48. ll Taurus

129 17 15
                                    

~happy reading~

DUA minggu telah terlewati. Liburan telah usai. Kini semua murid SMA Adiwara telah melakukan kegiatan sekolah seperti biasa. Bedanya, mereka akan pindah kelas. Tentu saja, karena mereka yang naik kelas pasti akan memasuki kelas yang berbeda.

Angkasa dan teman-temannya sudah berjalan bersamaan menuju kelas barunya. XII IPA 6. Tidak terasa setahun sudah berlalu. Kisahnya selama itu, kini hanya bisa terkenang agar tak terhapus oleh guliran waktu.

Sejak acara liburan ke puncak bersama, mereka menghabiskan waktu masing-masing dengan keluarga. Selama itu juga, Angkasa yang mengetahui kondisi Bulan selalu datang ke rumah gadis itu. Angkasa mengerti bagaimana sepinya seorang Bulan tanpa keluarga. Ayah dan Ibu gadis itu sudah terlalu sibuk dengan harta. Kadang, Angkasa merasa harus banyak-banyak bersyukur karena keluarganya sangat lengkap dan menemaninya di setiap waktu.

Satu hal yang menonjol. Kenapa Angkasa semakin dekat dengan Bulan? Apa dia sudah jatuh bersamaan rasa suka Bulan padanya yang semakin dalam?

Angkasa menggelengkan kepala pelan. Lalu mengusapnya kasar. Dia tidak mungkin menyukai sahabatnya. Dia yakin hatinya masih ada Bintang. Biarpun gadis itu sudah milik orang lain.

"Lah, lo kenapa, Sa?" tanya Darma menyadari Angkasa barusaja mengusap wajahnya frustasi. Angkasa mendesah pelan. Ini tidak mungkin.

"Gak kenapa. Kuy, cari bangku sana! Pastiin tempat kita strategis kaya' dulu. Ogah gue bangku paling belakangan. Yang ada gue gak paham pas dijelasin," omelnya. Maklum saja, Angkasa tetap Angkasa. Cowok banyak ulah yang terus mengerjar prestasi.

Dirga dan Sagara berbisik-bisik lalu terdengar cekikikan menahan tawa. Sesekali kedua cowok itu mencuri-curi pandang pada Angkasa. Angkasa merasa kalau dirinya sedang dibicarakan. Lantas, cowok itu menatap Dirga dan Sagara kesal.

"Gak usah ngrencanain yang aneh-aneh. Kaya' gak tau aja kalo gue semua bisa. Buang lo contohnya," ujar Angkasa.

Dirga meringis. "Kalo dibuang, kasian dong Mentari sinar hati gue," kata Dirga. Cowok itu tiba-tiba teringat dengan sosok cewek yang selama liburan ini selalu dia ganggu lewat telepon.

"Kaya' Mentari mau aja sama lo," cibir Darma. Dirga melotot tak terima.

"Daripada sama lo. Mata genit mulu, mending sama Abang Dirga, lah!" Dirga menepuk dadanya bangga. Kemudian, cowok itu mengalihkan pandangan pada Rains. Cowok itu sedari tadi tidak menyahut. Apa dia masih hidup?

Tentu. Rains hidup demi para gadis yang sudah menumpuk dalam rak kemodusannya.

"Yang dipojok, mantengin HP mulu gak copot apa tuh matanya," ucap Dirga asal. Rains masih nampak tak acuh.

"Yang dipojok, chattan mulu sama cewek gak capek apa tuh jarinya," kata Dirga lagi. Cowok itu menghela napas. Percuma saja berbicara dengan seorang Rains Andromeda, fakboi kelas buaya dan suka mengabaikan sekitarnya yang dianggap tak begitu penting.

Tidak ada pembicaraan lagi, akhirnya mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing.

"Kira-kira guru kelas 12, bohay gak ya?" kata Rains, membuat teman-temannya mengernyit menatap cowok itu.

"Hm ... gue rasa penyakit playboy lo udah akut, Rains. Mulai bayi sampe nenek-nenek juga kalo masih cantik pasti udah lo sikat abis. Dasar! Salah apa Dirga Ya Allah, punya temen laknat semua," gerutu Dirga sambil menengadahkan tangannya di depan dada.

Love In Galaxy (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang