32

690 36 0
                                    

Hai para readers yg baik hati

Naik kuda di akhir pekan
Makan kentang di atas semen  jangan lupa untuk menekan
Bintang dan juga komen!!!

Ok pantun abla abla...

Kalauu begitu ...

Selamat membacaaa minna....




#


Gio pov

Jatuh cinta itu hal yang sederhana. Dan aku pun mencintai hal hal yang sederhana.
Bagi ku hal yang sederhana adalah hal yang memiliki kesan indah dan anggun. Namun penuh kekuatan.

Aku selalu memfokusakan pada tekad itu. Membawa diriku pada hal yang mengharuskan untukku selalu mencari hal yang sederhana. Untuk melengkapi kerapuhan ku.

Demikian juga pada hal ini. Aku pernah menempatkan hati ku pada satu wanita yang dulu aku cintai. Dia adalah wanita sederhana. Anggun dan sopan. Namun dia juga wanita yang kuat karena kehidupan yang keras tak menjadikan watak dan perilakunya juga demikian. Sebaliknnya dulu dia adalah wanita yang selalu tersenyum seakan senyum nya mampu mengatasi permasalahan yang ada padanya.

Aku menyukainya. Bahkan mencintainya. Hal yang sepele bagi seorang remaja yang bahkan baru masuk Sekolah Menengah Atas.

Namun itulah kebenarannya. Selain kekasih. Aku juga menganggapnya sebagai malaikat yang setiap saat bisa ku tatap.

Aku ingin menjadi tameng baginya. Membuatnya selalu dalam keadaan aman dan hati yang bahagia.
Apapun akan ku lakukan untuknya. Semuanya.

Sampai pada saat aku merasa marah. Kecewa. Bahkan hancur berkeping keping jadinya. Hanya karena sebuah hal yang sepele. Sangat sepele. Sampai rasanya gio ingin tertawa hambar. Namun sangat sakit rasanya di dalam hati.

Dan sejak saat aku di tinggalkan dan dikecewakan saat itu pula aku menganggap dia hanya sebagai seseorang yang palsu dan penular rasa sakit. Seseorang yang menghempaskan aku kedasar setelah dia meninggikan ku ke langit tingginya.

Aku harap seseorang yang saat ini kucintai tidak akan melakukan hal yang sama demikian.

Aku ingin melupakan semuanya. Semua tentang masalalu labil dan konyol. Kesalahan yang membuatku menahan dan menekan rasa sakit itu sakpai sekarang adanya.

Perlahan sakit itu pudar. Aku tak pernah tau bagaimana cara melupakan seseorang yang dulunya sangat berarti tanpa ada sosok yang sangat dominan selalu ada untukku setiap saat.

Saat aku merasa sudah melupakannya. Dia ..

Justru ada di hadapan ku sekarang!!!


"Lama ga jumpa. Kamu banyak berubah yah gio"

Suara itu. Jelas aku masih sangat mengingatnya. Suara yang halus. Dan selalu terdengar sopan. Dia LUNA!!! Saat ini ada di hadapan ku. Aku masih sangat mengingat senyum nya yang dulu. Senyum tulus ? Yang selalu diberikan pada ku. Senyum yang dulu selalu menenangkan ku.

Aku hanya diam dan menatapnya  tajam.

"Gio.. " ucapnya menggantung.

Aku masih mempertahankan diam ku. Banyak hal berkecamuk dalam pikiran ku. Rasanya tak bisa ku ungkapkan dengan kata.

Aku melihat tatapannya yang berubah memelas. Tatapan ingin dikasihani. Entah kenapa aku benci tatapan itu.

"Lo sekongkol sama dion ?" Alih alih merespon ucapannya. Aku langsung menanyakan hal yang memang sudah membuat ku menahan emosi sedari tadi.

Dion. Dia yang menelfonku untuk menjumpainya di taman ini. Itu perjanjian kami di sekolah tadi. Tapi apa yang ku dapatkan ? Malah luna yang ada disini. Apalagi kalau bukan persekongkolan?

Dia hanya diam. Sepertinya dugaaan ku memang benar sampai dia tak bisa menjawabnya.

"Hanya karna lo teman baik sama dia. Dan dia respect sama lo. Bukan berarti lo bisa mamfaatin keadaan" ucap ku terdengar santai namun menekannya dalam setiap kata yang ku lontarkan. Berharap ada sedikit kesadaran pada kesalahan yang di lakukannya.

"Aku bisa jelasin. Gio aku cuma mau bicara sama kamu. Dan aku gabisa jumpain kamu langsung. Aku gayakin. Jadi aku minta bantuan samam dion. Plis jangan salahin dion yah. Aku yang salah." Ucap luna penuh penyesalan. Wajahnya mendongak dan matanya menatap gio senduh.

Aku mencoba tidak berpengaruh atas semua perlakuannya saat ini.

"Lo mau bilang apa ?" Tanya ku tanpa basa basi.

Dia terdiam cukup lama. Matanya mulai memerah dan dia semakin merundukkan kepalanya. Entah aku yang salah lihat atau memang dia menangis. Aku sekali lagi mencoba tak acuh. Bagaimanapun aku pernah sangat mecintainya. Sampai sangat sulit untuk membencinya.

"Gue gak pernah nganggap lo salah. Lo ga perlu minta maaf. Segala seauatu yang dulu pernah terjadi udah gue kubur dalam. Dan kehadiran lo disini gak bakal merubah apapun. Jadi biarkan seperti biasa. Dimana kita tak saling mengenal. Bertingkah seakan lo gapernah nyakitin gue sama sekali."

Ucapan panjang yabg gue mantapkan dalam hati terucap begitu saja. Gue yakin atau tak yakin gue hanya cinta ana dan gue coba yakinkan gue untuk menolak kehafiran luna kembali. Tanpa menunggu lama gue langsung pergi meninggalkan luna yang tak berkutik di pijakannya.

Kuatin hati gue

Hanya itu yang bisa gue ucapin.

Dalam hati.





#

Pendek kek badan ane. Wkwkw


See you next yahh


GIO(Lengkap)Where stories live. Discover now