38

647 33 2
                                    

Setiap kali sunyi itu datang
Setiap kali perih itu hadir
Setiap kali beban ini bertambah
Setiap kali pikiran ini berkecamuk
Setiap kali itu pula
Aku berharap
Seseorang
Tolong
Bantu aku lepas dari perasaan ini


#

sebagai seorang pria, gio adalah sosok berengsek yang tidak akan pernah mengirim pesan pada pacarnya sekalipun kalau bukan hal yang penting. bagi gio akan lebih baik apabila dibicarakan secara langsung dan saling bertatap wajah. semua akan terlihat lebih jelas terlebih mimik wajah yang bisa di baca apakah seorang yang menjadi lawan bicaranya serius atau sedang menutupi sesuatu.

namun entah kenapa kali ini gio merasa gelisah padahal baru satu menit yang lalu pesan itu belum di balas ana. kekasihnya

memang sebelumnya durasi paling lama ana membalas pesannya adalah 1 jam dan itu memang karena ana sedang sibuk dan tak sedang menggunakan ponselnya. gio juga tak terlalu keberatan di tambah gio memang tau apa yang menjadi kesibukan ana pada saat itu.

tetapi sekarang. bukan durasi 1 menitnya ana tak membalas pesan gio yang membuat gio gelisah. namun rasa sesak di dada yang menghujam perasaan gio sampai gio tak pernah berhenti berpikir bahwa terjadi sesuatu yang buruk pada ana. memang sangat tidak logis jika hanya di alasankan dengan keterlambatan ana membalas pesan yang sebelumnya begitu antusias. tapi sekarang rasanya berbeda.

tak sabar dengan segala pemikiran yang mulai merambat berantakan. gio langsung menelefon ana. hal pertama kali yang ia lakukan. tidak ada sambungan bahkan suara diseberang sana menjelaskan bahwa no ana tidak aktif.

bersyukur gio mengetahui no telepon rumah ana dengan cepat dan tak sabaran gio menelefon sambil gelisah mondar mandir karena juga teleponnya tak di terima. dua kali gio mencoba sampai pada ke empat kalinya panggilan gio masuk. langsung saja tanpa basa basi gio bertanya. "bii ana dirumah kan?" jawaban kebingungan dari bibi pun membuat gio tepat pada rasa takut yang dilevel atas.

"lah. bukannya non ana lagi sama nak gio?"

gio mengambil jaket nya dan mengambil kunci mobil dari lemari. kali ini entah kenapa gio perlukan.
gio menuju kerumah dina. sangat sial mengingat dia tak pernah mempunyai no telp dina. meski dia ingat saat perkenalan dina pernah menyebutkan alamatnya. hal yang sepele dan bahkan sudah sangat lama. tapi beruntung gio punya ingatan dan insting yang baik. meski ada rasa tidak yakin saat menuju kesana tapi gio masih berharap paling tidak ana disana karena cuma dina teman yang ia miliki.

keadaan yg baik atau buruk karena tepat berhenti di rumah dina. gio mendapati dina sedang baru ingin masuk kerumah setelah membuang sampah.

"din.!!!" panggil gio masih panik

sedikit terkejut dengan kedatangan gio, dina langsung menghampiri gio "knapa yo"

"ana disini kan ? dia sama lo kan ?" tanya gio cepat dengan wajah penuh harap dengan jawaban dina seperti apa yang di inginkannya

"enggak yo. ana gapernah nginap dirumah gue. dia selalu bilang lebih baik pulang" jelas dina "emangnya knapa ? ana dimana?" tanya dina lagi

"gue juga gatau. tadi gue telfon kerumahnya dan krang rumah malah mikir kalau ana lagi sama gue"

"knapa bisa gitu sih? lo udah coba telpon ana? "

GIO(Lengkap)Where stories live. Discover now