9. ll Vega

208 46 6
                                    

Banyak orang  mengira, bahwa percakapan yang dilontar oleh seseorang spesial mampu menghidupkan benih-benih harapan yang terpendam. Namun, saat itulah logika harus bekerja. Agar kamu tidak terjerumus dalam cinta sebelah pihak.

-Love In Galaxy-

~Now playing: bila rasaku ini rasamu

~Happy reading~

ANGKASA mengerjapkan matanya ketika sinar matahari menerobos celah jendela. Dengan sedikit malas, dia beranjak dan melihat jam weker yang sudah menunjukkan pukul 06.35.

"ASTAGA DRAGON!" Angkasa terpekik keras bersamaan dengan matanya yang melebar.

"Ini momsky ke mana, sih? Kok gak bangunin gue." Angkasa menggerutu sembari mengacak rambutnya kasar.

Cowok berpakaian piyama warna navy itu bergegas mengambil handuk yang menggantung di tembok. Kemudian, dia segera mandi. Butuh waktu kurang lebih 5 menit, Angkasa sudah siap dengan seragamnya yang jauh dari kata rapi. Entah bagaimana juga caranya dia mandi dalam waktu 5 menit itu.

"Bintang udah berangkat belum ya?" gumamnya seketika dia teringat tentang pesan yang dikirimkan pada Bintang semalam.

Tidak ingin membuang waktu lama lagi, Angkasa mengambil kunci motor dan langsung melesat ke rumah Bintang. Suasana pagi yang cerah, ditemani suara kicauan burung yang hinggap di pepohonan, Angkasa bersenandung kecil. Kebiasaan menyanyikan lagu itu tidak hanya dia lakukan di rumah atau di sekolah saja. Malahan, dia sering bernyanyi di jalan raya ketika sedang berkendara.

Sekitar satu kilometer dari rumahnya, pandangannya menangkap motor yang nampak familiar begitu juga gadis yang duduk di boncengan.

Cowok itu menghela napas sesaat. "Gue telat."

Angkasa kembali berbalik arah dan melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Membiarkan angin pagi itu menerpa wajahnya yang sebagian tertutup oleh helm.

Angkasa tiba di sekolahannya, bersamaan dengan Elang yang juga memasuki gerbang.

Tiittt...


"Eh, hati-hati dong kalo naik motor. Jatuh baru tau rasa!" teriak seorang siswa yang berjalan menuju gerbang dan hampir saja terserempet motor Angkasa.

Angkasa sudah sampai di parkiran sekolahnya.

"Ada apa sama gue, ada apaaa?" Angkasa terus menggerutu. Dia memijat kepalanya frustasi. Kakinya refleks menendang batu. Angkasa tidak tahu kalau batu penuh lumpur itu sampai mengenai seseorang.

"WOY! SIAPA YANG UDAH NENDANG NIH BATU?" teriak seorang gadis tak jauh dari tempat Angkasa.

Angkasa membulatkan matanya. Tidak ingin mendapat semprotan gadis itu, dia segera mengendap-ngendap berlari meninggalkan area parkiran. Dia tidak menyadari kalau Bulan berhasil menangkapnya.

Ketika hampir selangkah lagi Angkasa sampai di lorong kelas, Bulan menarik kerah seragam cowok itu dari belakang. "Oooh, lo mau kabur gitu aja setelah lemparin gue batu?"

Angkasa perlahan menoleh. Dia sudah mengenali pemilik suara itu. "Hehe ... maaf, Embul. Angkasa gak sengaja. Swear deh!" Angkasa menyengir kuda sembari mengangkat dua jarinya di samping telinga.

"Gak! Enak aja. Lo harus tanggung jawab. Gara-gara kerikil yang lo tendang, rok gue jadi kotor tau," ujar Bulan sembari menunjuk roknya.

Angkasa melirik bawahan Bulan. Dan benar saja, ada noda basah di sana. Dia menggaruk tengkuknya bingung.

Love In Galaxy (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang