Bagian 30

1.5K 38 3
                                    

Happy reading

Sekolahan memulangkan semua siswa-siswi lebih awal. Guru-guru akan mengadakan rapat untuk acara sekolah nanti yang belum tau apa. Semua guru mengikuti rapat dan otomatis akan terjadi jam kos, maka dari itu para siswa-siswi di pulang kan.

Terlihat jelas tampang bahagia dari wajah siswa-siswi, tetapi, tidak untuk Ratu. Yora dan Ana entah kemana, ponselnya mati kehabisan baterai, tidak ada cara untuk bisa menghubungi supir rumah agar menjemputnya sekarang. Lalu bagaimana Ratu pulang, lututnya masih mengeluarkan rasa nyeri, dan sedikit susah untuk di ajak berjalan. Meskipun jarak antara sekolah dan rumah dekat, Ratu tetap tidak bisa menempuhnya, karena lututnya yang sedikit susah untuk di ajak bergerak.

Lengkap sudah penderitaanya jika seperti ini. Ratu ingin menangis saja saat ini, ingatkan Ratu untuk membalas perbuatan Yora dan Ana yang tega-teganya meninggalkannya di keadaan seperti ini.

"Ayoo dong lutut kuat berjalan sampe halte aja pliss biar bisa pulang." Lirih gadis itu sambil menatap lutut yang di perban tadi saat di UKS. Di pelupuknya sudah banjir air mata tetapi sebisa mungkin Ratu menahannya agar tidak menetes.

"Hiks..." Ratu mengusap sudut matanya dengan kasar karna air yang sedari tadi Ratu bendung dengan lancarnya meluncur begitu saja di wajahnya.

"Lo kuat Bella! katanya mau mandiri, hiks.. masa luka segini aja nangis." Isak gadis itu seraya memaksakan berjalan.

Dengan susah payah Ratu berjalan menuju halte, dan beruntungnya halte tengah sepi. Ratu tidak susah-susah untuk mencari duduk dan berdesak-desakan dengan siswa-siswi lainya. Ratu duduk di halte dengan perlahan, mengusap air matanya yang terus keluar, Ratu sangat membenci dirinya yang cengeng.

Ratu menunduk dalam, menyembunyikan wajahnya yang banjir air mata.

Samar-samar pendengaran Ratu menangkap suara motor yang mulai mendekatinya. Ratu tidak mau tau dan masih sibuk dengan air matanya, tidak ada niatan untuk melihat siapa seseorang itu.

"Kenapa belum pulang?" suara seseorang yang sangat Ratu kenali mengeluarkan suara. Gadis itu menggelengkan kepalanya.

"Kalo ada orang ngomong itu di tatap, bukan nunduk gak sopan," ujar Raja membuat Ratu perlahan mendongakkan kepalanya. Menatap tajam Raja.

"Udah sana pulang," usir Ratu terang-terangan.

"Lo nangis?" Raja turun dari motornya saat itu juga.

"Gak." ketus gadis itu membuang pandangan.

"Cengeng,"

"Tau gak usah di perjelas!" sentak Ratu sedikit kesal.

"Ayo gue antar pulang," seru Raja menghampiri Ratu. Raja mengulurkan tangannya yang tidak di respon sama sekali oleh gadis itu.

"Ayoo pulang, sekolah udah sepi lo mau sampe kapan disini," ujar Raja memelankan suaranya, bahkan laki-laki itu mengubahnya sedikit lembut.

"Mau gue paksa atau naik sendiri?" ujar Raja seraya memperhatikan kondisi Ratu.

"Sakit," isak gadis itu membuat Raja kembali mendekat, duduk di samping Ratu yang bahunya bergetar hebat.

"Mana yang sakit?" tanya Raja cepat.

"Lutut nya sakit, hiks nyeri banget," lirih Ratu seraya mengelap air matanya yang masih mengalir dengan derasnya.

"Bisa jalan?" tanya Raja menatap lutut gadis itu yang di perban. Perempuan itu menggeleng membuat Raja diam.

Raja berdiri dari duduknya, Ratu memperhatikan setiap pergerakan laki-laki itu. "Berdiri." Ujar laki-laki itu seraya mengulurkan kembali tanganya.

 DOUBLE R [COMPLETED]Where stories live. Discover now