8

1K 54 0
                                    

Happy reading
Maaf typo
Vote
Komen
:)
.
.
.
.
.
.

Kali ini kelas terlihat tenang dan damai. Tugas yang di tulis di papan tulis harus di kerjakan agar bisa langsung pulang tentunya.

Ana dengan fokus mengerjakan tugas agar bisa cepat pulang dan lamgsung makan karna dia sudah sangat lapar bung..

Gio sedari tadi sudah selesai mengerjakan tugas yang di papan tulis. Matanya terus saja memperhatikan ana dari bangku belakang yang di duduki nya.
Ana terlihat serius berpikir. Bahkan gio ragu apa dia bisa berpikir ?

Sesekali gio melihat ana menyingkirkan rambut nya ke belakang telinga, yang jatuh  menutupi matanya saat sedang menulis. Pandangan gio jatuh ke jidat ana yang di lengkapi satu buah jerawat kecil yang terlihat merah karena memang wajah ana putih. Lalu turun ke mata ana yang terlihat sedikit cipit. Lalu turun ke hidung ana yang antara mancung dan tidak mancung itu.

Sekarang sampai lah pada saat mata gio berfokus pada bibir ana. Terlihat merah muda. Dan tipis. Tiba tiba saja gio teringat pada kejadian di rumah sakit kemarin.
Kenapa gio sampai mencium nya .?
Kenapa ?

Gio mengusap wajah nya gusar..

"Napa lu ?" tanya aldi yang sekarang duduk di samping gio

"Hah ? Gak ah gapapa" jawab gio dengan nada sedikit gugup.

"Oohh"

"Lo pernah nyium cewe?" tanya gio sedikit cepat

"Apa ?! Lo nanya apa barusan?! Nyium?! Cewe?!" jawab aldi dengan raut wajah terkejut dan suara yang agak keras sehingga semua mata tertuju padanya. Terutama pandangan bu nina yang tajam seakan mengatakan diam kau aldi

Aldi pun tersenyum kikuk sambil menunduk "maaff maaff"

Lalu berbalik menatap gio "lo habis nyium cewe?"

"Apa ? Gak ah gak nyium"

"Trus knapa lo nanyak gitu?"

"Salah gue nanya?"

"Gak sih. Tapi tumben aja lo nanya gitu. Biasa juga gamau cerita tentang cewe" jawab aldi bingung

"Sebenarnya gak nyium. Kecup aja mungkin" jelas gio

"Apa ?! " teriak aldi terkejut

"Aldi!!!" panggil bu nina dengan suara tak kalah kencang "tugas kamu sudah selesai?"

"Belum bu" jawab aldi polos

"Jadi kenapa kamu malah ribut disitu. Kerjakan cepat dan tenang lah!" perintah bu nina

"Baik bu" jaeab aldi memelas.

Aldi kembali menoleh ke arah gio yang masih duduk dengan posisi nya yang tenang. Dan sesekali terlihat sedang memandang seseorang .

"Bagus banget kalo lo udah pernah nyium cewe, setidaknya gue gak takut lagi dekat sama lo
Karna gue tau kalo lo sebenarnya normal" jelas aldi

Gio menatap aldi dengan tatapan tajam nya "maksud lo selama ini gue gak normal ?!"

"Ehh gak gitu. Kan selama ini lo paling gasuka dekat sama yang namanya cewe apalagi kalo ada yang nempelin lo pasti langsung lo tepis tu. Jadi yah gasalah dong gue mikir gtu" jelas aldi dengan takut takut karena tatapan mematikan dari gio

"Ada alasan untuk setiap tindakan. lo gatau. Dan gue rasa juga gaperlu lo tau." ucap gio dengan tenang sambil menatap lurus ke depan

"Ahh iyah deh" jawab aldi seakan menyelesaikan percakapan.

"Lo udah selesai belum ? Biar kita cabut luan" tanya gio dengan nada tak sedatar tadi karena dia memang tak suka di katain tidak normal hanya karena dia tidak suka di dekati oleh wanita.

Semua karena kejadia masa lalu yang pernah menyayat hati gio. Wanita yang sangat di sayanginya dan di cintainya dengan tega nya menghkianati nya hanya karena merasa gio yang miskin. Padahal wanita itu tidak tau bawa gio hanya tinggal di rumah nenek nya yang memang terlihat kecil dan masih terbuat dari beberapa papan yang mendirikannya. Gio tinggal disana bukan tanpa alasan.  Tetapi karena papa mama gio harus pergi ke luar negeri urusan pekerjaan dan gio tidak suka di urus oleh pembantu di rumahnya dia lebih baik bersama dengan nenek nya.
Dan lebih parah nya adalah wanita itu berpaling ke teman gio. Teman dekat nya.

Sejak saat itu gio merasa wanita semua sama saja terkecuali ibu dan nenek nya.
Hanya mementingkan materi
Padahal gio tulus padanya.

"Udah nih. Yuk kumpul" ajak aldi

Aldi dan gio berjalan kedepan sambil mengumpul tugas dan setelah itu membereskan buku dan tas nya untuk segera keluar.
.
.
.
.

15 menit setelah les terakhir. Pelajaran matematika berlalu. Gio tak kunjung melihat orang yang sejak kemarin mengisi kepalanya keluar dari kelas.

"Kamu ini gimana ana. Ini dari no 1-10 yg benar cuma 1 itu juga karena soal ini sangat mudah. Dan yang lain nya. Hanya panjang di jalannya saja. Tapi ngawur semua" jelas bu nina pada ana yang sedang berdiri di hadapannya sekarang dengan wajah menunduk menatap sepatu nya.

"Maaf bu. Ana bakalan serius belajar lagi" jawab ana dengan nada takut.

"Kalau begitu minggu depan kamu sendiri mengulang untuk ujian haria" jelas bu nina sambil meninggalkan ruangan kelas.

"Kamu belum pulang gio?" tanya bu nina heran karena gio sudah selesai dan pulang luan tadi, tentunya dengan hasil yang memuaskan.

"Saya mau ngambil barang yang ketinggalan bu" jawab gio mencari alasan

"Ohh yasudah" bu nina sudah pergi mninggalkan gio dan berjalan ke arah ruang kantor guru.

Langsung saja gio masuk ke kelas dan mendapati seorang gadis sedang merapikan buku bukunya kedalam tas dengan kesal.

"Apaan sih. Knapa juga harus ada pelajaran matematika di dunia ini? Ntar ana kalau jadi ibu rumah tangga yang baik kan gak harus tau tangen kotangen tertangen tangen!!!" kesal ana sambil memasukkan buku terakhirnya dengan kasar.
Memakai ransel nya dan berbalik setelah itu ana terdiam menatap seseorang di hadapannya.

Siapa lagi kalau bukan gio. Gio sedari tandi memperhatika ana deengan menyender ke dinding sambil melipat kedua tangannya di dada dan mendengar apa yang dikatan ana barusan.

Gio melangkah mendekati ana. Dan semakin dekat. Ana pun merasa gugup..

Apalagi ana masih selalu mengingat kejadian kemarin saat di rumah sakit.

"Ihh gio apaan sih. Gio ngapain datang kesini?/ pasti mau nyamperin ana kan?" tanya ana dngan pedenya

Dengan santai nya gio berjalam melewati ana dan berjalan ke arah mejanya lalu memgambil aerphone dari dalam laci.

Ana melihat dengan bengong

"Kepedean lo!" bisik gio tepat di telinga ana.

Gio berjalan meninggalkan ana.

Ana merasa kesal "ishh gio sialan" gerutu ana

Gio berjalan ke parkiran ada rada tenang di sana dari pada saat dia menunggu 15 menit tadi. Gio langsung menyalakan mesin motor nya dan melajukannya keluar dari sekolah.
.
.
.
.

" papa mama pulang?" kata sambutan dari gio saat melihat orangtuanya sedang makan siang di meja makan.

"Iyah sayang. Pasti kamu cape yah. Ganti baju dulu trus turun biar kita makan siang bersama yah." suruh alda, mama gio

"Gak ah ma. Gio gini aja deh." kata gio sambil duduk ke kursi di depan papanya.

"Papa mama kapan balik nya ?" tanya gio

"Barusan aja. Sekolah kamu gimana?" tanya aldo papa gio dengan tenang

"Baik pa"

"Baguslah. Kamu harus rajin belajar agar kelak bisa menjadi penerus perusahaan keluarga kita"

"Iyah pa"

.
.
.
.
.

Tbc

GIO(Lengkap)Where stories live. Discover now