14. ll Cygnus

152 31 2
                                    

Kita sudah melewati garis pernah. Bahwa ada percakapan yang terlontar dengan nada kebahagiaan yang terselipkan.

-Love In Galaxy-

~Happy reading~


ANGIN semilir berhembus tenang. Menerpa wajah Angkasa yang sedang memandangi langit biru. Pemuda itu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Dasinya sudah tidak rapi seperti tadi pagi.

Sesekali, cowok itu menendang kerikil tak berdosa di dekat kakinya. Entah kenapa, dia sangat kesal melihat perhatian Elang yang secara terang-terangan ditunjukan untuk Bintang. Angkasa menunduk. Dia yakin hatinya sudah jatuh dalam pusara pesona Bintang.

Angkasa melirik ke samping sembari mengangkat sebelah alisnya. Pandangannya tertuju pada seorang gadis yang sedang berjalan sendirian dengan gerakan mulut tanpa suara. Angkasa tersenyum jahil. Sepertinya, mencari hiburan bisa membuat dia melupakan api cemburunya.

"Cewek. Sendirian aja," sapa Angkasa membuat gadis itu berhenti.

Bulan menoleh dan menatap garang Angkasa. "Lo lagi, lo lagi! Ngapain sih? Kurang kerjaan aja," ujarnya.

"Heh! Ntar lo kalo marah-marah tambah melar, loh," ujar Angkasa membuat Bulan mendekat ke arahnya.

Bulan mengangkat buku tebal di tangannya dan bersiap menabok Angkasa. Menyadari itu, Angkasa membulatkan mata dan mulai khawatir.

"Eh-eh. Lo mau apa?" tanya Angkasa yang tidak dihiraukan Bulan.

"LO ITU NYEBELIN BANGET SIH!!!" teriak Bulan tepat di telinga Angkasa bersamaan dengan buku tebal yang mendarat mulus di bahu Angkasa.

"WOY! Sakit bangke!" Angkasa berusaha menghindar dari serangan Bulan.

Bulan menggertakkan giginya. Dia merasa kesal dengan sikap Angkasa yang selalu mengerjainya. Gadis itu tidak berhenti melayangkan pukulan dengan buku tebal.

"LO BISA GAK SIH? SEKALI AJA KALO KETEMU GUE GAK NGAJAK RIBUT," teriak Bulan sekali lagi.

"YANG ADA ITU LO! NGAJAK BAKU HANTAM TERUS," balas Angkasa tak kalah kerasnya tepat di telinga Bulan.

"SAKIT TELINGA GUE DUGONG!" ujar Bulan sembari mengusap telinganya yang berdengung.

"Salah sendiri," cibir Angkasa membuat Bulan melotot.

Entah kenapa, tidak di ruang musik, di jalan, di koridor, bahkan di kantin, setiap kali mereka bertemu, pasti akan ada keributan yang disebabkan hal sepele. Itu karena sikap Angkasa yang menyebalkan dan juga Bulan yang sangat sensitif.

"Udah ah. Capek gue ngurus lo." Bulan terdiam. Merasa lelah dengan pertengkaran barusan.

"Siapa juga yang nyuruh lo ngurus gue," balas Angkasa sambil mengusap kepalanya yang sedikit sakit.

Bulan merapikan rambutnya. Angkasa yang mengamati itu, langsung terdiam. Setelahnya, dia bertanya kepada Bulan, "Lo mau ke mana?"

"Ke Perpus. Kenapa? Mau ikut?" Bulan sudah tenang sekarang. Emosinya tidak tersulut. Caranya berbicara sudah santai tanpa kobaran amarah lagi.

"Gak papa emang?" tanya Angkasa memastikan penawaran Bulan.

Bulan mengangguk sembari tersenyum. "Emangnya ada masalah kalo lo ikut?"

Angkasa menggeleng sambil menggaruk tengkuknya. "Ya enggak sih. Ya udah yuk! Gue bosen juga di sini."

"Emang temen-temen lo ke mana?

Love In Galaxy (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang