29

754 44 0
                                    

Typo maklum yah

Vote :)
Komen :')

Happy reading :)

#

Bilang saja ana yang bucin plus paok dan bodohnya gak ketulungan. Dengan mudahnya hatinya kembali luluh hanya dengan perlakuan gio dua minggu lalu. Membuat nya membatalkan niatannya untuk pindah sekolah dan dengan seribu alasan dia meyakinkan mamanya dan juga papa tirinya. Raku.

Memang sih selama dua minggu ini sifat gio sudah mulai membaik. Mereka juga semakin dekat yah dengan hubungannya yang masih di katakan sekedar seorang teman.

Tapi ana tetap senang. Bisa dekat dengan gio aja ana udah senang. Apalagi hubungan mereka makin baik. Yah walaupun kadang gio juga emosi menghadapi tingkah ana yang kekanakan.

"Ntar kita jalan yuukk" ajak ana pada gio sambil menarik lengan nya.

Gio menoleh ke arah jam 9 tepat pada wajah wanita yang di buat sok se asik mungkin. Padahal gio enek.

"Gamau. Ntar lo bnyak tingkah" tolak gio tanpa pikir panjang.

Lagian siapa yang mau. Cukup dua kali gio tertipu dengan ajakan yang sama. Gio dan ana ke mall. Di akhiri dengan gio yang terpaksa mengikuti kemauan ana untuk bermain game sampai malam dan ana tak boleh kalah. Makanya gio harus bermain dengan malas karna harus membiarkan ana menang. Dan ana tidak mau pulang meski sudah di seret dan di bentak gio. Yang ada ana justru menangis dan dengan tidak tau malu nya menguatkan suaranya tepat di tengah tengah orang banyak berlalu lalang di mall. Akhirnya gio pasrah mengikuti permintaan gadis gila ini. Untung sayang. Itu yang selalu di ucapkan gio untuk menyabarkan dan menguatkan hatinya.

"Ihh gak banyak tingkah kok. Janji deh gak bakal lama."

"Bacottt" ucap gio membuang wajah

"Ana juga ngajak yang lain. Ana ngajak dina, dion, aldi sama andi juga" ana tetap memaksa gio untuk mau bergabung

"Yaudah kan udah rame. Gausah ajak gue lagi" gio tetap menolak

"Ga ada lo gak rame" balas ana cekikikan

"Liat nanti"

Ucapan gio malah di sambut senang oleh ana. Mnurut ana biarpun gio jawabnya tidak tetap saja bagi ana itu adalah iya. Ana tak mau penolakan.  Apalagi untuk mengajak gio bersenang senang.  Baginya melihat gio yang menghabiskan waktunya hanya dengan melukis atau memotret gambar. Bagi ana itu sangat membosankan.  Makanya ana mengajak gio bersenang senang ala anak jaman sekarang. Padahal bukan seperti itu cara gio bersenang senang. Dia lebih suka ketenangan.

#

Sangat melelahkan bermain dengan para bocah seperti ana, dina, aldi dan andi. Gio sedikit beruntung tadi dion ikut serta namun sama sepertinya tak terlalu antusias  dalam bermain. Jadi gio punya teman bicara untuk sekedar menghilangkan rasa suntuknya.

Setelah selesai mandi. Gio langsung turun ke bawah untuk makan malam. Terkejut saat pertengahan jalan di tangga gio melihat ayahnya sudah duduk di kursi tepat dengan hidangan makan malam di hadapannya.

"Papa sudah pulang. Tumben cepat" ucap gio melanjutkan langkahnya. Menyapa ayahnya

"Haha iyah. Kerjaan papa hari ini tidak terlalu banyak. Ayo makan bersama" ajak papa gio yang di balas dengan senyuman dan anggukan gio

GIO(Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang