Chapter 21 | Luka, Lebam Dan Demi Sean

6.2K 308 12
                                    

~All The Kids Are Depressed~

Jeremy Zucker
.

.

.

'Senyum seperti caranya untuk membalas sebuah luka yang diberikan oleh semua orang yang sudah menyakitinya.'

_______________

Auristela berjalan dengan kaki yang sedikit tertatih tatih. Kedatangannya disambut senyum miris dari sang ibu—Angela. Rasanya Angela ingin menangis melihat putri cantiknya memiliki banyak luka memar. Bahkan Angela bisa melihat bekas bercak darah di telapak tangan putrinya.

Seharusnya Auristela tidak seperti ini. Seharusnya Auristela menikmati masa mudanya. Namun mau bagaimana lagi? Keadaan yang membuat harus Auristela seperti ini. Jika Auristela lemah, maka Doverr dan yang lainnya bisa terancam. Itu bahaya.

"Sudahlah Mom! Tidak usah menatapku seperti itu. Aku masih hidup!" Angela tidak mempedulikan ucapan putrinya. Angela lebih memilih membantu Auristela berjalan. "Sudah aku bilang tidak usah," ucap Auristela kesal. "Baiklah terserah kau!" Angela langsung menghempaskan paksa lengan Auristela dari pundaknya. Auristela terkekeh geli melihat kekesalan ibunya.

Auristela berjalan menuju kamarnya. Sesampainya, Auristela langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Auristela berdiri di bawah guyuran air shower. Rintikan air keluar dari shower, membasahi tubuhnya. Warna air yang tadinya jernih, kini mengalir menjadi warna merah darah. Auristela menikmati rintikan air sekaligus rasa perihnya. Akhirnya Auristela selesai setelah lima belas menit lamanya berada di bawah guyuran shower.

"Biar Mommy obati lukamu ya," ujar Angela saat matanya melihat Auristela sedang berjalan menuruni anak tangga. Auristela hanya membalas ucapan ibunya dengan senyuman. Lelah. Rasanya sangat lelah. Lelah tersenyum. Kadang rasanya Auristela ingin berhenti tersenyum. Namun, ia tidak bisa. Senyum seperti caranya untuk membalas sebuah luka yang diberikan oleh semua orang yang sudah menyakitinya.

 Senyum seperti caranya untuk membalas sebuah luka yang diberikan oleh semua orang yang sudah menyakitinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Senyum adalah obat untuknya.

Terdengar tidak masuk akal bukan? Tapi nyatanya seperti itu. Auristela hanya bisa tersenyum walau terluka atau sedang tidak merasa baik-baik saja. Auristela hanya berharap semuanya akan baik-baik saja meski dirinya tidak tahu apa yang nanti akan terjadi.

"Awh!" rintih Auristela saat jari jemari Angela melepaskan kain putih yang melilit kencang pada pergelangan lengannya. "Apakah sangat sakit?" tanya Angela merasa bersalah. Angela takut kalau dirinya menyakiti Auristela.

"Astaga, kau tidak boleh lemah Bella!" tegas Dover. Auristela hanya tersenyum manis mendengar ucapan Dover. Auristela tidak terlalu memusingkan perkataan Dover. Auristela sudah paham dengan segala perkataan, sifat, dan kebiasaan sang ayah. Auristela memaklumi hal itu.

Arco Iris | TAMATWhere stories live. Discover now