32. ll Antares

Mulai dari awal
                                    

"Terus Bintang mau?" tanya Angkasa.

"Iya. Mau gimana lagi, dia juga harus cari nyokapnya dulu, kan?"

"Bukannya waktu itu dia udah punya alamatnya?" tanya Angkasa. Dan Bulan langsung membalas dengan anggukan.

"Iya. Tapi lo tau sendiri kan, Amerika luasnya banget. Bintang juga capek kali. Butuh istirahat juga."

"Kenapa lo tanyain Bintang? Kangen?" Bulan langsung menembak pertanyaan yang membuat Angkasa meneguk ludahnya.

Cowok itu menghela napas pelan. "Mungkin," jawabnya. Dan hal itu membuat Bulan mengangguk maklum.

"Jangan sampai Elang tau, kalo Bintang di sana sama Rasi," ucap Angkasa serius.

"Kenapa?"

Angkasa terdiam sejenak sambil merapikan rambutnya. "Lo tau sendiri, gimana sikap keras kepalanya Elang. Kalau dia tau Rasi sama Bintang, pasti dia bakal lebih ngejauhi cewek itu."

"Lah kan, si Elang udah kelihatan gak peduli banget sama Bintang," tanggap Bulan. Gadis itu memang belum mengetahui alasan di balik sikap tidak peduli Elang pada Bintang.

"Pokoknya jangan. Gue yakin Elang masih sayang sama Bintang," ujar Angkasa. Meskipun cowok itu sudah mengetahui semuanya, tapi dia tidak ingin menambahkan orang dalam ruang lingkup permasalahan Elang.

"Rela banget lo," ujar Bulan tersenyum miris.

"Mau gimana lagi? Perasaan gak bisa dipaksa. Cinta itu cuma satu. Gak bisa dibagi lagi," balas Angkasa.

"Kalo sampai nanti Bintang gak tau perasaan lo, terus dia juga gak bisa balas perasaan lo, berarti cinta lo cuma di balik layar dong?" kata Bulan.

Angkasa tersenyum tipis. "Gak selamanya suka dalam diam itu menyakitkan. Ntar juga ada waktunya semua itu dibalas kebahagiaan oleh Tuhan."

"Allah maha adil. Dan tau mana yang terbaik buat gue," lanjut Angkasa yang membuat Bulan sedikit tersentil perasaannya. Bagaimanapun juga, apa yang dirasakan Angkasa sama dengannya.

Mereka sama-sama terdiam setelahnya. Tidak ada topik pembicaraan yang mampu memecah keheningan lagi.

"BANG AKASS!"

Teriakan yang sangat dikenal itu membuat Angkasa dan Bulan saling berpandangan. "Adik lo tuh," ujar Angkasa membuat Bulan mengernyitkan kening.

"Kenapa adik gue?" tanyanya.

"Lo gak lihat? Pas ada lo gue kaya' bukan kakak kandungnya," kata Angkasa yang membuat Bulan tertawa.

"Gak usah cemburu gitu dong. Samperin sana! Kan lo yang dipanggil."

"Gak. Lo aja. Males gue," ujar Angkasa.

"Yeee ... yang dicari lo Sa," tukas Bulan.

Angkasa lagi-lagi menolak. "Ogah! Lo aja yang samperin. Gue tunggu di sini."

"Itu adik lo, Sa."

"Itu juga adik lo, Mbul. Gue dinistakan pas ada lo."

Love In Galaxy (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang