketiganya. Apollo Arco Kennard dan Aphrodit Artenis Iris Kennard adalah anak kembar dari Sean dan Auristela. Sean mengambil alih Aphrodit dari gendongan Auristela. Sean menggendong Aphrodit, dan menciumi pipi putrinya yang masih berusia tiga tahun itu. "Kau tidak merindukan Daddy, princess?" tanya Sean pada Aphrodit. Aphrodit hanya tertawa kecil dan melihatkan beberapa gigi mungilnya.

Sean menurunkan Aphrodit, namun Aphrodit menolaknya. Tangan mungilnya memegangi kerah kemeja Sean dengan kuat. "Dia begitu merindukanmu," kekeh Auristela. Apollo hanya memandangi Sean. Dibanding kedua saudaranya, Apollo lah yang paling pendiam. Matanya mengikuti sang ayah yang berwarna hijau, begitupun sifa pendiamnya dan sifat dinginnya. Apollo akan tumbuh menjadi pria yang dingin.

"Daddy membawakan pesanan robotmu, dan beberapa mainan yang lainnya. Auristela, bisa kau ambilkan mainannya di tasku?"

"Ya, tentu saja!"

"Bagaimana dengan milikku?!" heboh Alderad. Alderad tumbuh menjadi bocah yang aktif dan manja. Sifat Alderad berada ditengah tengah antara sifar Apollo dan Aphrodit. Apollo lebih terkesan diam dan Aphrodit lebih terkesan manja terutama pada Sean.

"Tentu saja Daddy tidak melupakannya! Punyamu ada di dalam tas Daddy." Alderad langsung menyusul Apollo yang sedang mengambil mainan. Melihat kedua kakaknya sibuk dengan mainan, membuat Aphrodit kepo. Aphrodit minta diturunkan dari gendongan Sean, dan segera berjalan pelan ke arah Alderad dan Apollo.

Auristela menghampiri Sean, lalu memeluk tubuh suaminya itu. Sudah seminggu lebih Sean keluar kota untuk pekerjaan, dan sekarang baru bisa kembali. "Kau tidak merindukanku?" tanya Auristela sedikit menggoda. Sean mencium pipi dan kening Auristela. Wajahnya ia dekatkan ke telinga Auristela. "Kau lah yang paling aku rindukan dari siapa pun itu," bisik Sean menggoda.

Sean dan Auristela memperhatikan ketiga putra putrinya. Dulu saat pertama kali Auristela memberi tahu Sean kalau dirinya hamil, Sean tidak menyukai kabar itu. Sean menjadi cuek dan jarang pulang selama seminggu. Auristela bisa mengetahui alasannya saat pria itu mabuk. Pagi harinya Auristela mengajak Sean untuk berbicara.

Sean memiliki trauma. Bukannya tidak senang akan memiliki seorang anak. Sean takut akan menjadi ayah yang buruk. Sean takut suatu saat nanti dirinya terlalu keras pada anak anaknya. Sean tidak mau anak anaknya mengalami apa yang dialaminya saat kecil dulu. Kekerasan. Sean tidak mau anak anaknya mengalami kekerasan dari ayahnya sendiri.

"Mau pergi makan malam? Sudah lama kita tida menghabiskan waktu berdua," ujar Sean. Senyuman hangat terbentuk di bibir Auristela. Auristela masih tidak menyangka kalau dirinya sudah menjadi istri sekaligus seorang ibu. "Lalu bagaimana dengan ketiga anak anakmu? Membawanya ikut?!" heran Auristela.

Arco Iris | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang