20. ll Libra

180 33 4
                                    

Menyeimbangkan keadaan, antara cinta dan sahabat itu susah. Kadang, dalam satu hari kita harus mengalah untuk salah satunya.

-Love In Galaxy-

~happy reading~

"UHUK ... uhuk ..." Semua yang berada di satu meja panjang itu menatap sumber suara.

"Bintang!" panggil Elang dan Angkasa bersamaan.

Dua cowok itu tergopoh-gopoh mengambil minumannya. Dan dengan bersamaan juga, mereka menyodorkan minuman masing-masing ke Bintang.

Saking tergesa, Angkasa sampai tidak menyadari kalau Bulan terkena hempasan tangannya karena berhubung duduk mereka bersandingan. Bulan mengusap dahinya sembari merunduk.

"Nih minum!" perintah Angkasa pada Bintang.

Mata Bintang sudah memerah. Menahan rasa pedas yang membakar lidahnya. Entah karena apa, sekarang makanan yang biasanya dia santap terasa sangat pedas. Teman-teman Angkasa hanya memandang mereka dalam diam, tanpa ada yang menyahut.

Setelah Bintang menyadari kalau dua cowok di sampingnya itu menyodorkan minuman, pandangannya langsung tertuju pada salah satunya yang tak lain adalah Elang, pacarnya.

Melihat hal itu, Angkasa menarik tangannya yang membawa segelas lemon tea. Ada sedikit rasa kecewa dalam batinnya. Mungkin, dia yang seharusnya sadar diri.

Bulan menatap Angkasa yang saat ini sedang terdiam sambil memandang hampa tangannya yang masih membawa minuman. Bulan tahu apa yang sedang cowok itu rasakan.

"Uhuk ... uhuk, aduh! Gue butuh minum," Bulan mengambil minuman yang masih berada dalam tangan Angkasa. Lantas, dia meneguknya. "Makasih, Sa," ucapnya sambil tersenyum jahil.

Angkasa melongo, ketika melihat Bulan merebut minumannya. "Minuman gue?" Cowok itu memandang gelas bekas minum Bulan yang saat ini sudah tidak berisi apa-apa.

"Kenapa? Jijik? Ya udah, nih gue ganti. Masih segel," ujar Bulan sembari menyodorkan es tehnya.

Angkasa memutar bola matanya sambil menggeser gelas yang Bulan berikan. "Gue gak haus," ucapnya.

Bulan tertawa. Melihat wajah kesal Angkasa, membuat mood nya sedikit membaik. "Gimana nih? Ganti punya gue gak? Kalo enggak yang syukur kalo gitu."

"Gak."

"Beneran?" Bulan terus menatap Angkasa dengan pandangan bertanya.

"Iya," jawab Angkasa sembari menghela napas.

"Ntar, kalo lo haus gak bisa teriak loh."

"Biarin," Angkasa memandang tajam gadis di sampingnya yang saat ini sedang menatapnya jahil. "Apa lo? Genit banget lihatnya," lanjut Angkasa.

Bulan mengedikkan bahu. "Ya, ya ... terserah lo aja. Anterin gue ke kelas yuk!"ajaknya memohon pada cowok itu.

"Tuh, ada Bintang. Kenapa harus gue?"

"GASS KEUN!! BANG!" Teriakan Dirga mengalihkan perhatian mereka tertuju langsung pada cowok itu.

"Kenapa?" tanya Elang dingin.

"Apaan sih lo, Lang? Gue ngomongin Angkasa ya. Kok lo nyaut-nyaut kek kabel," balas Dirga memberi pandangan tak suka pada Elang.

"Apa-apa? Lo mau ngomongin apa ke gue, HAH?" ujar Angkasa pada Dirga.

"Itu ... si doi udah kode-kode minta dianter." Dirga menyengir memandangi Angkasa dan Bulan bergantian.

Angkasa mendelik. Sebelum akhirnya dia berdehem keras dan berkata," Sebagai cowok, gue gak suka dipandang remeh," Angkasa menegakkan tubuhnya dan memandang Bulan. "Yuk, gue anter ke kelas," lanjutnya sembari menarik dan menggenggam tangan Bulan.

Love In Galaxy (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang