35

709 36 3
                                    

Lama tak berjumpa :)

Pertama aku mau nanya dulu.

Apasih yang kalian lakukan saat kalian merindukan orang yang udh ga sedunia sama kalian lagi ?

Apa berlarut dalam duka itu hal yang salah ?

Happy reading gyus

_Gio Pov_


Dia bukan cinta pertama ku. Sebelumnya, aku pernah mencintai wanita lain.
Kupikir dia takdirku namun akhirnya kusadari bahwa dia tak lain dari sebuah kesalahan tentang perasaan yang pernah singgah.

Aku bukan pria yang pandai berkata kata. Bahkan untuk sekedar menunjukkan ekspresi saja sulit bagi ku. Demikian saat ini. Saat aku bersama ana. Pacarku. Wanita yang ku cintai saat ini. Dan aku harap perasaan ini tidak akan mudah. Atau semua akan berakhir dengan alasan itu atau alasan kedua dimana mungkin apabila dia meninggalkan dan mengakhiri hubungan kami.

Pertengkaran kami kemarin membuat ku sulit untuk fokus bahkan hanya untuk sekedar berjalan ke dalam kelas. Ditambah denga tidur tak nyenyak semalam. Saat aku melangkahkan kaki ku ke dalam kelas dan menanyakan keberadaan ana pada sahabatnya, dina. Seketika kepala ku hendak pecah saat menderngar jawabannya. "Ana gamasuk. Tadi sih katanya lewat telfon. Dia sakit. Sekalian deh nitip bikinin surat" jelas dina

Tentu saja aku sadar ana pasti tidak masuk sekolah hari ini bukan karna sakit. Aku menyadari sikap moody nya dan langsung menyimpulkan bahwa alasan ana sebenarnya mungkin karena ana sedang tidak ingin bertemu dengan ku saat ini.

Mungkin ana memikir kali ini aku akan diam menyikapinya. Sialan. Aku sudah tidak marah lagi dan bahkan sudah berjanji tak akan membentaknya lagi. Dan sekarang dia ingin menyiksa ku. Apa dia tak tau? Bahkan sekarang aku sudah kerindukannya.

"Din. Kalau begitu lo buatin surat gue juga. Blg aja gue sakit atau apa kek. Asal gak kena covid aja. Oke ?" Jelas ku pada dina dan langsung melangkah kan kakiku mutar balik ke arah luar kelas. Luar sekolah. Tanpa mengindahkan sahutan dina yang kebingungan.

Aku langsung kelancong ke parkiran mengendarai motor ku dan langsung meleset keluar gerbang tanpa mengubris pak satpam dan guru piket yang memanggil ku.

Aku harus menemui ana.

#

Ana terkejut bukan main saat mendapati orang yang di hadapannya saat ini. Yang beberapa saat lalu mengetuk pintu dengan tak sabarannya.

"Sakit apa lo ?" Tanya gio sebagai sambutan pertama

Ana hanya diam menunduk takut melihat wajah gio apalagi menatap matanya. 

"Gue nanya" ulang gio lagi berbicara ketika tak ada sahutan dari ana.

"Gu.. gue ga knapa napa kok"  icit ana dengan nada pelan namun masih bsa terdengar oleh gio

" trus knapa lo ga masuk sekolah hari ini ? Ngindarin gue ?" Gio menuntun dan memojokkan ana dengan pertanyaan pertanyaannya dan kali ini berhasil membungkam ana.

"Enggak kok" ana mencoba mengelak namun ekspresinya jelas menunjukkan kegugupan pertanda hohong

"Jadi kenapa ?" Tanya gio lagi

Ana terdiam dan seketika dia punya ide di otaknya. "Ahh. Iyah ana lupa ngerjain tugas. Iyah tugas sejarah. Aduhh ana takut ntar di hukum" lakon ana sambil memasang ekspresi tersedihnya. Yang hanya di anggapi senyum miring oleh gio.

Ana menatap gio kaget dan semakin kaget saat gio mendekatkan jarak mereka sehingga secara spontan membuat ana mundur selangkah masuk kedalam rumah.

Gio menyelipkan rambut ana kebalik kupingnya dan mencium pipi ana sedikit lama. Hal itu berhasil mebuat pipi ana memerah dan menjadi gugup segugup gugupnya. Entah kenapa timdakan gio selalu berhasil membuatnya berdebar. Ana tersipu. Sampai saat dia mendengar bisikan gio di telinga nya "ga ada pelajaran sejarah hari ini sayang"

Ana langsung melotot kan matanya menahan malu yang sudah tak tau cara menutupi wajahnya yang sudah sangat ingin disembunyikannya.

Setelah mengucapkan itu gio langsung berjalan menuju tangga atas dan langsung masuk ke kamar ana dan duduk di ranjangnya.

Semenjak pacaran gio terbiasa seperti ini. Mengingat ana hanya tinggal dengan pembantu dan supirnya membuat dia tak segan lagi.

"Gio mau ngapain kesini??" Tanya ana yang baru masuk menyusul ke kamarnya dan menutup pintu tanpa mengunci

"Gue kangen sama lo" ucap gio sambil tersenyum manis. "Sini. Gue pengen meluk lo" gio melambaikan tangannya memberi intruksi agar ana mendekat padanya

Ana berjalan mendekat ke arah gio. Dan berhenti tepat di depan gio dengan posisi yang masih berdiri. Dengan tak sabaran gio langsung menarik ana sampai ana jadi terduduk di pangkuannya. Dengan posisi seperti itu pula gio memeluk ana dan meluapkan kerinduanya. Padahal baru kemarin mereka bertengkar. Setelah gio meeluk ana kemarin untuk menenangkan ana yang menangis. Ana yang masih kesal langsung menyuruh gio pulang. Dan ana yang masih marah menjadi beban pikiran tersediri bagi gio. Sehingga jadi rindu seperti ini.

"Lo belum mandi ya ?" Ucap gio dengan kepala yang masih meyelusup ke leher ana. Gio mengendus di bagian situ dan membuat ana gelisah kegelian.

"Belum. Makanya lepasin. Ana bau." Ucap ana dengan seberusaha mungkin menyembunyikan getaran di nada suaranya. Sungguh pelukan erat gio dan kegiatan gio yang mengendusi lehernya membuatnya tak fokus bahkan sekedar berbicara.

Alih alih melepaskan. Gio makin mempererat pelukannya. Entah kenapa saat merindukan ana seperti ini dia berubah menjadi manja. Sungguh bukan dirinya. Dan baru ini jatuh cinta membuatnya mengeluarkan sifatnya yang seperti ini. Ingin bermanja manja dan yang kedua sedikit nakal dengan ana. Sepertinya tidak apa bukan ?

Gio mulai menciumi leher ana, tengkuknya, merambat ke rahang ana dan berakhir dengan menggigit kuping ana. "Lo tetep masih harum kok" ucap gio sambil tersenyum jahil di depan wajah ana yang memerah.

Ana hanya terdiam dan tak berkata. Keintiman ini membuatkan beku dan sulit berfikir dan bertindak.

"Naa.. laper" ucap gio datar namun tatapanya menusuk kedalam manik mata ana

"Aku ambilin makanan dulu yah" ucap ana menawarkan dan hendak beranjak dari posisinya. Namun secepat mungkin gio menahannya dengan satu tangan melingkar di pinggang ana dan satu lagi menahan tengkuk ana sembari bibirnya mencium bibir ana. Ana kaget dengan gerakan tiba tiba gio. Gio mulai mencium bibir ana dengan tempo yang semakin lama semakin cepat. Menyesap bibir bawah ana dan kemudian bibir atasnya. Menelusup masuk kedalam mulut ana dan bermain didalamnya. Ana mulai terbuai sampai melupakan diri sendiri. Entah kenapa sentuhan gio membuatnya melayang.

Ciuman gio mulai turun kerahang ana. Ana mendongak dan memberikan gio akses yang lebih leluasa. Menarik ana agak lebih merapat dengannya bahkan tak berjarak. Dada mereka bahkan menempel. Gio menciumi leher ana mengisapnya kecil sehingga banyak tanda kemerahan kecil disana. Gio membalikkan posisi mereka sambil merebahkan ana ke kasur dengan gio di atasnya. Ana kaget dengan posisi mereka sekarang. Melihat gio yang tersenyum di atasnya.

Kemudian gio mengusap pipi ana lembut. Mencium sekilas bibir ana. Lalu mencium keningnya. Sedikit lama disana sampai gio menariknya kembali.

"Gue udah kenyang" ucap gio yang hanya di sambut dengan raut wajah bingung tampak bodoh ana.






#



Belum the end gyus







GIO(Lengkap)Where stories live. Discover now