22.ll Regulus

165 23 6
                                    

Kadang, kejujuran itu menyakitkan. Tapi, dengan seperti itu mungkin kita akan lebih berhati-hati dalam menaruh perasaan.
-Love In Galaxy-

~Happy reading~

DI DEPAN mading kelas XI SMA ADIWARA. Di sinilah, mereka berdua di jam istirahat kedua.

Bulan, sang pengagum yang tak sepadan dengan awang-awang.
Terombang-ambing dalam bimbang.
Membiarkan hatinya terbang.
Mengejar angan yang tak tersampaikan.

Ketika hatinya sudah terlalu jatuh.
Dia terperosok dalam galaksi gelap.
Dia memeluk tubuhnya kedinginan.
Berdiam tanpa sinar yang menatap.
Menunggu angkasanya dengan penuh harap.

Rembulan. A.


Rasa mulai tenggelam dalam gelap.
Mata hatinya terhalang untuk menatap.

Bintang, mulai bersinar gemerlap.
Hingga angkasa tak jemu bersanding dalam senyap.
Menghabiskan malam, dengan perasaan penuh harap.

Angkasa. R. D.

"Gue pastiin, lo yang bakal jadi partner dalgona coffe buat gue." Bulan berkacak pinggang sembari menatap karyanya bangga.

"Apaan? Yang ada lo, yang jadi partner gue," ujar Angkasa setelah selesai menempelkan puisinya di mading.

Bulan sedikit memajukan badannya. Dia belum sempat membaca puisi yang Angkasa yang buat. Matanya berbinar menatap tulisan rapi cowok itu. Jarang-jarang dia melihat karya cowok seindah ini.

Dalam hati, dia mulai membaca kalimat demi kalimat yang tersusun di sana. Dia tersenyum kecut setelah mengambil makna puisi itu. Sepertinya, perasaan Angkasa masih sama terhadap Bintang.

"Mbul. Pas gue baca punya lo, kok berasa gue ya yang ada di dalam puisi itu." Angkasa berkata seraya menggaruk tengkuknya.

"Iyalah! Kan, emang ada nama lo di situ. Tapi, yang di puisi itu cuma nama benda langit aja," ujar Bulan.

Bulan menatap Angkasa. Dia berpikir, apa cowok itu memang tidak peka sedikitpun? Rasanya, dia ingin nekad untuk mengatakan semuanya. Tapi tidak mungkin. Dia takut ketika semuanya sudah diketahui Angkasa, maka hubungannya dengan cowok itu tidak baik-baik saja seperti semula.

"Lo copas ya? Kok pake nama benda langit juga?" tanya Bulan berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Enak aja! Gue kreatif ya. Gak mungkinlah, copas punya lo," tukas Angkasa.

Bulan hanya ber'oh' ria menanggapi. Setelahnya, mereka saling diam sambil menatap tulisannya masing-masing. Bulan melirik Angkasa yang tengah tersenyum membaca puisinya sendiri. Angkasa dan Bulan saling berpandangan setelahnya. Ada sorot penuh harap pada mata gadis itu. Sedangkan Angkasa, cowok itu hanya membalas tatapan Bulan dengan tersenyum.

Bulan mengamati mata indah milik Angkasa. Seandainya saja dia bisa menjadi yang utama dalam hati Angkasa. Pasti Bulan sangat bahagia sekarang. Perlahan, sudut bibir Bulan ikut tertarik. Mereka saling bertatapan dalam diam diiringi senyuman yang melebar.

"Dalgona coffe, i'm coming soon for you," ujar Bulan sumringah.

"Demam banget sama dalgona. Mending demam sama gue aja, ntar gue kasih cup-cup berhadiah," ucap Angkasa menampilkan senyum jahilnya dan Bulan hanya tertawa kecil.

Love In Galaxy (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang