17. ll Aquilla

190 33 0
                                    

Ada kalanya, kita harus memendam sebuah rasa. Agar semuanya tetap baik-baik saja.
-Love In Galaxy-

~Happy reading~

ANGKASA menyelesaikan kegiatannya dengan mengakhiri alunan nada piano yang dia mainkan. Setelah itu, dia berdiri sambil merapikan jasnya. Suara riuh menggema memberi apresiasi kepada dua orang di atas panggung itu.

Angkasa menoleh, melihat Bulan yang masih duduk dan tersenyum. Entah dorongan dari mana, cowok itu mengulurkan tangannya. Mengajak Bulan untuk segera turun.

Gadis itu mendongak melihat uluran tangan Angkasa yang masih menggantung di udara. Bulan enggan menerimanya. Seharusnya cowok itu sadar, kalau sikap manisnya membuat Bulan sering salah menanggapi.

Bulan berdiri tanpa menerima uluran itu. Masih ada sisa perasaan kecewa yang hinggap di hatinya.

Angkasa memilih mengikuti gadis itu dari belakang. Kemudian, dia duduk di kursinya kembali. Angkasa hanya diam sambil menatap ke depan. Berbeda dengan Bulan yang termenung memikirkan apa yang baru saja dia lihat.

Namun, suara di samping mereka membuat Bulan tersadar dari lamunan. Bulan melihat Elang yang sedari tadi mengajak Bintang bergurau. Ada sedikit rasa iri di hatinya. Tapi, gadis itu memilih diam. Dia tidak akan menjadi musuh dalam selimut. Bagaimanapun juga, dia tidak bisa harus bahagia seperti Bintang. Elang dan Angkasa dua orang yang berbeda. Dan Angkasa tidak pernah memiliki perasaan lebih dari sahabat padanya.

"Tang, lihat deh yang itu," ujar Elang sembari menunjuk seorang dosen. "Gue gak bisa bayangin, ntar kalo kuliah dosennya beringas kaya' gitu," lanjutnya membuat Bintang terkekeh.

"Itu tergantung sama lo nya, Lang. Kalo bandel yang pasti dapet omelan tiap hari," ujar Bintang.

"Gue gak pernah bandel," bala Elang singkat.

Bintang manggut-manggut sembari tersenyum. "Iya. Gue tau. Mana ada seorang Semesta Erlangga Aditama bandel?"

Elang mengacak pelan rambut Bintang. "Nah tuh tau. Makanya, ntar kalo gue bandel, lo marahin aja."

"Kenapa harus dimarahin?" tanya Bintang bingung.

"Karena gue butuh orang yang selalu ngingetin gue, kalo lagi ngelakuin kesalahan," jawab Elang dengan pandangan datarnya.

Melihat logat bicaranya, Bintang teringat apa yang Elang katakan di atas panggung tadi. Rasanya hanya seperti angin yang berlalu ketika Elang mengatakan bahwa dia menyukainya. Bintang terdiam sejenak. Rasanya aneh kalau menanyakan hal itu kepada orangnya. Tapi, saat ini dia sangat penasaran.

Elang menyadari gadis di sampingnya sedang memikirkan sesuatu. Sepertinya, dia tahu apa yang sedang Bintang pikirkan.

"Gue tau apa yang sedang lo pikirin," ucap Elang membuat gadis itu menatapnya.

"Sok tau," cibir Bintang.

"Udah gak papa. Lupain aja yang tadi!" ujar Elang membuat gadis itu segera memandang arah lain. Ada perasaan kecewa yang menyelimutinya. Jadi, semua yang Elang katakan tadi memang hanya angin. Yang menerpanya sesaat dan berlalu ketika waktu sudah berdenting ke detik berikutnya.

-Love In Galaxy-

Semua siswa yang berada di dalam Aula bersama-sama keluar dari tempat itu. Pengumuman pemenang Raja dan Ratu Adiwara tadi membuat semua murid di sana terkejut. Mereka mengira, salah satu pasangan yang tampil tadilah yang mendapat gelar. Ternyata, penilaiannya individu.

Love In Galaxy (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang