53. ll Libra

151 17 13
                                    


_Happy reading_

"BINTANG," panggil Angkasa ketika cowok itu melihat Bintang berjalan tergesa-gesa memasuki rumah sakit.

Merasa terpanggil, gadis itu menoleh. Dan melihat Angkasa sedang duduk di kursi taman rumah sakit. Bintang menghampiri Angkasa dengan raut wajah cemasnya.

"Sa, apa yang terjadi sama Bulan? Dia gak papa, kan?" tanya Bintang.

Sedari tadi, Angkasa memang tidak kembali ke sekolahan. Dia berada di sana karena ingin selalu tahu bagaimana perubahan kondisi Bulan.

"Lo udah baikan?" Angkasa balik bertanya.

"Kalo gue gak baikan, gimana gue bisa kuat ke sini?!" jawab gadis itu. "Ada apa sama Bulan, Sa?"

"Bulan...." Angkasa menghela napas sejenak. Dia tidak bisa menyembunyikan ini semua dari Bintang yang notabene-nya sebagai sahabat Bulan. Meskipun sebenarnya, dia sendiri khawatir kalau Bintang akan drop lagi seperti tadi.

"Kenapa?" desak Bintang.

"Bulan menderita leukimia." Bintang membekap mulutnya tak percaya.

"Gak. Ini gak mungkin. Bulan itu cewek kuat. Mana mungkin dia menderita penyakit itu," ujar Bintang yang mulai terisak. Bahu gadis itu merosot. Angkasa yang melihatnya segera menarik Bintang dalam pelukan.

Angkasa menyalurkan segenap kekuatannya untuk Bintang. Mereka berdua sama-sama terpukul mendengar orang terdekatnya sedang menderita penyakit serius. "Lo yang kuat, Tang. Bulan butuh dukungan kita."

"Kenapa, Sa? Gue gak mau kehilangan sahabat gue," racau Bintang di sela tangisnya.

"Bulan pasti bisa melewati ini semua. Lo harus yakin," kata Angkasa terus meyakinkan Bintang. Padahal, dia sendiri juga sama-sama mengkhawatirkan kata kehilangan seorang sahabat.

Angkasa merapatkan bibir agar tetap terlihat tegar. Di bawah sinar matahari yang sudah melewati puncak, Angkasa menatap awan putih yang memantulkan cahaya dari sang mentari. Dia harus yakin, kalau gadis yang hari ini menyatakan perasaan suka kepadanya akan sembuh. Dan kembali menghabiskan tawa ceria bersama dia hingga nanti. Angkasa tidak boleh berpikiran buruk. Semoga, kesalahannya terhadap Bulan tidak akan terulang kedua kalinya. Bagaimanapun caranya, Angkasa harus bisa membahagiakan Bulan. Walaupun tentang hatinya sendiri, masih ada sisa-sisa harapan untuk gadis yang saat ini berada di pelukannya.

"Sa, gue belum kasih tau lo."

Angkasa melepas pelukannya dan menatap Bintang penuh tanya.

"Elang itu saudara gue, Sa." Angkasa mengernyit tak mengerti.

"Bokap gue ternyata ayahnya Elang juga. Tapi, kita beda ibu," jelas Bintang. "Kita baru aja putus."

Angkasa mengusap dahinya. Bintang putus sama Elang? 

-Love In Galaxy-

Elang menghembuskan napas berkali-kali ketika dia ingin mengetuk pintu rumah Bintang.

"Assalamu'alaikum, Bintang."

"Iya, waalaikumsalam bentar," jawab seseorang di dalam sana.

Elang memasukkan kedua tangannya di saku celana. Cowok itu menghadap membelakangi pintu. Dia sedang menatap setiap sudut halaman rumah Bintang yang masih tetap sama seperti biasanya. Tidak ada yang berbeda, tapi sekarang dia sendiri yang merasa berbeda. Karena rumah itu bukan lagi ditempati pacarnya, tetapi adiknya.

Love In Galaxy (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang