31. ll Betelgeuse

132 23 15
                                    

Kamu memang tinggi. Sampai aku tak bisa menggapainya. Dan kamulah yang membuatku berharap tinggi. Sampai aku tak bisa melupakannya.
-Love In Galaxy-

~Happy reading~


MALAM ini suasana begitu menyenangkan. Suara jangkrik saling bersahut-sahutan di setiap sudut tempat. Langit gelap berhiaskan kemerlip bintang. Bahkan, sang rembulan menampilkan guratan senyum yang sangat indah.

Berbeda dengan gadis yang bernama Bulan. Sedari tadi, cewek itu hanya diam di atas kasurnya sambil bolak-balik membuka HP. Ingin sekali dia menghubungi Angkasa untuk membatalkan janjinya tadi siang. Tapi, lagi-lagi pikirannya dibuat bimbang oleh tumpukan buku tebal untuk persiapan olimpiade.

"Ke sana gak ya?" gumam gadis itu. Bulan akhirnya beranjak dan membuka lemari tinggi di kamarnya.

Di sana lengkap tumpukan baju, buku, make up, sepatu, bahkan sampai tas juga. Bulan memang berasa dari keluarga berada. Tapi sayangnya, dia berbeda dengan Elang dan Angkasa yang memiliki keluarga dalam satu rumah. Orang tua Bulan justru sibuk dengan pekerjaan masing-masing di luar sana.

Gadis itu membuka tumpukan baju lama yang berada di pojok kanan. Tangannya menyentuh kaos putih dengan motif khas couple. Seingatnya, itu adalah kaos couple yang dia beli bersama Angkasa waktu mengikuti tournament musik tahun lalu. Bulan tersenyum sambil memeganginya.

Dering ponsel Bulan mengalihkan perhatian gadis itu. Hingga nama yang tertera di layarnya, membuat Bulan menarik bibir. Dengan segera, dia mengangkatnya.

"Halo, Mbul. Jadi gak sih? Gue udah lumutan nungguin lo."

Rasanya, Bulan ingin tertawa mendengar decakan Angkasa di seberang sana. "Apanya yang lumutan? Orang nungguin di rumah sendiri juga," balasnya.

"Pokoknya gak mau tau. Lima menit lagi harus nyampe! Kalo enggak-"

"Apa? Lo mau ngancem gue pake' apa?" potong Bulan cepat.

"Siapa yang mau ngancem. Ge-er banger lo. Kalo lo gak cepet dateng, gue pastiin motor gue melesat ke rumah lo."

Bulan terpingkal-pingkal sekarang. Merasa terhibur oleh lontaran Angkasa. "Gila. Sakti bener motor lo, Sa. Melesat ke rumah gue tanpa pengendara."

"Bodo amat! Pokoknya cepet. Gue gak mau jamuran nunggu lo."

"Gimana gue mau cepet. Orang lo aja malah nelfon," kata Bulan.

"Aish! Banyak omong lo. Pokoknya kalo lo telat sedetik pun bakal gue hukum."

Bulan tentu membulatkan mata mendengarnya. "Eh tap-tapi,"

Tuttt.. tutt..

"Anjir lo emang." Bulan berdecak kesal. Kemudian, gadis itu segera berganti baju dan bersiap ke rumah Angkasa.

Selama di perjalanan menuju rumah Angkasa. Bulan hanya memandangi jalanan lewat kaca jendela mobil. Rasanya, dia mulai lelah. Lelah dengan harap yang tak pernah terungkap. Angkasa selalu perhatian padanya. Tapi tak lebih dari teman. Sedangkan dia, selalu melibatkan perasaan dalam setiap perlakuan.

Love In Galaxy (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang