22.ll Regulus

Começar do início
                                    

"Mbul,"

"Hmm." Bulan hanya menggumam.

"Uang kas ekstra udah banyak, kan? Soalnya, wisuda kakak kelas tahun ini bakal ngadain acara band gede-gedean," ujar Angkasa mulai serius.

"Eh, uang khas? Udah kok. Kalo gak salah udah 2 juta kemarin pas gue hitung."

"Lo mau ke mana setelah ini?" tanya Angkasa tiba-tiba.

"Gak tau. Paling ke kelas aja. Gue bosen dari tadi. Masa' ditinggal Bintang pacaran mulu. Gue kan jadi gak ada temennya," gerutunya ketika mengingat Bintang sudah tidak sering bersamanya lagi semenjak berpacaran dengan Elang. Pacaran mengubah segalanya.

"Makanya, jangan jomblo! Ditinggal temennya pacaran jadi sendirian, kan?" ujar Angkasa tertawa meledek.

"Lo sendiri juga jomblo," cerca gadis itu membuat Angkasa tersenyum.

"Gue jomblo ada alasan," balas Angkasa setelahnya.

Bulan menatap Angkasa. "Gue juga ada alasan," timpalnya.

"Lo mau ikut gue?" tanya Angkasa tiba-tiba.

"Ke mana?"

"Ke mana aja, asal gak ke luar planet." Angkasa menjawab ringan.

"Gue serius."

"Gue lebih dari serius," balas Angkasa.

"Jangan serius-serius, ntar dikhianatin susah lupainnya." Bulan tertawa setelah berujar seperti itu.

Angkasa berdecak. Dia menoyor kepala Bulan yang tentunya membuat gadis itu mengerucut sebal. "Gue udah serius, lo yang berubah bercanda."

"Suka-suka."

"Kok lo jadi makin nyebelin gini, sih?" tanya Angkasa.

"Ngaca!" Bulan semakin gencar membuat Angkasa tersulut.

Setelah mereka sama-sama diam, Angkasa menarik tangan Bulan. Membawa gadis itu ke suatu tempat.

Bulan termangu melihat pegangan di tangannya. Angkasa memang menyebalkan. Angkasa memang tidak pernah serius dengan perasaan. Tapi, Angkasa juga yang berhasil meluluhkan hatinya. Angkasa yang berhasil membuatnya terbang dan terhempas dalam waktu bersamaan.

Bulan melepas cekalan tangan Angkasa. Gadis itu berubah mengayunkan tangannya beriringan dengan langkah kakinya. Tidak sengaja, ayunan tangan Bulan bertubrukan dengan tangan Angkasa tanpa gadis itu sadari. Karena memang mereka berjalan bersandingan.

"Lo ngapain kaya' gitu?" Tiba-tiba Angkasa bertanya demikian.

"Kenapa?"

"Pake sentuh-sentuh tangan gue segala. Kalo pengen pegang yang pegang aja, sih! Gak usah pake kode-kode!" ujar Angkasa membuat Bulan semakin bingung.

"Emangnya gue kenapa sih, Sa?"

Tanpa menjawab, Angkasa menyatukan sela jari kirinya dengan sela jari kanan Bulan. Hal itu membuat Bulan mematung. Gadis itu meneguk ludah menahan kegugupannya. Meskipun Angkasa selalu terbiasa, tapi dia tidak bisa untuk biasa saja.

Love In Galaxy (End)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora