9

951 56 0
                                    

Happy reading

Jgn lupa

Vote

Komen
Maaf typo
.
.

.
.

.
.

Pelajaran olahraga adalah surga ketiga sesudah cepat pulang dan libur. Keluar dari kelas dan berbaris kelapangan. Yahh pemanasan lebih baik daripada harus menghapal atau menghitung.

"Baiklah anak-anak sebelum kita mulai memainkan permainan bola voly kita panasan terlebih dahulu. Kalian lari lapangan 5 kali putaran" perintah pak ghandi kepada murid kelas ips 2 terdebut.

"Baik pakkk" serempak semua menjawab dengan semangat.

Mereka sudah mulai berlari dengan langkah sedang. Satu kali putaran tampak para wanita sudah terlihat lemas sedangkan para lelakinya masih senantiasa semangat tanpa terlihat lelah sedikit pun.

Ana berlari kecil dan agak lambat. Membuatnya ketinggalan jauh. Gio menoleh kebelakang dan mendapati ana dengan langkahnya yang lambat itu. Gio terdiam dan menunggu ana hingga sampai saat di hadapan gio.

"Lambat banget sih lo!" ejek gio

Tapi ana malah melanjutkan lari lambatnya meninggalkan gio yang menatapnya dengan heran.

Napa ni anak?

Tanya gio membatin..

Gio lantas menghampiri ana yang berlari mendahuluinya dan sekarang gio berlari kecil di samping ana. Gio melihat ekspresi ana yang cuek dan tak mau menatap gio.

"Lo marah? Kenapa?" tanya gio pelan pada ana

"Gak. Mending lo pergi deh. Gausah deket gue. Dasar gapenting " jawab ana tak kalah judes.

Gio yang mendengar jawaban ana sedikit terkejut dengan apa yang di ucapkan ana. Gio merasa sakit hati dengan ucapan ana. Padahal gio datang baik baikenghampiri ana.
Gio pun mempercepat larinya dan meninggalkan ana. Sedangkan yg ditinggalkan malah menggerutu kesal.
.
.
.
.

"Lo diem bae. Tumben" yanya dina yang datang menghampiri ana yang sedari tadi melamun dengan tatapan kosong ke arah lapangan.

"Ana tuh kesel banget tau gak. Semalam itu gio ngatain ana" jelas ana sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan nya seakan ingin menangis.

" ngatain apa sih ?" tanya dina penasaran.
Kemudian ana menceritakan kejadian kemarin
"Gue kan kemarin terakhir pulang pas ulangan harian matematika.....dan asal lo tau gio malah bilang gue kepedean"
Jelas ana panjang lebar

"Hahahaha" tawa dina pecah "lo sih memang kepedean banget tau." ujar dina di sela sela tawanya

"Ishh biarin aja. Ana juga udah katain gio kok tadi. Jadi kita impas" jelas ana sambil melipat tangan di dada dan menaikkan kepalanya seakan dia berhasil menjalankan aksi nya.

"Lo ngatain gio apaan?" dina mulai penasaran

"Pas gadi gio nyamperin gue. Gue blg.. Gausah deket gue mending lo pergi .!! Gimana gimana ? Keren kan ?" tanya ana sambil menaik naikkan alis nya

"Eemm menurut gue lo kelewatan deh" ujar dina sambil menggaruk tengkuk nya.

"Kenapa ??"

"Gio pasti marah deh sama lo. Gue udah pernah bilang kalo gio gasuka dekat sama cewe. Dan kejadian hari ini saat gio nyamperin lo adalah hal di luar pernyataan gue tentang gio. Dia nyamperin lo. Mungkin traumanya ke cewe udah rada ilang dengan kehadiran lo. Tapi lo nya malah bilang gitu. Kali aja dia mau berteman sama lo kan. Yahh jadi batal deh" jelas dina panjang lebar.

Sejenak ana berpikir.. Benar juga.. Batin ana.

Ana lantas berdiri tegak..

"Eh mau kemana lo?" tanya dina bingung

"Mau minta maaf sama gio" ucap ana sambil berlari meninggalkan dina

"Moga moga lo di maapin. Perasaan gue gak enak lagi" ujar dina pada dirinya sendiri

.
.
.
.
.

Suasana kantin sangat ramai.. Kni gio dan aldi juga teman yang lain nya sedang asik memakan makanan nya yang tersedia di atas meja.

"Madrid memang jelas lahh 3 kali  memenangkan piala dunia men" oceh aldi dengan bakso yang masih utuh di dalam mulutnya.

"Tapi gue lebih salut sama liverpool. Masuk final aja udah keren kok" jelas andi yang ikut makan bersama di kantin

Gio hanya menjadi pendengar setia saja. Dia memang suka bola juga tapi dia tak terlalu suka bercerita. Lebih baik tenang, diam dan memakan makanannya.

"Gioooo" suara cempreng dari pintu kantin membuat aktifitas gio dan yang lain nya berhenti. Menatap gadis yang sekarang berlari kecil ke arah meja gio dan teman2nya.
Namun gio malah melanjutkan aktifitas memakan baksonya tanpa memandang ana sedikitpun yang sudah di hadapannya.

"Gio.. Ana minta maaf yah soal kejadian tadi" ujar ana sambil mengulurkan tangan nya di hadapan gio

"Pergi lo!" dua kata yang menyayat hati ana. Suara gio seakan menyatakan bahwa gio sangat marah? Atau tidak suka dengan kedatangan ana.

"Ana tau kok. Tadi gio nyamperin ana mau ngajak temenan kan. ? Maafin ana yah gio tadi ana gak serius kok bilang kayak gitu" jelas ana dengan tangan yang masih senantiasa di hadapan gio

"Gue bilang. pergi lo!!!". Ucap gio dengan menekankan setiap kata katanya kepada ana

Ana mulai takut takut. Namun dia tetap bersikeras tidak beranjak dari tempatnya.

" ana minta ma.." brakkkk!!!! Belum sempat ana melanjutkan kata-katanya gio sudah terlebih dahulu menepis tangan ana bahkan sampai botol saus di meja pun ikut terhempas sperti tangan ana. Ana merasa sakit.

" haha. Lo beneran lucu yah. Bermuka dua. Pantas aja lo gak merasa bersalah setelah apa yang lo lakuin ke orang lain" ujar gio sambil menatap ana sinis "awalnya niat gue baik. Berteman sama lo. Tapi kayaknya lo malah bodoh dan nyakitin gue dengan perkataan lo!" jelas gio dengan emosi yang sudah di ubun2. Seumur hidup baru kali ini cewe ngomong gitu di hadapannya. Mengusirnya? "Seharusnya gue memang gak perlu nganggap lo ada. Lo orang yang gak pantas untuk di dekati" ujar gio dengan nada sedikit membentak.

Mata ana mulai berkaca kaca. Bahkan keadaan kantin yang mulai ramai karena bel istrahat sudah berbunyi tadi. Membuat pata siswa memperhatikan ana dan juga gio.

"Kok gio ngomong nya gitu. Ana cuma mau minta maaf kok. Ana ga serius sama omongan ana tadi" jawab ana memelas dan mulai bergetar

"Lo gausah minta maaf. Gaperlu. Seharusnya memang gue gausah nerima kehadiran lo dari pertama kali"  setelah mengatakan itu gio pun pergi meninggalkan ana yang masih terisak dan menunduk.

.
.
.
.

Pelajaran setelah olahraga sudah di mulai. Namun ana tidak masuk ke kelas geografi. Tidak tau kemana dia perginya sampai tidak masuk kelas.

Gio juga mengetahui itu tapi gio mencoba untuk tidak ambil pusing. Dia mencoba tidak peduli dan berfokus pada penjelasan di depan.

.
.
.
.

Sangat sejuk saat angin berhembus menerpa rambut ana. Ana tersenyumm  sambil menutup matanya. Dia mencoba mengalihkan pikiran nya. Disini lah dia sekarang di bawah pohon rindang dan tidak masuk les. Biarkan saja karena masuk juga kalau tidak fokus buat apa.

Sejak ketemu gio. Ana udah suka sama gio
Pengennya jahilin gio
Biar bisa dekat gio
Aahh ana juga salah
Seharusnya ana gausah suka sama gio
Seharusnya ana gausah deketin gio

Ana mencurahkan isi hatinya dengan berkata kata di dalam hatinya..

..
.

.
.

" enak bolosnya ??"

.
.
.

GIO(Lengkap)Where stories live. Discover now