18. ll Galaksi

157 33 3
                                    

Ada saatnya kamu akan merasakan, bagaimana susahnya menyatakan perasaan. Lalu, bagaimana rasanya senang ketika telah melepaskan.

-Love In Galaxy-

~Happy reading~

ANGKASA tertawa kencang melihat bibir Bulan maju beberapa centi. Jari tangan cowok itu bermain menusuk-nusuk pipi Bulan yang sedikit tembam. Kadang, ketika Angkasa tak kuasa menahan rasa gemasnya, dia sesekali menarik-narik pipi gadis itu. Dan pastinya, itu membuat Bulan tak nyaman.

"Hayo pipinya merah," goda Angkasa yang masih memainkan pipi gadis itu. "Lo perasaan tambah gemuk deh," lanjutnya membuat Bulan melotot.

"LO BILANG APA?" teriak Bulan tidak terima tepat di dekat telinga Angkasa.

"Aduhhh, telinga gue sakit," keluh Angkasa sembari mengusap telinganya.

"Lo bilang gue gendutan? Heh, asal lo tau ya. Gue itu jaga pola makan, olahraga tiap hari, tubuh kaya' gini dibilang gendut. Lah, situ apa? Cungkring?" cerocos Bulan tak kalah ketusnya.

"Iya, iya. Lo langsing. Body goals. Gak jadi gendutan." Angkasa mengalah sambil mengelus telinganya yang masih terasa panas.

"Eh, tapi tadi lo bilang apa? Cungkring?" tanya Angkasa.

Angkasa tersenyum miring. Lebih tepatnya senyum smirk yang mengintimidasi siapa saja orang yang memandangnya. "Iya, lo bilang kaya' gitu karena belum pernah lihat roti sobek gue kan?" lanjut Angkasa membuat pipi Bulan bersemu.

"Dasar gila!" tukas gadis itu berkacak pinggang.

Angkasa hanya tertawa. Bulan terpaku sesaat melihat deretan gigi rapi Angkasa. Bulan merasa, dia hanya bisa berandai untuk memiliki Angkasa. Bulan tidak ingin menjadi orang jahat hanya karena memikirkan egonya.

"PERGI KE WARUNG MAU BELI PISANG. EH PULANGNYA BAWA MENDOAN." Mendadak, suara teriakan Dirga  terdengar oleh Angkasa dan Bulan. Dua orang itu membulatkan mata menyadari semua teman Angkasa berada di sana memandangi mereka.

Entah kenapa, di mana pun Angkasa berada pasti akan ada teman-temannya juga. Angkasa memutar bola matanya malas ketika matanya tertuju pada gerombolan teman-temannya yang berada tak jauh dari tempat itu sambil menatapnya jahil.

"Kenapa beli pisang juga, Ga? Kan masih ada yang lain," ucap Darma mengomentari pantun yang baru saja dilontarkan Dirga.

"LANJUT!" seru Rains.

"ABANG GANTENG KENAPA GAK PULANG? EH TAUNYA PACARAN SAMA SI BULAN."

"ANJIR! Pacaran ya? Pacaran?" tanya Sagara. "Gercep amat, Bang."

"LO NGAPAIN SIH, PADA DI SINI?" teriak Angkasa kesal.

Dirga, Darma, dan yang lainnya saling bertatapan. Lantas, mereka tersenyum jahil melihat Angkasa yang bersungut kesal. "OH, JADI GAK MAU DIGANGGU NIH?" ucap mereka bersamaan.

Bulan tertawa melihat ulah konyol mereka. Angkasa yang menyadari itu, melirik Bulan dengan ekor matanya yang menajam.

"Kompaknya gak ketulungan. Somplaknya gak kurang-kurang," ujar Angkasa menggerutu.

"Lo sendiri juga somplaknya gak kurang-kurang kok, Sa. Malah kebanyakan. Pantes aja temen-temen lo juga ketularan," ujar Bulan sambil tertawa mengejek.

"Apa lo bilang? Oh jadi gitu?" Angkasa mulai mengeluarkan ide-ide briliant nya.

Dia perlahan mendekatkan kepalanya ke wajah Bulan. Gadis itu menahan napas seketika melihat wajah Angkasa sedekat ini. Angkasa mengumbar senyuman yang pasti membuat siapapun gelagapan. Angkasa menahan tawanya melihat reaksi Bulan yang menegang. Lantas, cowok itu memiringkan wajahnya. Semakin mendekat, mendekat, dan...

Love In Galaxy (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang