22

717 37 0
                                    

Typo maklum

Hap read. 

#

Ana membuka kulkas nya yang ke 4 dan tidak menemukan stok eskrimjya disana. Ana melenguh kesal sambil menghentakkan kakinya.

Langsung saja ana menyuruh supirnya untuk mengantarkannya ke mini market untuk membeli keperluan ngemilnya. Untuk mencari market yang menjual lengkap jenis eskrim dan camilan lainnya lokasinya lumayan jauh dari rumah ana.

"Aduhh pak maaf yah banyak banget kantongan pelastik jajanan aku hehe" ucap ana sedikit merasa bersalah melihat supirnya kerepotan mengangkati kantongan pelastiknya. Yang sampai harus di simpan kebagasi juga jok belakang supir.

"Gapapa non. udah tugas bapak" ucap supir ana sembari tersenyum

"Makasih banyak pak"

Ana membuka salah satu keripik kentang dengan ukuran yang besar dan memakannya. Sesekali ana menawarkan kepada supirnya. Namun di tolak supirnya dengan halus. Mengatakan kalau dia tak biasa makan makanan seperti itu yang untuk kaum muda. Ana hanya tertawa saja menanggapi supirnya ini.

Ana memfokuskan pandangannya ke arah luar jendela kaca mobil. Memandangi jejalanan yang tak terlalu sepi dan tak terlalu padat. Lampu merah pun menyala dan mobil ana pun berhenti.  Ana melihat orang yang sangat dikenalnya.

Meski sedikit samar tapi ana yakin itu dia. Gio. Tak sedikitpun ana melupakan tentang cowok  yang disukainya itu.

"Sedang apa gio disitu"pikir ana mebantin

Dan yang paling membuat ana terkejud adalah gio sedang merokok. 

Ana membulatkan matanya dan tersentak "pak tunggu sini dulu yah ana mau kesana bentar" ucap ana hendak membuka pintu mobil

Langsung saja supirnya mencegatnya "tunggu non.  Ini baru nyala lampu hijau jadi gaboleh berhenti disini.  Bapak pinggirin dulu"

Setelah menepikan mobil. Ana langsung bergegas membuka pintu mobil dan keluar dengan tergesa "bapak tunggu sini yah"

Ana berlari kencang menuju arah gang yang sepi itu. Tak salah lagi itu kemang gio. Ana makin lari mendekat sampai dia benar benar menekukan gio disana. Tak sendiri. Dan ada banyak lelaki yang di lihat seperti berandalan disana.

"Gio!!!!" Ana tak berani terlalu mendekat. Hasilnya dia hanya memanggil gio dengan teriak saja. Untungnya gio langsung menoleh. Dan berjalan ke arahnya. Sebelum mengucapkan 'tunggu sebentar' pada temannya.  Terlihat sedikit raut wajah terkejut di wajah gio namun secepat kilat dia mendatarkan ekspresinya.

"Ngapai lo disini?!" Nada panik dan sedikit tak suka keluar dari mulut gio

"Seharusnya aku yang nanya gitu. Kaku ngapai disini gio ?! Merokok lagi. Kamu ngapai berteman sama orang yang seperti mereka ?" Tanya ana spontan sambil menunjuk ke arah teman gio yang lainnya di sana.

"Itu bukan urusan lo. Mending lo pergi dari sini" ucap gio datar sambil menatap ana dengan tajam

"Gak urusan apanya. Lo ngelakuin hal yang gak baik. Dan ini sama sekali bukan gio yang aku kenal" ucap ana berupaya menyadarkan gio

"Haha" gio tertawa sumbang. Ana yang melihat itu hanya menunjukkan ekspresi bingungnya "lo gausah sok udah ngenal gue banget. Lo hanya orang yang baru kenal gue. Jadi gausah sok tau"

"Gio.. kenapa sih. Udah ayo pulang. Kamu pasti lagi stres. Aku banyak camilan. Dan camilan bagus buat ngilangin stres. Kayak gini ni" ana menunjukkan camilan keripik kentangnya kepada gio. Berharap gio meluluh. "Ada banyak lagi di mobil.  Gio bisa makan sepuasnya"  ucap ana mulai melemah. Nada suaranya semakin mengecil.

Gio menatapi ana yang semakin menunduk. Gio diam. Entah apa yang dipikirkannya sekarang.
Ana kemudian menarik lengan jaket gio "gio pulang yah" bujuk ana lagi

Ana terkejut dan hatinya berdebar keras. Antara takut dan sakit di rasakannya ketika gio menghempaskan tangan nya dan sedikit mendorongnya. 

"Gue bilang sama lo yah! Gak usah ikut campur masalah gue. Lo bukan siapa siapa!! Ngerti gak ?!"

Ana tak mampu lagi membendung air matanya.  Lagian dia memang cengeng.  Ana menangis sesenggukan berupaya menahan suara tangisnya.

"Dasar cengeng.! Orang kayak lo bisa apa ? Mending lo pulang" sekali lagi gio mendorong ana.

Namun keras kepala ana berulah.
"Ana gak mau. Ana mau pulang kalau sama gio. Gio harus pulang. Gak baik disini tau" protes ana tidak mengubris suruhan gio yang menyuruhnya untuk pulang

"Lo keras kepala!" Gio langsung menyeret ana menjauh menuju ke mobil ana memasukkannya dengan paksa dan menyuruh sopir ana untuk melaju.

Gio kemudian menjauh dari mobil ana dan kembali ketempat tadi. Ada perasaan yang sulit dijelaskannya. Namun dia tak tau apa. Semoga bukan rasa bersalah. Semoga saja tidak

#

"Gio gak masuk lagi. Kalian tau gak dia kemana ?" Tanya ana pada aldi andi dan dion. Yang sedang duduk bersama di kantin sekolah

"Gue gatau tuh" ucap dion tampak acuh

"Gue juga" sahut aldi dan andi

"Kalian temannya kan ? Kok kalian pada gak tau sih ? Kalian gak peduli yah sama keadaan gio ?" Bentak ana pada tiga orang itu.  Ana kerasa kesal karena melihat ketidakpedulian teman gio ini. Apa ini yang di sebut teman ?

"lo berisik banget tau gak na" ucap dion yang mulai bangkit berdiri dari duduk nya "lagian setiap orang punya privasi yang gak harus lo campuri" ucap dion yang sukses membuat ana terdiam.
"Dan satu lagi. Kita bukannya gak peduli.  Tapi kita harus bisa ngertiin gio dengan keadaannya yang sekarang. Yang bisa kita lakuin adalah jangan mengganggu dia." Dion langsung meninggalkan ana di ikuti dengan aldi dan andi.  Menyisahkan ana yang terdiam mematung. Berkelut dengan pikirannya sendiri.

Jika memang seperti itu cara aldi andi dan dion untuk menyikapi gio sekarang. Ana justru berpikir sebaliknya. Ana lebih ingin menggunakan keras kepalanya untuk berbica dengan gio. Mengajaknya pulang dan menghibur hatinya yang sedih.

Setelah pulang sekolah. Ana tidak menyuruh supirnya menjemputnya. Dia juga menolak ajakan dina untuk ke mall bersama.

Ana menuju tempat dia bertemu dengan gio kemarin. Berharap menemukan gio disana dan berniat mengajaknya pulang.

"Ada anak kucing tersesat. Enaknya diapain yah ??"

#

Tbc

GIO(Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang