3

1.6K 73 3
                                    

Misi pendekatan ana di mulai!!
.
.
.
.

"Gioooooo!!!!" teriak ana dengan nada merengekk sambil menarik lengan pria yang sedang bermain game itu.

"Apasih loh" dengan nada tida suka gio menyentak tangan ana agar lepas dari lengannya

"Hehe.. Ke kantin yukk!! Ayo dong gioo. Gue laper nih" pinta ana sambil memasang tampang memelas nya.

"Gak!! Pergi lo ! Jauh jauh lo dari gue!!" ucapan tegas dan terdengar seram itu langsung menyita perhatian seisi kelas kepada dua orng yang menjadi pelaku utama keheningan itu. Sepertinya sudah lama tidak mendengar gio berbicara dengan nada semenkutkan itu.

Dengan tatapan tajam nya gio memandang ana dengan wajah datar nya.

"Dengar yah ! Gue gak suka diganggu! Jangan ganggu hidup gue ! Atau hidup lo yang bakal gue bikin terganggu ! Ngerti gak lo !!" ancam gio sambil menatap manik mata bulat milik ana.

Ana merasa dia takut sekarang. Dia benar benar takut menatap gio sekarang. Perlahan mata nya berkaca kaca. Gio melihat itu. Sepertinya ana akan menangis. Anak anak yang lain juga melihat kejadian itu
Dengan sigap gio menarik lengan ana menjauh dari kelas. Membawa ana ketempat yang ana tidak tau. Semua murid yang berjalan di sepanjang koridor sekolah menatap mereka aneh.

Taman belakang

"Gue paling gasuka berurusan sama yang namanya cewek. Yah karna gini. Ngerepotin. Di sentak dikit nangis! Biar apa lo nangis !? Biqr gue di marain guru gitu ? Kan lo luan yang ngusilin hiduo gue. Gue udah bilang gue gasuka lo dekatin! Paham gak si lo !!" gio menjelaskan dengan nada yang sedikit membentak. Hanya sedikit. Takut membuat gadis di depannya ini menangis. Yah gio memang nakal dan pendendam. Tapi dia tidak pernah tega kalau sampai melihat seorang wanita menangis. Rasanya mengingatkannya pada satu kejadian yang menghumpit pikiran dan dadanya. Dia lemah. Lemah saat melihat seorang wanita menangis.

"Karna gio teman pertama ana." gadis itu berkata sambil sesekali menahan isak tangisnya yang entah sejak kapan membanjiri pipi nya. " gio orang pertama yang berkenalan dengan ana, yang mau kenalan balik sama ana. Di sini di tempat ini
Ana cuma mau berteman dengan gio. Apa itu salah ?"

"Plis!! Lo bisa sih gausah nangis!" bentak gio yang malah membuat gadis di depannya bukan nya berhenti nangis malah air matanya makin derah bercucuran

"Makanya gio jangan suka ngebentak dongg.. Ana gasuka di bentak tau" kata ana sambil memukul lengan gio yang menatapnya tajam.

"Manja lo!!" bentak gio namun sedetik setelah itu kedua tangan gio beralih menangkup wajah ana dan menghapus air mata gadis itu dengan kedua ibu jari nya.. Jarak mereka sangat dekat sehingga membuat ana harus menahan nafas nya sejenak terpaku menata pria tampan di hadapannya

"Pipi lo merah gini. Napa?"  gio mengangkat sebelah alisnya heran melihat kedua pipi gadis yang ada di depan nya terlihat merah yang sangat terlihat di wajah nya yang putih bersih

Ana tersadar dan langsung saja melepas tangan gio yang menangkup pipi nya yang memerah. Langsung saja ana memutar badan nya membelakangi gio. Gio yang melihat itu heran sendiri.

Gadis itu berbalik menghadap gio kembali.

"Biar ana gak marah. Ana mau, gio peluk ana sekarang.!!" sambil melipat tangan di dada ana memerintahkan gio untuk memeluk nya.

"Ogah" setelah mengatakan itu gio hendak pergi melangkah dari hadapan ana. Gadis gila di depan nya ini tiba tiba meminta di peluk. Dasar aneh.

Saat ingin melangkah menjauh dari tempt itu. Aneh sekali tiba tiba saja kaki gio sulit di angkat untuk beranjak. Ternyata. Ana sudah merosot dan memeluk kaki nya.

"Plisss.. Ana udah kelamaan jomblo. Ana mau di peluk. Yaahh peluk yahh biar ana gak marah lagi sama gio" ucapnya memohon.

Gio memijit pelipis nya. Mengapa hidup nya jadi rumuit setelah bertemu dengan gadis ini.

Dengan tenang gio berkata pelan "lo berdiri sekarang. Jangan buat tingkah aneh loh di depan gue" berharap gadis ini kembali normal.

"Gamau.... Peluk dulu.."
Masih keras kepala

"Iya"

"Hah!! Iyah" ana kaget. Langsung saja dia berdiri dan memeluk erat pria yang di hadapannya sekaranga.

1 detik

2 detik

3 detik

Gio mulai tersadar. Dan secepat kilat mendorong gadis yang memeluknya tadi.
Masih terpaku sejenak. Baru kali ini dia di peluk seorang wanita. Termasuk mamanya. Hal ini membuat jantungnya berdetak kencang.

Gio melihat ana cengengesan di hadapannya. Sambil berkata "lo sinting" dan berlalu dari tempat itu.

Sedangkan ana...

"Yeeyyy!!!! akhirnya ana bisa peluk gio.. Uuhh rasanya nyaman banget" katanya sambil memeluk dirinya sendiri. "Wangi gio mabukin banget" pengen di peluk teruss aahh"
..
.
.

Ana berjalan menyelusuri jalan menuju komplek rumahnya.
Sampailah ana di depan rumah berwarna gading itu lantas membuka gerbang rumahnya.

Sepi...

Yah orangtua ana sangat sibuk akhir akhir ini membuat ana bosan di rumah sendiri. Terlebih dia belum memiliki teman kompak dan tidak terlalu tau tempat tempat atau jalan di kpta yang baru di tempati nya.

Setelah mekempar tas nya ke sofa ana langsung berjalan kedapur berharap ada sesuatu di sana. Namun..
Tidak ada apa apa. Bahkan bahan makanan yang hendak di masak juga tidak ada. Yah meskipun ana tidak tau memasak.
Ana lapar..

Ana langsung mengganti sepatunya dengan sandal. Dan mulai berjalan keluar rumah setelah menutup gerbang. Berharap ada yang menjual makanan di sekitar rumahnya.

Terus berjalan

Hingga keluar daru wilayah komplek rumahnya. Namun tidak ada pedagang apapun disana.

Ana terus berjalan berharap dia menemukan mini market.

Hari semakin soreh dan matahari rasanya akan segera tenggelam. Ana belum memnemukan mini market. Ana merasa aneh akan tempat yang di laluinya sekarang. Terlihat asing. Dan tak pernah dia lalui sebelumnya.

Ana merogoh saku nya. Rasanya jantungnya berhenti sejenak untuk berdetak saat ana tidak mendapati benda pipih yang seharusnya di bawanya kemana mana. Ana teringat bahwa benda itu ada di tas nya. Di dalam rumah dan yang ada sekarang hanya kunci rumah dan uang di dalam saku nya.

Ana kelimpungan dan bingung. Tidak ada orang yang lewat kecuali para pengendara di tengah pasar. Ana rasanya ingin menangis.

Bagaimana dia pulang ?
Hari semakin gelap dan ana tidak tau jalan mau pulang.

"Gio..."







See you

GIO(Lengkap)Место, где живут истории. Откройте их для себя