15

916 47 0
                                    

Typo maklum

.
.
.
..

#

Ntah apa yang merasuki ana hari ini. Dia  nan penuh percaya diri yang tinggi serta ketidak sangat bersemangat maluan yang tinggi juga.

Hari ini ana sangat bersemangat masuk sekolah. Tentu saja bukan karena dia ingin belajar. Tentu bukan. Sangat tidak mungkin.

Tapi karena dia sangat ingin berjumpa dengan gio. Sang pujaan hati.

Bel pause pun berdering. Para siswa dan siswi berhamburan keluar kelas untuk memenuhi perut nan bergoncang ria.

Ana melangkah pasti menelusuri sekitaran kantin. Sampai matanya terjatuh pada satu titik. Dimana gio santuy dengan minuman di hadapannya sambil bermain hp.

"Siangg gioo" sapa ana dengan antusias

"Hm" jawab gio malas

"Kok gitu sih. Bidadari datang bukannya di sambut malah di cuekin" kesal ana

"Sesuka lo yah"

Ana langsung duduk di hadapan gio dan kemudian membuka bekal yang memang di bawanya khusus untuk gio.

"Bunda gasuka yang gio telat makan. Nih makanya bunda siapin bekal buat gio" ucap ana dengan nada yang sedikit menjijikkan untuk di dengar oleh telinga polos gio.

Gio mendecak kesal menampilkan respon tak sukanya pada tingkah ana yang kekanakan.

"Gio mau makan sendiri atau bunda suapin hm?" Tanya ana pada gio sambil menaikkan satu alisnya.
Gio hanya diam.

Ana kemudian beraksi lagi dengan suapan nasi goreng yang sudah dia sediakannya di hadapan gio

Lantas gio menjauhkan suapan ana dari hadapannya.

"Gausah rese deh loh!" Gio mulai kesal

"Ih bunda marah loh ini yah kalau gio gamau makan" ancam ana dengan nada menjijikkan itu lagi

"Lo gila"

Tidak sungkan2 ana langsung saja menyosorkan suapan nasi goreng itu ke mulut gio sampai gio terpaksa menelannya. Sambil melototkan matanya kepada ana.

Ana kemudian tertawa lepas melihat ekspresi gio yang lucu.

Setelah itu dengan cara alay lainnya ana membujuk gio sampai pada akhirnya ana berhasil menyuapi gio dengan bekal yang di bawanya. Meski sulit. Tapi ana senang karena gio menghabiskan bekal yang di bawanya.

Seisi kantin pun tak jarang sesekali memperhatikan mereka. Kehadiran ana membuat karakter gio sedikit mencair dari yang sebelumnya.

.
.
.

Getaran dari hp ana membuat fokusnya beralih dari guru geografi yang menerangkan di dpn sana.

Kak Rangga : nanti aku jemput yah ?

Ana : emm kayanya nti aku di jemput supir aku kak

Kak Rangga : oke deh. Mungkin lain kali. Smangat blajar!!
;) :)

Ana : yoshh !!!

Ana mematikan ponsel nya dan memasukkannya ke saku. Akhir akhir ini memang ana sedikit dekat dengan rangga. Rangga baik, perhatian, dan sangat dewasa menghadapi ana. Tidak seperti seseorang yang selalu marah marah pada ana. Hm untung sayang.

#

Sudah lima belas menit setelah bel pulang berbunyi. Supir ana tak kunjung datang rimbanya. Namun ana tetap setia menanti. Meskipun penantian yang panjang.  Sesekali ana menekan nekan hp nya

"Nunggu siapa lo ? Jodoh?" Tanya seorang pria yang baru saja menghampiri ana dan berdiri di sampingnya.

"Apaan sih.. ngaco lo!!!" Balas ana sewot

"Abisnya lo disini dari tadi gue perhatiin rada kek orang sawan." Jawab gio yang di balas dengan tatapan tajam ana

Bagaimana tidak sedari tadi gio perhatikan ana sesekali meletakkan tas nya ke atas lantai. Kemudia mengmbilnya lagi. Dan memakainya. Begitu seterusnya selama 5 menit sekali.

"Mau balik ? Ayo bareng" tawar gio sambil menatap lurus ke bola mata ana

Ana membulatkan matanya

"Seriusan ??"

"Iyeee"

"Capcus"

Ana menggandeng lengan gio sedari tadi sampai ke parkiran. Beberapa orang memperhatikan mereka. Yah mungkin agak aneh karena sekarang gio sudah mulai mau membuka diri pada wanita.

"Gausah pegang pegang bisa ??"

"Gabisa dong. Ini bukti kalau gio udah mulai menumhuhkan benih cinta ke ana" jelas ana sambil cekikikan

Gio kemudian menyosor kening ana dengan jari telunjuknya sampai ana melangkah mundur ke belakang.

Ana mengeluh sakit. Dan gio hanya sedikit terkekeh melihatnya. Kemudian gio memasangkan helm nya ke kepala ana dan jaket nya ke tubuh ana.

Ana kemudian tersipu sambil memikirkan yang aneh aneh di kepalanya.

Ana menaiki jok belakang dan mulai memeluk pinggang gio erat.

Gio yg merasa sesak pada perut seperti di lilit anakonda pun. Melirik ana di belakang dengan senyum ana yang tak surut di bibirnya.

Kemudian perlahan gio melepaskan tangan ana yang melingkar.

"Gausah meluk juga"

"Kan ana takut jatuhh "

"Lo gak bakal jatuh. Gue juga ga akan ngebut"

"Yaudah deh. Niat modus. Ga jadi deh"

#

Di sepanjang jalan menelusuri kota mata ana mulai meredup. Ana merasa sangat ngantuk dan dia ingin tidur sekarang juga.

Gio yang memperhatikan nya dari kaca spion kemudian merasakan kepala ana yang terjatuh di punggungnya. Karena takut ana terjatuh gio pun menepikan motornya dan membawa tangan ana untuk melingkar di pinggang mya. Dan menahannya dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya mengontrol laju motor.

#

Gio merebahkan tubuhnya di atas kasur. Lelah. Adalah kata yang bisa menggambarkan keadaannya saat ini. Apalagi tadi harus mengangkat tubuh ana yang bulat ke kamarnya di lantai dua. Sangat menguras tenaga karena ana tak mau naik ke kamarnya sendiri dengan alasan masih ngantuk. Dan apabila gio tak menggendongnya ke kamar maka ana berniat untuk tidur di depan gerbang rumahnya sendiri.

Tentu saja awalnya gio tak peduli dan sesaat gio menghidupkan mesin motornya. Ana sudah dengam posisi tidur wenak di depan gerbangnya. Sehinhga dengam terpaksa membuat gio harus mengangkat ana ke kamarnya.

Gio merasa ia mulai terbuka pada ana. Mungkin karena watak ana yang keras kepala untuk selalu mendekati gio walaupun terkadang gio tak segan segan membentaknya. Namun ana tetap saja datang.

Dan kemudian memhuat hati gio perlahan sedikit terbuka untuk mau menerima pendekatan yang di beri ana padanya.

Gio mulai peduli

Gio mulai terbuka

Gio mulai menerima

Dan gio harap ini semua hanya sekedar beralasan karena gio menganggap ana sebagai teman bukan karena ada yang lain. Gio harap bukan perasaan lain.

Apalagi perasaan sayang

Semoga tidak

Jangan sampai.



Tbc ...

GIO(Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang