31

666 41 0
                                    

Typo maklum yah :)

Voment beubehh

Happy reading

#

Dion berjalan ke arah meja gio dan menepuk bahu cowok yang asik mendengar lagu dengan headset nya. Gio tersentak dan menoleh ke arah dion.

"Apaan ?" Tanya gio sambil menaikkan alisnya melihat gelagat dion yang seperti sak berak

"Ntar malam ada waktu gak ?" Tanya dion

"Ada. Gue di rumah kok. Datang aja lu" jawab gio santai

"Kluar. Ntar gue kirim alamatnya yah"

"Emangnya ada apa ?" Tanya gio semakin bingung dengan gelagat dion

"Ada yang mau gue omongin. Penting. Pokoknya lo harus datang nanti. Okee ???!!" Jelas dion sekali lagi sambil berlalu beranjak dari posisinya meningglkan gio.
Apalagi dari depan pintu sudah terdengar suara cempreng ana memanggil gio dengan keras. Sudah dioastikan dion tak bisa bicara nyaman. Ana pasti menyerang gio dengan segala bentuk kehebohannya seperti biasa.

"GIOOOOOO YUHUUUUUU!!!!!" teriak ana dengan nada melengking ala seriosa.

Ana mengambil posisi duduk di depan gio dan langsung melebarkan senyum khasnya. Namun hanya di balas tatapan malas oleh gio.

"Asik lo aja yang ganggu hidup gue perasaan" ucap gio sambil menatap ana tajam.
Namun yang di tatap hanya cengengesan.

"Ana memang terlahir untuk selalu ada di samping gio. Menemani gio. Hingga akhir hayat memisahkan kita" ana mengucapkannya dengan nada sepuitis mungkin.

"Jijik gua" ucap gio lalu mengeraskan kembali volume musik yang bergema di telinganya. Membiarkan ana berceloteh ria di depannya. Yah meski tatapannya masih tertuju pada ana. Menatap wanita itu dengan intens.

Ana memanyunkan bibirnya sambil menatap pria yang mulai menutup matanya sambil menghayati lagu yang di dengarnya. Dengan kedua tangan yang terlipat didada.

Ana mulai kesal menunggu gio menyelesaikan kesibukannya yg unfaedah dan benar benar gak guna.

Ana menyampirkan tas nya kepuggung dan mulai meninggalkan kelas. Sedikit kesal karena tadi dina sudah pulang luan saat ana membuang hajat ke toilet sebentar.

Ana melangkahkan kakinya ke arah lorong sekolah dan berniat untuk pulang.
Wajah ana yang memelas merasa kesal karena gio sudah mengabaikannya tadi.

"Katanya bakalan jadi teman!!
Tapi gio masih aja ga mau bales perasaan ana
Selalu aja buat ana kesal
Gio selalu aja mengabaikan ana!!!" Ucap ana merutuki gio dalam hati.

ana tersentak dan terkejut seketika jarinya yang menggantung bebas tadi tiba tiba saja tertaut dengan jemari yang jauh lebih besar darinya.

Ana menoleh kesamping dengan wajah yang masih melongo. Dan menatap gio yang menampilkan senyum menyebalkannya. "Padahal tadi dia mengabaikan akuu!!!" Rutuk ana dalam hati

"Ayo pulang bareng. Ntar lo diculik lagi. Kan lagi marak tu penculikan anak anak yang nantinya ginjal lo dijual. Kan kasihan. Itu kalau ginjal lo bagus." Celoteh gio di depan ana sambil menarik pipi kirinya dengan gemas.

"Apaan sih gio!!! Kamu pikir aku ini anak anak hah?!" Bentak ana dengan suara tinggi yang bukan membuat gio takut namun justru lucu melihatnya.

"Kan emang iyah. Lagian mana ada remaja sependek lo. Yah kecuali lo mau gue anggap kate cebol aja kali hahaha" ucap gio dengan gelak tawa yang terlihat sangat lucu di mata ana. Gio tertawa lepas. Dan ana suka menatapnya lama.

GIO(Lengkap)Where stories live. Discover now