Chapter 38 | Spanyol

3.7K 161 0
                                    

~Sola~

Luis Fonsi

.

.

.

'Percaya dengan hati, sama saja dengan ketololan.'
________________

'________________

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

'Spanyol.'

Ucapan Sean terus terngiang di kepala Auristela. Kenapa Sean membawanya ke Spanyol? Sedari tadi, saat pesawat sudah mengudra, Auristela tidak bisa mengalihkan pikirannya dari Spanyol dan Sean. Negeri matador dan Sean terasa menghapus semua yang ada di pikiran Auristela.

Namun pada akhirnya Auristela merasa lelah. Seperti ada yang menyihirnya, Auristela tertidur begitu saja, masuk kedalam alam mimpi yang penuh imajinasi.

Perjalanan masih tersisa lima jam untuk sampai di Spanyol atau lebih tepatnya Madrid. Sean memandangi wajah Auristela yang sedang tertidur pulas. Terlihat menenangkan dan damai. Sean memberikan selimut tebal ke tubuh Auristela. Menjaga agar Auristela tidak kedinginan.

Setelah menyelimuti tubuh Auristela, Sean kembali ke bangkunya. Pria itu masih berpikir tentang kejadian tadi. Dalam lubuk hatinya, Sean ragu dengan kebenaran data tentang Auristela. Tapi Sean sudah tidak pernah mendengarkan apa kata hatinya. Ia lebih percaya terhadap logikannya. Percaya dengan hati, sama saja dengan ketololan. Dan secara logika, Auristela tidak mungkin berhubungan dengan DSG.

Wanita itu tidak terlalu ahli dalam hal tembak menembak. Tidak ahli dalam menangani musuh. Dan terlalu lemah untuk tahu tentang dunia gelap. Lagi pula jika Auristela ada sangkut pautnya dengan DSG, kenapa Auristela tidak langsung menghabisi drinya? Jika ia mati, maka kekuasaan terbesar pasti akan jatuh di tangan DSG. Itu menurut logika Sean.

Tapi hatinya berkata lain. Auristela cukup ahli dalam hal tembak menembak. Bukankah saat itu Auristela berlatih menembak bersamanya? Wanita itu cukup ahli dalam menghindari sesuatu yang merugikannya. Dan Auristela tidak terlalu lemah untuk seorang yang masuk ke dalam dunia gelap. Bukankah wanita itu berteman baik dengan Xavion?

Auristela seperti sudah terlatih.

Memikirkan kemungkinan-kemungkinan itu membuat kepala Sean pening. Lebih baik ia istirahat dulu. Tubuhnya sudah terasa sangat lelah. Sean harus mengisi tenaganya setelah terkuras habis karena terpakai membangun pasar di Mexico.

Perlahan matanya mulai terpejam. Kesadarannya hilang menghempas ke udara. Lalu Sean muali jatuh kedalam alam mimpi yang gelap tak bercahaya.

* * * *

* * * *

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Arco Iris | TAMATWhere stories live. Discover now