_Epilog_

320 18 33
                                    

_Happy reading_

SENJA yang mulai menampakkan diri, membuat dunia tersadar bahwa hari mulai berganti. Menjadikan suasana di sebuah kafe kota Jakarta itu nampak nyaman untuk disinggahi. Seperti dua cowok yang saat ini tengah menyesap kopinya di sana.

Angkasa dan Elang memandang gadis yang baru saja turun dari mobil merah. Bibir kedua cowok itu terangkat sempurna ketika gadis itu berjalan ke arah mereka sembari memamerkan deretan giginya.

Elang maju beberapa langkah untuk menyambut kedatangannya. Tidak perlu waktu lama, Elang langsung menarik gadis itu dalam pelukan. Rasa rindu yang telah lama dia pendam, kini tersampaikan.

"Apa kabar adik gue yang pernah jadi pacar," ujar Elang sambil mengecup singkat puncak kepala Bintang.

Ya, gadis itu adalah Bintang Amaranggana. Tiga tahun tidak saling bertemu, membuat gadis itu tampak berbeda. Dia sudah dewasa sekarang. Sudah memasuki usia 20-an.

"Baik, Kakak," balas Bintang.

"Ekhm."

Suara deheman dari belakang mereka, membuat Bintang dan Elang melepas pelukannya. Di sana tampak seorang cowok dengan kemeja hitam yang membalut tubuh atletisnya itu menatap Bintang dan Elang datar. Cowok itu adalah Rasi. Kakak tiri Bintang.

"Why?" tanya Elang.

"Dia juga adik gue kali," kata Rasi sambil melipat tangan di dada.

"Kakak tiri aja bangga lo. Mending gue dong, masih sedarah sama dia," balas Elang mencebikkan bibirnya.

"Kebiasaan banget sih kalian. Udah gede juga masih suka adu mulut. Gue aja yang jadi adik kalian gak ada bangga-bangganya tuh," sewot Bintang menatap Elang dan Rasi bergantian.

Elang menghembuskan napas kasar. Sedangkan Rasi hanya tersenyum singkat.

"Bukannya pertama kali gue ketemu sama dia, juga adu mulut gara-gara tuh bocah," ujar Rasi pada Bintang sambil menunjuk Elang.

Elang melotot tak terima. "Enak aja lo ngatain gue bocah."

"Stop it ! Gue pusing ngadepin saudara kaya' kalian," pekik Bintang merasa gaduh.

Bintang langsung melangkah melewati dua cowok yang tak lain kakak-kakaknya itu. Dia langsung berjalan menuju meja di mana seorang cowok berpakaian santai sedang menatapnya sedari tadi. Dia, Angkasa.

"Hai," sapa Bintang sambil tersenyum canggung ke Angkasa. Cowok itu tertawa melihat kecanggungan Bintang padanya.

"Santai aja kali," ujar Angkasa. Bintang hanya tersenyum.

"Nah, ngobrol-ngobrol aja dulu sama cinta pertama lo di SMA," kata Elang dari kejauhan. Kini, Elang dan Rasi berada di lain meja. Tentunya juga tak jauh dari mereka.

Bintang mengernyit bingung mendengar perkataan kakaknya, sekaligus mantan pacarnya itu. "Kalo Kakak lupa, cinta pertama gue di SMA itu Kakak," katanya membuat Rasi terkekeh.

"Cerita lo, lo pada sangat menarik." Rasi menunjuk Elang dan Bintang. "Berawal dari cinta pertama, sekarang jadi kakak-adik an."

"Adik-kakak zone," sahut Angkasa yang kini memainkan ponselnya. Cowok itu sedari tadi menunggu seseorang yang juga diajak untuk berkumpul di tempat itu.

Bintang menghela napas. "Udahlah! Gue gak mau ingat lagi masa itu. Udah cukup, sekarang gue fokus mandang masa depan."

"Cowok di depan lo itu juga bagian dari masa depan lo, nggak?" tanya Rasi sambil tertawa. Karena sebelumnya, Bintang menceritakan semua kisahnya di masa putih abu-abu kepada Rasi. Tentunya, juga bagian waktu Angkasa menyatakan perasaan kepadanya.

Love In Galaxy (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang