Chapter 7 | Terasa separuh

9.9K 520 2
                                    

~Half A Heart~

One Direction

.

.

.

'Sungguh ia sudah tersesat. Tanpa Sean ia hanya separuh.'

_______________

Athena berhasil membuat Auristela kembali kesal. Pasalnya wanita pirang itu terus terusan mengganggu dirinya. Selalu memanggil namanya, tetapi tak kunjung berbicara saat Auristela menanggapi. Menjengkelkan!

Sepertinya Auristela harus berjaga jarak dengan wanita pirang yang satu ini. Lebih baik ia pergi ke kamarnya saja agar Athena berhenti mengganggunya.

Namun setiap Auristela melangkah, Athena juga ikut melangkah. Biarlah wanita pirang itu mengikutinya. Biarkan dia melakukan apa pun sesukannya. Auristela tidak akan memperdulikannya lagi.

Pintu kamar langsung Auristela tutup cepat agar Athena tidak ikut masuk. Astaga! Ia jadi agak takut dengan Athena karena selalu mengikutinya. Athena masih normal bukan? Wanita itu tidak akan menakuti atau menyakitinya bukan?

Sialan! Athena membuat dirinya menjadi parno!

Auristela mendengar ketukan pintu. Ketukan pintu itu berasal dari pintu kamarnya. Dan sepertinya pelaku dari ketukan pintu itu adalah Athena. Sialan! Pirang itu ingin apa sih?! Auristela semakin kesal pada Athena.

"Berhenti mengganggu dan mengikutiku!" tegas Auristela.

"Aku tidak mengikuti mu," jawab Athena tanpa dosa.

Lalu apa artinya ini? Jelas-jelas Athena mengikuti Auristela! Sinting!

"Jangan ganggu aku!" titah Auristela.

"Aku hanya ingin meminta maaf! Maafkan aku atas kejadian kemarin-kemarin." Mendengar ucapan permohonan maaf dari Athena membuat Auristela mengernyitkan alisnya bingung. Athena meminta maaf? Itu hanya akan terjadi dalam mimpi. Athena bukan tipe wanita yang mudah mengakui sebuah kesalahan.

"Kau sehat pirang?" tanya Auristela memastikan.

"Sebenarnya Albert yang menyuruhku untuk meminta maaf. Tetapi aku tulus meminta maaf padamu. Lagi pula, kau tidak punya salah padaku dan aku tak seharusnya membenci dirimu. Mungkin memang benar apa kata Albert. Mungkin berdamai tidaklah merugikan," jelas Athena.

Auristela membuka pintu kamarnya. Mata birunya melihat Athena yang sedang tersenyum manis di depan pintu kamarnya. Senyum yang di berikan Athena itu tulus. Sepertinya Athena benar-benar ingin meminta maaf.

"Mungkin memang benar, berdamai tidaklah merugikan. Baiklah lupakan pertemuan pertama kita yang buruk itu. Kita bisa memulainya kembali dengan baik-baik. Kita bisa menjadi teman bukan?" Auristela tersenyum. Dalam hidupnya, Auristela sama sekali tidak ingin memiliki seorang musuh. Auristela tidak mau orang lain membencinya atau pun dirinya yang membenci orang lain. Rasa benci dan dendam hanya bisa menghancurkan. Auristela tidak menginginkan hal tersebut. Auristela ingin perdamaian.

Setelah berdamai dengan Athena, Auristela kembali masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat. Athena juga ikut beristirahat, namun wanita itu tidak beristirahat bersama Auristela. Athena beristirahat di kamar bawah, tepatnya di bawahnya kamar Auristela.

Saat memejamkan matanya, pikiran Auristela langsung di penuhi kembali oleh Sean. Sial! Kenapa harus Sean? Bisakah Sean tidak mengganggu waktu istirahatnya? Kenapa selama Sean pergi bersama Albert pikiran Auristela selalu teringat pada Sean? Apa pria itu bai-baik saja? Auristela takut ini sebuah firasat buruk yang nantinya akan menimpah Sean. Jangan sampai hal itu terjadi!

Arco Iris | TAMATWhere stories live. Discover now