"Prinsip gue kan tetep setia kalo si cewek gak ngebosenin." Rains berujar santai sambil menggeser layar ponselnya.

"Gak punya hati lo pada," kata Angkasa setelah sedari tadi dia menyimak.

Dirga dan Rains tertawa. "Dari pada gak punya otak. Ya nggak, Jan?" tanya Dirga pada Rains.

"Lo juga sama," jawab Rains mendengus kesal.

Beberapa menit kemudian, pesanan mereka datang. Ke tujuh cowok itu langsung melahap tanpa tersisa.

Di koridor kelas, Bintang berjalan menuju kantin. Entah kenapa, dia jadi seberani ini untuk pergi ke kantin pada waktu istirahat yang akhir. Dia mengedarkan pandangan ke segala arah. Kantin memang sudah sepi. Ketika matanya tertuju pada cowok yang tengah melahap makanan, bibir gadis itu tertarik. Dengan langkah tak ragu, dia bergegas menuju ke sana.

"Elang," panggil Bintang ketika sudah di depan cowok itu.

Elang yang masih menikmati makanannya hampir tersedak ketika mendengar panggilan mendadak dan juga melihat sosok Bintang sudah berdiri menatapnya sembari tersenyum manis.

"Lang, nanti pulang sekolah, gue bareng ya?" ujar Bintang tanpa memikirkan apa reaksi Elang selanjutnya.

"Gak."

"Kenapa? Lo masih ada urusan di sekolah? Gue tungguin deh." Bintang masih terlihat tenang tanpa menyurutkan senyumannya. Sepertinya, dia masih berada dalam keadaan ingin berjuang sampai perang usai.

"Gue bilang nggak, ya enggak!"

"Tapi, nanti gue pulangnya sama siapa, Lang?" ujar Bintang mencoba mencari topik pembicaraan. Entah kenapa, dia menjadi seperti ini. Jika dulu Elang yang selalu berusaha memberi perhatian kepadanya tanpa dia minta, maka kini biarlah Bintang yang berusaha mencari perhatian itu kembali.

Elang memicing memandang gadis itu. "Urusannya sama gue apa?" tanyanya dengan wajah datar.

"Kan, dulu lo bilang kalo mau anter jemput gue pas sekolah," jawab Bintang.

Elang membuang muka. Dia berdecih. "Itu dulu. Bukan sekarang," tegasnya.

Bintang menatap takut cowok itu. "Kenapa?" cicitnya.

"Lo dari tadi kenapa, kenapa mulu. Ya karena gue bukan siapa-siapa lo lagi, Bintang," ujar Elang penuh penekanan.

Bintang berdecih. Ada guratan kecewa dalam wajahnya. "Bukan siapa-siapa ya?" Bahkan, Elang telah melupakan hubungannya. Pikir gadis itu.

Elang berdiri mendekati gadis itu. "Pergi!"

Bintang terperanjat mendengar bentakan Elang tepat di sampingnya. "Gak," balasnya.

"Gue bilang pergi, ya pergi," Elang nampak menahan gemuruh amarahnya. "Kenapa sih, lo masih aja deket sama gue?"

"Karena gue masih pacar lo. Karena gue masih sayang sama cowok keras kepala kaya' lo Lang," jawab Bintang pelan namun penuh nada penekanan.

"Gue gak butuh omong kosong lo, Bintang. Pergi sekarang juga dari hadapan gue!" Elang menggertakkan giginya.

Bintang nampak ragu-ragu untuk meninggalkan tempat itu. Dia masih berharap Elangnya kembali. Tapi, apa? Elang masih bersikukuh dalam pendiriannya untuk menjauhi gadis itu.

"Lo mau bikin gue makin benci sama lo, Lang? Sorry. Bahkan buat marah sama lo aja gue gak bisa lama-lama. Apalagi buat benci sama lo. Gue emang kecewa, Lang. Tapi rasa sayang gue ke lo, sama cowok yang berhasil bikin gue tertarik dalam sekali ketemu, sama cowok yang dengan mudahnya jadiin gue pacar dalam waktu kenal masih beberapa minggu, melebihi apapun yang lo perbuat saat ini ke gue." Bintang mendongakkan kepala, menatap Elang yang juga menatapnya.

Love In Galaxy (End)Where stories live. Discover now