Chapter 9 | Bukan Mimpi?

9.9K 475 11
                                    

~Ready To Run~

One Direction

.

.

.

'Seandainya ada matahari yang membawanya lari dalam kegelapan. Ia tidak ingin tersesat dalam kegelapan. Namun sepertinya terlambat. Ia sudah berada dalam kegelapan yang pekat dan nyata.'
_______________


Seperti hari-hari biasa yang membosankan. Bangun dari tidur, mandi, sarapan, dan berkeliling mansion. Hidup Auristela benar-benar terasa monoton. Rasanya seperti hidup dalam kesepian. Hanya sendiri tidak ada siapa-siapa. Menyebalkan!

Tapi mau bagaimana lagi?

Athena juga sudah tidak ada di mansion ini. Entah kemana si pirang itu pergi. Enak sekali hidup Athena. Bisa berkeliaran kesana kemari sesuka hati. Beda dengannya.

Sudahlah, tidak seharusnya Auristela membanding bandingkan dirinya sendiri dengan orang lain. Seharusnya Auristela tetap bersyukur. Hidup yang sudah di berikan tuhan harus ia nikmati sekalipun dunia terasa kacau.

Namun pagi ini berbeda dari pagi sebelumnya. Pagi ini Auristela benar-benar melihat mata tajam berwarna hijau yang telah hilang selama seminggu lebih. Kilatan di mata hijau itu benar-benar tidak bisa Auristela abaikan. Mata hijau itu memusatkan seluruh perhatiannya.

 Mata hijau itu memusatkan seluruh perhatiannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mata itu menyihir Auristela.

Auristela masih menatap kilatan mata hijau milik Sean. Pemilik mata itu berdiri di bawah terik sinar matahari yang cerah. Sepertinya pria itu tidak mengetahui kehadiran Auristela. Atau mungkin memang sengaja mengabaikan kehadiran Auristela.

Mata hijau itu menatap lurus ke depan dengan tajam. Bibir Sean juga tersenyum kecil. Namun bukan senyum biasa. Dalam senyumnya itu seperti ada kekejaman yang nyata. Terlihat mengerikan, namun tetap terlihat menawan dengan wajah tampannya.

Sean hampir sempurna.

Banyak orang yang mengatakan kalau di dunia ini tidak ada orang yang sempurna. Tapi sayangnya semua perkataan itu salah. Ada yang sempurna di dunia ini. Sean. Sean adalah orang yang sempurna.

"Kenapa kau memandangiku?" tanya Sean tanpa mengubah arah pandangnya. Auristela terkejut. Aish. Ternyata Sean memang sudah mengetahui kehadiran Auristela. Pria itu benar-benar terlihar tenang, namun peka.

Sean sadar akan sekitar.

"Kapan kau kembali? Bagaimana dengan pekerjaan mu di Landon?" tanya Auristela.

Kenapa Auristela merasa biasa saja saat Sean sudah ada bersamanya? Namun saat Sean tidak ada bersamanya, pikiran Auristela di penuhi oleh pria itu. Aneh. Apa maksud dari semua ini?!

Arco Iris | TAMATWhere stories live. Discover now