25. ll Aphelion

153 18 4
                                    

Kalaupun kamu memaksa agar aku melupakanku. Maaf, aku gak bisa. Karena bagaimanapun keadaannya, aku sayang sama kamu.
-Love In Galaxy-

~Happy reading~

HARI mulai terik. Matahari nampak mulai berada pada titik tertinggi. Hawa panas mulai menyerang pada tubuh-tubuh yang meminta diistirahatkan.

Bintang baru saja menyelesaikan tugas yang gurunya berikan. Merasa kantuknya mulai menghujam, Bintang mengajak Bulan untuk keluar kelas.

"Lan, ke taman yuk?" ujar Bintang menggoyangkan punggung Bulan.

Bulan nampak mengerjapkan matanya yang mulai menutup. "Hmm, sendirian aja ya, Bin? Udah ngantuk nih gue."

"Ayo lah, Lan! Gue mana berani ke sana sendirian." Bintang terus merajuk Bulan yang masih enggan mengangkat tubuhnya dari meja. Bintang benar-benar ingin menenangkan pikirannya yang kacau karena Elang.

"Ntar kalo Bu Dewi ke sini lagi gimana?" tanya Bulan.

"Gue jamin enggak deh. Soalnya gue barusan dapet kabar dari Angkasa kalo hari ini jamkos semua karena ada rapat." Perkataan yang Bintang lontarkan membuat Bulan terdiam.

Bulan menyengir. "Oh, lo baru di chat Angkasa." Gadis itu nampak tersenyum kecut.

Bintang mengangguk antusias. Dia langsung menarik tangan Bulan dan membawanya menuju taman belakang sekolah.

Ketika dalam perjalanan, dari arah berlawanan mereka mendapati Elang dan kawannya sedang berjalan menuju arahnya. Bulan tahu pasti mereka akan menuju kantin. Bulan tidak ingin berdebat lagi saat nanti Angkasa bertemu dengannya. Tanpa menghentikan langkahnya, kini ganti Bulan yang menarik tangan Bintang.

Bulan seketika menatap Bintang ketika gadis itu tidak bergerak saat dia menariknya. "Bin, ayo buruan!"

Bulan mengernyit melihat raut wajah Bintang yang sendu. "Bin, lo gak papa?" Lantas, dia mengikuti arah pandangan Bintang

Setelah Bulan paham, dia melepas cekalan tangannya. Dia berdiri di samping Bintang tanpa bertanya lagi. Bulan menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Lang, cewek lo tuh," ujar Sagara menunjuk Bintang.

"Samperin bentar sana, Lang! Kasian cantik-cantik dicuekin gitu." Rains menepuk bahu Elang.

"YANG LAMA AJA GAK PAPA KOK, LANG. ABANG DIRGA RELA," ujar Dirga sembari tertawa.

Angkasa memandangi Elang dan Bintang bergantian. Cowok itu terdiam tanpa ikut berceloteh seperti kawannya yang lain. Menyadari ada Bulan di samping Bintang, Angkasa menatap jahil gadis itu.

Di arah berlawanan, Bulan mengernyit menyadari tatapan Angkasa padanya. Angkasa nampak menaikkan sebelah alisnya sambil tersenyum miring. Ingin sekali Bulan melayangkan tampolan pada wajah menyebalkan itu. Tapi niatnya terurung ketika memandang Bintang yang berjalan mendekati Elang.

"Lang, gue mau ngomong sama lo?" kata Bintang sedikit takut.

Dirga dan Sagara menahan tawanya. "Kemarin kaya'nya masih adem. Kok sekarang bau-bau perang keluarga," ujar Dirga pada Rains. Mendengar celetukan itu, Elang menatap tajam mereka berdua.

Setelah semuanya hening, Elang maju selangkah dari barisan teman-temannya. "Lo gak denger kemarin gue bilang apa? Jangan cari gue lagi." Elang berujar ketus.

"Ouh! Nyesek gans," kata Sagara pura-pura memegangi dadanya.

Bintang meremas jarinya yang berkeringat. Dia menahan gemuruh dalam dadanya. Dia tahu kalau Elang keras kepala. Bahkan, lebih keras kepala dibanding Angkasa kalau seseorang telah mengenalnya. Tapi, dia tidak ingin perang dingin ini berlangsung lama. Bintang ingin Elangnya kembali. Bintang merindukan Elangnya yang selalu menemani.

Love In Galaxy (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang