Bagian 29

1.6K 44 4
                                    

PS: jangan jadi pembaca gelap yee

Raja, Rafael dan Randi hari ini tengah nongkrong di cafe biasanya mereka berkumpul. Hanya sekedar bertemu saja, dan Raja pun menggunakan ini untuk bercerita kepada Rafael dan Randi mengenai Athaya ia yang bertemu Athaya, dan mengenai pernyataannya kepada Ratu.

Rafael dan Randi belum mengetahui ini semua. Raja pun belum menceritakannya, belum siap yang Raja rasanya saat ini menceritakan semua yang Raja putuskan mengenai Ratu. Dan malam ini Raja berniat akan memberitahu semuanya sekaligus meminta masukan dari keduanya.

Sebut saja sesi curhat. Dan para cowo tidak akan pernah menyebutkan nama tadi saat akan menceritakan hal apapun yang bertujuan meminta saran kepada temanya. Entah apa namanya menurut para cowo.

Gimana cowok-cowok? Eh cowok pada baca wp ga si?

Raja, Rafael dan Randi hanya memesan minuman dan beberapa cemilan saja, tidak ada yang memesan makanan berat. Ketiganya disibukan dengan ponsel masing-masing, Raja mengadahkan kepalanya, menatap Rafa dan Randi yang masih fokus dengan kegiatan masing-masing.

Raja berdeham pelan, berniat agar fokus keduanya teralihkan kepadanya. Hingga cara itu berhasil, dan keduanya kini dengan tatapan serempak menatap Raja.

"Gue mau ngomong serta minta pendapat lo berdua,"

"Ngomong aja." Sahut Randi seraya menaruh ponselnya di meja sekaligus menyeruput minumannya. Rafael juga menaruh ponselnya, dan kini fokus kepada Raja.

"Kemarin Aya kirim pesan. Dia minta ketemu, kita sepakat ketemu di cafe biasa."

Cerita Raja terus mengalir dengan lancarnya. Raja menceritakan semuanya, bahkan mengenai pernyataan Athaya yang meminta kembali. Tak lupa Raja juga menceritakan tujuannya yang akan mendekati Ratu untuk menggantikan posisi Athaya di hidupnya, dan meminta saran apakah yang Raja lakukan benar atau tidak.

"Terus keputusan lo apa?" tanya Rafael setelah Raja menyelesaikan bicaranya. Laki-laki itu menggeleng.

"Gue, bingung. Respon apa yang harus gue berikan sama Aya, ini gak gampang," desis Raja pelan. Pria itu meraup wajahnya sedikit kasar.

"Hati. Ikuti apa kata hati lo, Ja. Jangan pake logika, ini bukan saatnya dia main peran, ini bagiannya hati." ujar Randi bijak seraya menatap dalam Raja.

"Gue bingung Ran. Hati gue seolah-olah kaya mati, dia bisu sampai saat ini," ucap Raja pelan.

"Hati lo mulai berperan lagi, Ja. Hati lo milih Ratu, entah ini pelampiasan atau memang hati lo udah mulai membiarkan orang lain masuk," ujar Rafael ikut menimpali.

"Lagi. Gue melihat Ratu yang mirip banget sama Aya, gue lihat Ratu sebagai Athaya bukan Ratu yang sebenarnya," lirih laki-laki itu gamang.

"Salah, gak seharusnya lo lihat Ratu kaya gitu, dia bakal sakit hati kalo tau itu yang lo tangkap dari Ratu."

Yang di katakan keduanya memang sepenuh benar, kali ini Raja tidak bisa merespon lagi, Raja selalu lemah dalam masalah asmra. Ahh pusing sekali berurusan dengan yang namanya asmara, lagi pula Raja kikuk juga memulai pendekatan dengan Ratu setelah sekian lama tidak lagi berurusan dengan yang namanya cinta ini, lantas bagaimana jika sudah seperti ini.

Haruskah mundur atau maju?

"Gue.... sebenarnya masih cinta sama Aya, lantas Ratu? Gue liat Ratu sebagai Aya, bukan Ratu yang sebenarnya." Lirih Raja pelan, bahkan kedua temannya tidak mendengar apa yang Raja ucapkan.

Egois? Memang. Raja memang egois, niatnya hanya ingin keluar dari zona ini, tetapi malah menyakiti hati orang lain. Kadang tanpa sadar kita bahagia pasti ada yang orang merelakan kebahagiaan itu untuk kita, dan dengan tidak tahu dirinya malah memandang rendah seseorang itu. Lantas, harus terus berlangsung kebahagiaan itu, atau merebut paksa kembali apa yang dimiliki?

 DOUBLE R [COMPLETED]Where stories live. Discover now