Bagian 47

656 34 3
                                    

PS: jangan jadi pembaca gelap

Selamat membaca

"Bell angkat telponnya berisik!" Kesal Kevan. Karen acara nonton tv nya cukup terganggu oleh deringan ponsel Ratu yang tidak mau diam.

"Diem dan seolah-olah gak denger bisa?" cibir Ratu. Sang penelepon yang membuat Ratu malas mengangkatnya, jika bukan Raja yang menghubunginya pasti sudah ia angkat dari tadi.

"Berisik sana ke kamar aja," usir Kevan dengan tatapan tidak beralih dari layar tv.

"Oh ngusir nih? Oke Bella aduin Bunda!" Ratu menatap sengit Kevan. Seolah-olah adalah musuh abadinya, lalu berdiri dari sofa berniat ke kamar saja di banding cekcok dengan Kevan.

"Mampus gue!"

Saat Ratu di pertengahan tangga ia di buat kesal lagi oleh suara Kevan yang menyuruhnya berhenti.

"Apa!"

"Galak bener,"

"Lagi ada masalah sama Raja? Kok sekarang Raja udah gak suka main kesini lagi?" tanya Kevan mampu membuat jantung Ratu berdetak tak karuan. Pertanyaan yang cukup sensitif untuk hati dan jantungnya, Ratu segera mengubah ekspresinya dan bersikap setenang mungkin.

"Tau gak ttangga depan mati gara-gara kepo sama urusan orang. Nah awas Bang lo pantau in aja ya takut gak ada yang tau nanti," kata Ratu dengan nada yang di buat seserius mungkin.

"Sialan!"

****

"Kamu ini bisanya bikin keluarga malu saja!! " Seru seorang laki-laki berumur di barengi tangan yang mendaratkan sebuah tamparan cukup keras hingga menimbulkan suara.

"Maafin aku Pah, aku janji gak bakal lakuin ini lagi," isak Athaya dengan memegangi pipinya yang terasa panas.

"Pah. Mah aku minta maaf," mohon Athaya yang sudah banjir air mata.

"Kesalahan kamu itu gak bisa di maafin Athaya. Kami saja tidak pernah mendidik kamu untuk menjadi wanita malam hanya demi uang jajan!!" kata Inggit-Mamah Athaya menahan emosi.

"Urusan dengan keluarga Agra saja kita belum selesai, dan sekarang kamu melakukan masalah lagi? Mau pindah kemana lagi kita. Uang Papah udah minim buat kita pindah." Diko duduk di sofa dengan dada yang kembang kempis. Menunduk guna meredakan rasa yang yang ingin di keluarkan dari dirinya tetapi dapat menimbulkan masalah.

"Mamah kecewa sama kamu Athaya," lirih Inggit yang ikut duduk di sebelah Diko. Mengusap pelan pundak Diko.

Hening

Suasan berubah menjadi hening. Athaya yang sedang terisak dengan memegang pipih nya. Inggit dan Diko yang sedang bergelut dengan pikiran masing-masing tentang bagaimana kelanjutan hidup kedepanya, masalah yang di Bandung saja belum mereka selesai kan dan sekarang Athaya malah menambah nya lagi, itu membuat Inggit dan Diko tambah pikiran.

"Lo yakin dengan lo minta maaf bakal bisa balikin keluarga lo hidup kaya dulu?" seorang laki-laki dengan suara beratnya ikut mengisi argumen di ruangan yang tadinya hening hanya terdengar suara isakan Athaya yang tertahan.

 DOUBLE R [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang