Prolog

29.5K 1.3K 16
                                    

~Just The Way You Are~

Bruno Mars

.

.

.

______________________

New York - Amerika Serikat

Seorang pria dengan setelan kemeja rapih berdiri menatap sebuah gedung di hadapanya. Kakinya mulai melangkah masuk. Setiap langkah yang diambilnya penuh dengan ketegasan. Kehadirannya disambut dengan dentuman musik yang keras. Tatapan memuja dari para wanita pun ia dapatkan saat melangkah masuk lebih dalam.

Langkahnya terhenti untuk mengambil segelas wine. Mendengar dentuman musik yang keras membuat dirinya terbawa suasana. Langsung saja ia turun dan berjalan menuju Dance Floor .

Tubuhnya ikut bergoyang mengikuti irama musik. Tubuhnya mulai mengenai orang lain di sekitar. Tak sedikit wanita yang sengaja mendekatkan tubuh padanya. Bergesakan pada pusat intinya—sengaja menggoda.

"Kau datang Sean?"

Mendengar ada yang bertanya, Sean langsung membalikan badannya menghadap seseorang yang tadi bertanya padanya. Di sana ada Alberto Serrano. Satu-satunya seseorang yang sangat dekat padanya. Satu-satunya seseorang yang ia percaya, walaupun masih ada keraguaan dalam kepercayaannya.

"Kenapa tidak? Lagi pula pesta mu cukup hebat, Albert."

"Ada anggota yang lain di sana. Kau mau ikut?" tanya Albert. Tangannya menepuk pelan pundak Sean.

Sean mengangguk dan mengikuti langkah Albert. Melihat Albert datang bersama Sean, membuat semua orang yang sedang duduk di sofa langsung berdiri dan menundukan kepala penuh hormat.

Sean langsung duduk dan bergabung. Melihat Sean sudah duduk, mereka langsung kembali duduk. Albert langsung membuka pembicaraan, namun Sean tidak teralu jelas mendengar apa yag sedang Albert bicarakan.

Matanya terlalu fokus melihat seseorang wanita yang sedang meminum segelas minuman yang diberikan pria di samping wanita itu. Atau mungkin lebih tepatnya dipaksa untuk minum.

"Sean kau mau wine?" tanya Albert

Sean tidak menjawab ucapan Albert, namun tangannya langsung mengambil segelas wine dari seorang pelayan yang melintas. Sambil meneguk wine, matanya terus fokus memperhatikan wanita itu.

Dan benar saja. Wanita itu mulai hilng kesadaran. Dengan perlahan dan pasti, pria itu membawa wanita tersebut pergi. Pria itu mulai melangkah melewati Sean yang sedang menatapnya. Tepat saat melewati, tangan pria itu langsung di tahan oleh Sean.

"Berikan wanita itu padaku," ucap Sean dingin.

Albert dan yang lainnya langsung terdiam memperhatikan Sean. Suasna terasa mencekram. Tegang dan mematikan. "Apa maksudmu?" Tanya pria itu. Inilah yang Sean benci. Apa masih kurang jelas perkataannya tadi?

"Berikan wanita itu padaku!" ulangnya. Pria itu langsung tertawa, sedangkan Sean menanggapinya dengan sntai.

Dengan tenang Sean menyenderkan tubuhnya ke sofa. Tangannya langsung mengambil pistol di belakang tubuhnya. Pria itu pun langsung terkejut dan menghentikan tawanya. Sean tersenyum sinis. Dengan santai, tangannya terus memutar putrkan pistol yang ada di genggamannya.

 Dengan santai, tangannya terus memutar putrkan pistol yang ada di genggamannya

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

'DOR, DOR, DOR.'

Suara tembakan pistol menggema. Bukan. Suara itu bukan berasal dari pistol Sean. Tapi dari pistol lain yang mengenai pria itu.

'Shit!' umpat Sean dalam hati.

Semua pengunjung pesta langsung berlarian kesana kemari mencari perlindungan. Suara teriakan di mana-mana, disusul dengan suara pistol yang beradu. Keadaan menjadi gaduh dan kacau.

Mata tajam Sean mencari cari pelaku penembakan. Ternyata memang benar dugaannya tentang pesta yang sudah dihadiri oleh musuhnya. Semakin lama suara tembakan malah semakin terdengar. Sean harus melawan!

"Berapa jumlah kita di pesta ini?" tanya Sean.

"Sekitar dua ratus orang sepertinya," jawab Albert.

"Baiklah, kita akan melawan mereka. Saat aku mulai menembak, kalian langsung menyereng." perintah Sean.

Sean keluar dari persembunyiannya dan mulai menarik pelatuk pistol—menyerang. Saat Sean sudah menarik pelatuk, kini girilan Albert dan yang lainnya yang beraksi. Kegaduhan semakin parah saat Sean balas menyerang.

Ia tidak bisa fokus. Wanita yang bersamanya sedang dalam keadaan mabuk. Saat keadaan mulai mereda, Sean langsung pergi menuju lantai dua sembari membawa wanita yang sedang bersamanya. Melihat kepergian Sean, Albert dibuat bingung.

"Sean kau ingin kemana?!" Tidak menjawab. Sean terus berjalan menjauh.

Sesampainya di lantai dua, Sean langsung mengambil tali tambang yang tergantung. Cepat, ia langsung ikatkan tali tersebut ke salah satu besi penyanga. Merasa ikatannya sudah cukup kuat, Sean langsung memeluk erat wanita yang bersamanya.

Saat ingin terjun kebawah, dress wanita itu tersangkut paku. Tidak menghiraukan dress wanita itu, Sean langsung terjun ke bawah.

Setelah mendarat dengan selamat, Sean terdiam. Tadi saat ia terjun, matanya terus menatap mata wanita itu. Biru cerah bagai laut, itulah bola mata yang menghipnotisnya.

"Mengapa kau terdiam? Dan kenapa kau menatapku seperti itu? Apakah aku cantik?" ujar wanita itu sembari terkekeh pelan.

Saat ingin menjawab pertanyaan wanita itu, suara Albert terdengar di telinga Sean.

"Sean! Cepat masuk!" ucap Albert.

____________________

Semoga suka sama awalannya~

Bintangnya jangan lupa dipencet [*]

tinggalkan komen, saran dan keritiknya.😻

SORRY FOR TYPO ☺

Arco Iris | TAMATWo Geschichten leben. Entdecke jetzt