Chapter 74 | AKHIR

4.9K 184 0
                                    

~Kings And Queens~

Ava Max

.

.

.

'Katakan padanya kalau aku selalu mencintainya sepenuh hati dan jiwaku.'
___________________

Xavion memberi kode kepada Katy. Katy mengangguk kecil, lalu berjalan mensejajarkan posisinya pada Xavion. "Posisi!" teriak Katy. Anggota The Reaper langsung menodongkan senjata mereka kepada anggota Dangerous Secret Group, dan begitupun sebaliknya. Keadaan semakin memanas.

"Wow!" kagum Dover. Katy menodongkan pistolnya kepada Dover. Auristela balik menodongkan pistolnya kepada Katy, lalu Xavion menodongkan pistolnya kepada Auristela, sedangkan Sean menodongkan pistolnya kepada Xavion dari kejahuan.

"Aku kira kau sahabat sejatiku, Xavi...." pilu Auristela.

Xavion tersenyum kecut. Tangannya yang menggenggam pistol ia turunkan. Xavion mengusap usap wajahnya frustrasi. Matanya menatap Auristela penuh kesedihan. "Semuanya bisa berubah. Kau wanita lugu, Aurist. Semua yang datang padamu, kau anggap baik. Termasuk aku," ujar Xavion dingin.

"Maaf."

'DOORR.'

Bertepatan dengan kata maaf dari Xavion, suara tembakan menggema. Auristela mematung. Kakinya menjadi lemas hingga tak kuat menahan beban tubuhnya. Auristela terduduk. Kepalanya tertunduk. Air mata keluar dari matanya dengan deras. Kegaduhan yang sedang terjadi terasa angin lalu. Pendengarannya terasa samar-samar. Hanya deru napasnya yang terdengar dengan jelas. Mulut dan tenggorokannya terasa kering. Dingin. Seketika semuanya menjadi samar-samar.

Auristela merangkak menuju tubuh Dover yang tumbang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Auristela merangkak menuju tubuh Dover yang tumbang. Tangannya menggenggam erat tangan sang ayah. Kedua tangan mereka sama-sama sedingin ice. Auristela mengecup ngecup tangan Dover sambil terus menangis. Tangisan Auristela sudah tidak bisa dibendung lagi.

"Daddy...." paraunya.

Kedua bola mata Dover menatap Auristela hangat. Satu tangannya mengelus wajah Auristela lembut. "Yang kau katakan sebelumnya benar, Bella. Kita tidak tahu kapan kematian menjemput. Dan ini akhirnya," ujar Dover lemah. Tangisan Auristela semakin kencang. Tidak, tidak! Auristela tidak bisa kehilangan Dover.

Walau Dover terkesan keras padanya, tapi rasa cinta dan sayang Auristela begitu besar pada sang ayah. Dover adalah orang pertama yang membuat Auristela merasa hidup. Dover selalu ada sebagai sosok ayah sejak ia lahir. Dover begitu bearti bagi Auristela.

Ingatan kebersamaan dengan Auristela dan Angela muncul di dalam kepala Dover. Dover tersenyum hangat saat ingatan masa lalunya muncul. Ingatan kebersamaan putri kecilnya, bersama Auristela kecil. Menggendong tubuh mungil Auristela saat baru terlahir ke dunia. Mengajari Auristela berjalan untuk pertama kalinya. Menghapus air mata Auristela setiap wanita itu menangis. Mengantar Auristela ke sekolah untuk pertama kalinya. Dover tidak menyangka Auristelanya sudah besar. Auristelanya sudah menjadi wanita yang mandiri. Menjadi wanita yang berani, kuat, pintar, dan pantang menyerah. Apa tugas Dover sudah selesai untuk menemani putrinya? Apa ini saatnya untuk pergi? Kenapa terasa singkat?

Arco Iris | TAMATWhere stories live. Discover now