11. ll Binary

184 38 0
                                    

Sebuah ungkapan yang tak mampu terucapkan, bisa ditulis dengan jari. Dipikir oleh otak, dan dirasakan oleh hati.
-Love In Galaxy-

~Happy reading~

BULAN terus mondar-mandir di depan kelasnya sambil memegangi ponsel. Dia melirik jam di tangan kirinya yang masih menunjukkan pukul 12.30. Itu artinya, masih ada jam-jam sekolah yang masih belum tuntas.

"Lo kenapa sih, Lan? Mondar-mandir terus. Gak capek apa?" tanya Bintang pada Bulan.

"Ck. Gue nunggu Angkasa. Katanya dia mau ketemu gue jam istirahat kedua. Tapi mana? Sampe sekarang belum dateng juga. Mana udah jam setengah satu lagi. Ntar kalo keburu Bu Mia dateng gimana?" kata Bulan.

Bintang hanya diam. Membiarkan Bulan terus berjalan bolak-balik di depannya. Gadis itu memilih membaca novel. Seketika, dia teringat dengan apa yang terjadi semalam. Elang yang mengajaknya keluar, bersama mengucap harapan ketika ada bintang jatuh. Gadis itu tersenyum tipis. Nyaris tak terlihat. Kira-kira, apa yang yang Elang harapkan semalam? Ah, kenapa Bintang jadi ingin tahu seperti ini.

"Lo kenapa senyum-senyum?" Bulan menatap Bintang dengan heran.

Bintang mengerjap mendengar perkataan Bulan. "Gue gak senyum," kilahnya.

"Halah. Lo kira gue gak lihat dari tadi?" goda Bulan. Bintang hanya menggelengkan kepala.

"Ihhh! Angkasa mana sih? Katanya gak bakal telat. Jangan-jangan dia malah nongkrong di kantin lagi." Bulan menghentakkan kakinya kesal. Sudah hampir 15 menit dia menunggu cowok itu untuk mengambil flashdisk-nya yang waktu itu dibawa Angkasa.

"Sabar kali, Lan! Namanya juga cowok," ucap Bintang menenangkan.

Bulan mendengus kesal. "Cowok aja kaya' gitu. Gak bisa bayangin gue kalo dia terlahir sebagai cewek. Lemotnya udah kebangetan juga kali," balasnya.

Bintang tertawa-tawa mendengar gerutuan gadis itu. Bulan memilih duduk di samping Bintang. Ikut membaca novel yang sedari tadi tidak dia baca juga. Ketika dia sedang asyik-asyiknya membaca, sebuah benda dingin menempel di pipi kirinya. Bulan terjingkat kemudian.

"DINGIN BEGO!" pekik Bulan tidak terima. Gadis itu langsung menarik dan meremas kuat tangan seseorang yang berada di dekat kepalanya.

Saat dia mendongakkan kepala, matanya membulat. Seseorang yang telah membuatnya kaget itu Angkasa. Dan sekarang, cowok itu sedang menunjukkan ekspresi wajah paling menyebalkan.

"LO?!" geram Bulan.

Angkasa hanya tersenyum kemenangan. Dia mendekatkan wajahnya pada Bulan. Membuat gadis itu semakin melotot.

"Iya. Dengan saya sendiri, Angkasa Ratana Ditya," ucap Angkasa sambil tersenyum tipis. Bulan teringat sesuatu ketika memandang senyuman Angkasa yang jarang dia lihat.

Senyuman itu? Bulan sangat gugup dengan jarak sedekat ini. Gadis itu segera menarik dirinya agar berjarak dengan Angkasa.

"Mana?"

"Apa?" tanya Angkasa pura-pura tidak tahu.

"Manaa?"

"Apanya, Mbul?"

Bulan berdecak sembari berkacak pinggang. "Gue doain lo amnesia beneran tau rasa," semburnya.

Love In Galaxy (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang