21

808 41 0
                                    

Typo maklum

Hap read gyus

#

Gio sudah lama kemutuskan tak ingin membuat sebuah hubungan apapun dengan wanita manapun.
Baginya wanita hanya sebuah penjahat munafik yang bersembunyi di balik topeng sok lembut nya. Wanita yang notabene nya adalah mahkluk lemah. Ternyata tak selalu sepeeti itu. Terkadang bisa menjadi mahkluk yang paling menyeramkan. 

Masih beberapa bulan lalu gio melihat kedua orangtuanya makan bersama di meja makan dengannya setelah urusan bisnis.  Dan beberapa hari setelahnya sudah bercerai saja. Mereka memutuskan sesuatu tanpa butuh pendapat gio. Seakan mereka tak menganggap gio. Sama sama egois. Memang gio selalu berkecukupan di buat mereka. Tapi tidak dengan kasih sayang. Gio buta soal itu. Alasan orangtuanya bercerai adalah karena mamanya memiliki lelaki lain untuk di nikahinya di Amerika. Karna ternyata dia sudah punya anak disana yang hanya beda setahun dari gio.
Berapa lama dia berbohong dan menipu gio dan ayahnya.  Beberapa bulan terakhir ayah gio selalu tampak frustasi. Dan berkata saat itu pula

"Aku sudah di khianati.  Aku pikir dia mencintai ku sama seperti aku mencintainya. Ternyata tidak. Aku salah menilai. Dan sekarang aku hancur. Di hidup ku sekarang hanya kau lah yang aku punya. Gio anak ku. Aku takkan membiarkan dia mengambilmu suatu saat. Aku ingin kau tau. Ada banyak amanah yang akan ku tinggalkan untuk mu."

Sejak saat itu rasa benci gio pada seorang wanita semakin pekat. Gio tak suka dengan mahkluk seperti wanita. Apalagi yang suka berkhianat.

Sebenarnya gio pernah berpikir tak kan mendekati ana. Takkan berurusan dengan perempuan sepertinya. Dan tak kan mau berbicara dengannya. Hal itu semua pernah ada dalam kamus hidup seorang gio. Namun sekarang ? Rasanya aneh. Perlahan itu semua terhapus. Dan lama kelamaan yang ada justru rasa nyaman dan juga kepikiran.

Gio paling kesal dengan orang yang berisik. Dan mengganggu ketenangan nya. Rasanya ingin ia congkel saja bola mata nya.
Gio tidak pernah merasa iri karna dia mendapatkan apapun yang dia inginkan. Tapi gio bingung dengan perasaan yang ia rasakan sekarang. Entah kenapa ia ingin membunuh aldi saat ini juga.

"Ana guee rinduuu..." ucap aldi dengan nada lebay bin cukimay sambil memeluk bahu ana.

"Uhhh aldi.. gue juga rindu taukk" ana pun membalas pelukan di bahu aldi

"Cupika cupiki iyes ?" Tawar aldi sambil menaik turunkan alisnya dengan mata melotot

"Iyesss" ucap ana dengan tawa recehnya

"Aduuhhh" aldi dan ana sama sama melenguh ketika kedua tangan gio menjauhkan jarak mereka dengan paksa

"Apa apaan sih gio. Sakit tauuu!!!" Ana memegang dahinya yang sakit akibat sergahan gio yang tiba tiba tadi.

"Tau tuh" timpal aldi menyahuti

"Lagian lo bedua ngapain sok kayak kekasih yang lama gak ketemu. Sok kangenan. Semalem kan jumpa. Lebay deh lo bedua" gio berucap dengan nada ya tak suka

"Yeehhh lo tuh yang lebay. Suka suka kita lah. Kita kan jomblo. Bebashh" ucap aldi membela diri

"benur tuhhh" timpal ana

"Trus kalo jomblo bole pelukan gitu? Lo lagi!!" Tunjuk gio pada ana "mau aja lo di peluk gitu. Kan gue udah pernah bilang kalo ada yang mau modus tuh tebas aja tangannya. Bukan malah balas peluk"  ucap gio panjang lebar sambil menatap ana dan gio tak suka

"Biarin.. kan aldi juga temen ana woo" perlahan mata ana menyipit dengan dahi menyerit

"Mikir apa lo?!" Ucap gio sambil medorong dahi ana pakai telunjuknya

"Jangan jangan gio cemburu yah?" Ucap ana dengan menunjukkan senyum malu malu nya.

"Lo cemburu ?" Tanya aldi lagi. 

"Gak lah. Ngapai juga" elak gio dengan sedikit salah tingkah.

"Yaudah gausah sewot wooo" aldi mulai memanas manasi gio

"Gak sewot. Biasa aja" akhirnya gio melangkah jauh dengan hati yang dongkol menyisahkan dua sejoli yang di tinggal nya. Aldi dan ana.

Aldi dan ana ber adu tos dengan senyum di bibir tanda keberhasilan mereka menjahili gio.

#

"Gioo nebeng yah yah..." ucap ana memohon sambil menarik narik ujung kemeja sekolah gio.

"Gak. Jalan lo sana. Ngesot kalau perlu" tolak gio

"Ih gio jahat. Daei tadi sensian amat. Jangan gtu dong. Baik kek sama cewe.  Dasar Gak berprikecewekan." Sesekali ana menjotos lengan gio yang sama sekali tak terasa sakit bagi gio.

Mereka sedang berada di area parkiran yang kali ini sudah sepi. Menyisahkan gio dan ana saja. Ana memang menguntit gio tadi setlah plajaran selesai. Mengikutinya ke lapamgan basket sampai urusan gio selesai dan sekarang minta pulang bareng. Gio sendiri tak habis pikir dengan isi kepala cewe yang satu ini. Kekesalannya yang tadi siang juga belum berakhir. Nah orang yang buat dia kesal malah nongol lagi.

Gio memejamkan mata nya mencoba tenang dari omelan cewe di hadapan nya ini. Ngomel sambil menjotosi lengan gio. Lihat lah bagaimana bisa hati gio luluh seperti ini. Bukannya membujuk dengan baik dan lembut. Malah membuat gio semakin darah tinggi.  Sungguh gio membenci nya ? Berisik dan banyak omong. Gio benci perempuan seperti itu.

"Aminn.." ucap ana tiba tiba

Gio membuka matanya dengan menampilkan wajahnya yang keheranan "amin..?"

"Loh gio bukannya berdoa? Kan tadi gio tutup mata ?" Tanya ana polos dengan wajah sedikit paoknya.

"Begok!!" Gio mendorong dahi ana dengan telunjuknya membuat ana sedikit memundur. Dan mengeluh karena sakit di dahinya.

"Atit auu" ucap ana

"Lebay lo. Ayo pulang. Udah mau gelap" ucap gio mengakhiri perdebatan sambil memakaikan jaketnya ke tubuh ana dan helm nya kekepala ana. Serta di sambut ana dengan riang sambil melompat.
Langsung saja gio menabok kepala ana yang di lindungi helm tadi "gausah lasak deh"

Ana pov

"Helm gio besar. Kepala aku seperti akan tenggelam. Tapi wangi. Jadi begini harumnya gio. Baunya benar benar buat nyaman. Rasanya aku ingin menarik nafas panjang setiap detiknya. Jaketnya juga kebesaran untuk ku. Tapi aku jadi tak merasa kedinginan sedikit pun. Aku tak memandang keluar. Rasanya lebih nyaman seperti ini. Dengan bau gio yang ku hirup melalui helm dan kehangatan yang ku rasa melalui jaketnya. Ini benar benar sebuah kenyamanan tidak langsung yang membuat jantungku berdebar tak normal" aku tersenyum dan mengeratkan pelukan ku di pinggang gio. Sangat nyaman.

Dulu nya sih gio memang terlihat seperti tak tersentuh. Aku sampai nekat ingin berteman dengan nya mendekatinya dan mengambil sedikit celah dihatinya. Aku akui sejak awal aku sudah jatuh. Jatuh cinta padanya lebih tepat. Tapi sangat sulit menebak perasaan dan pikiran gio. Aku tak bisa. Kadang aku penasaran bagaimana perasaannya pada ku. Tapi menanyakan itu hanya akan membuat masalah. Dan aku tak mau itu menjadi alasan gio menjauh. Biar dulu tetap seperti ini. Selama gio masih berada disekitarku. Itu sidah cukup. 

#

Sepanjang perjalanan yang hanya di isi dengan keheningan itu. Hanya di hiasi dengan pikiran mereka masing masing. Ana yang bergelut dengan pikiran dan perasaannya.

#

Tbc

GIO(Lengkap)Where stories live. Discover now