Chapter 5 | Alasan

13.5K 685 11
                                    

~It's You~

Zayn Malik

.

.

.

'Hidup tidak usah di ambil pusing. Cukup nikmati. Kau tidak tau akan mati kapan, jadi nikmati saja sebelum kau mati.'

_______________

Sinar matahari terpancar melalui sela-sela jendela kamar Auristela. Matanya mulai terbuka perlahan. Tubuhnya merasa sedikit kurang enak. Apa karena bermain hujan kemarin? Mungkin saja.

Mendengar kata hujan, pikiran Auristela langsung tertuju pada Sean. Perkataan Sean kemarin membuatnya benar-benar malu. Kenapa Sean selalu bisa membuatnya malu? Sepertinya Auristela harus jauh-jauh dari pria itu. Namun memikirkannya kembali saja membuat pipinya merona.

Dan sekarang ia flu!

Sebaiknya Auristela membersihkan diri terlebih dahulu, lalu turun untuk sarapan agar tubuhnya sedikit membaik.

Setelah selesai dan rapih, Auristela langsung turun ke bawah untuk sarapan. Mata Auristela langsung tertuju kepada Sean. Pria itu sedang sarapan dengan tenang. Dan entah kenapa suasana menjadi mencekram kala Sean diam tak bersuara.

"Sean...." Auristela sudah tidak tahan dengan suasana mencekram nan sunyi ini. Mau tidak mau ia harus membuka pembicaraan.

Sayangnya Sean tidak menjawab panggilan Auristela. Sean masih fokus dengan makanannya dan membuat Auristela semakin bingung.

"Sean...." Auristela mencoba memanggil Sean lagi dengan suara pelan. Semoga saja Sean menjawab panggilannya.

Sama. Sean tidak menjawabnya, tetapi pria itu menatap Auristela tajam dengan sepasang mata hazel miliknya. Auristela langsung terpanah dengan mata itu, tapi ia juga merasa gugup. Mata hijau itu menakutkan sekaligus menaklukan.

"Ada apa?" akhirnya Sean berbicara walau terdengar dingin. Namun itu lebih baik dari pada pria itu terdiam.

"Tidak. Tida jadi." Auristela jadi merasa gugup sekaligus ragu. Memang sebaiknya ia menghabiskan sarapannya, lalu kembali ke kamar dan beristirahat agar ia kembali sehat, dan setelah itu pergi dari sini.

'Hacim'

Auristela langsung menutup mulut berserta hidungnya saat bersin. Auristela merasa kalau hidungnya mengeluar ingus. Astaga bagaimana ini? Kalau ia membuka telapak tangannya ia akan benar-benar malu.

"Kau baik baik saja?" tanya Sean.

Auristela langsung menjwab dengan tangan yang masih memegangi hidung dan mulutnya, "Ya aku baik-baik saja." Auristela menganguk anggukan kepalanya untuk memberitahu Sean kalau dirinya baik-baik saja.

Kalau ia menghisap kembali ingusnya itu sama saja memalukan. Sebaiknya ia menyudahi sarapannya dan langsung pergi ke kamar mandi. Itu ide yang sangat cerdas!

Paham dengan apa yang terjadi pada Auristela, Sean langsung mengambil tisu, lalu memberikannya pada Auristela tepat saat wanita itu ingin pergi ke kamar mandi. Sean bukan tipe pria yang tidak peka. Sean sangat amat paham dengan apa yang ada di sekitarnya.

Namun tisu yang diberikan Sean tak kunjung Auristela ambil. Masalahnya lengan Auristelas edang sibuk menutupi hidung dan mulutnya.

"Ambil tisunya Auristela."

"Tidak!"

"Tidak usah malu. Aku sudah tau ada apa di balik jari-jari tanganmu itu," dingin Sean. Tidak ada nada mengejek dari suaranya. Pria itu seperti tidak peduli dengan apa yang disembunyikan oleh Auristela.

Arco Iris | TAMATWhere stories live. Discover now