Bagian 41

952 44 4
                                    

PS: jangan jadi pembaca gelap yee

Selamat membaca


Hari ini, minggu. Tepatnya tujuh hari berlalu setelah insiden ia memutuskan hubungannya dengan Raja, tujuh hari itu juga hari-harinya sangat berantakan. Dimana tujuh hari itu Ratu sedang melaksanakan ujian tengah semester, belajarnya hingga malam pun tidak membuahkan hasil apapun, pikiranya terfokuskan ke satu orang, Raja. Sudah Ratu katakan ia belum siap! Sekarang semuanya hanya membuat batinnya tertekan saja.

Besok senin adalah pembagian hasil ujian. Dan Ratu, pasrah untuk saat ini. Ia merasakan semua jawaban ujiannya tidak memuaskan, semua fokusnya di sita habis oleh manusia tidak punya perasaan itu.

Selain batin yang tertekan, fisiknya juga. Tujuh hari belakangan ini makannya tidak teratur, tentu saja itu menimbulkan tanda tanya bagi Kinan. Badanya yang tadinya cukup berisi kini malah semakin mengecil, pipinya yang semula cubby juga malah menjadi sedikit tirus, tidak ada semangat dalam hari-harinya juga.

Hampa.

Hanya itu yang Ratu rasakan akhir-akhir ini. Tidak ada penyemangatnya lagi, tidak ada tujuan ia setiap pagi cepat-cepat untuk bangun pagi hanya untuk mengecek apakah Raja masih berada di dunia ini. Semuanya hilang, arrgh!! Kenapa sekarang jadi dirinya yang tersiksa disini, seharusnya sekarang Ratu happy-happy saja. Ini keputusannya!!

"Bella?"

Hening.

"Sayang. Kamu lagi mandi?"

Masih tidak ada sahutan.

"Bella! Kamu di dalem kan nak?" seru seseorang dari balik pintu. Dengan wajah panik, Kinan menggedor-gedor kamar pintu Ratu dengan tidak sabar. Tidak ada sahutan dari dalam kamar membuat Kinan memikirkan hal-hal yang di luar otaknya.

Perlahan pintu berwarna pink ini terbuka. Menampilkan sang pemilik dengan penampilan urak-urakan, rambut tidak tertata rapi, wajahnya juga menjadi pucat. Kinan meringis melihat Ratu yang seperti ini, tidak ada semangat sedikitpun di diri itu. Kinan tidak tau penyebabnya apa, yang Kinan tahu, Ratu berbeda akhir-akhir ini. Sering mengurung di dalam kamar, jarang keluar kamar dan makan pun jika tidak di suruh maka Ratu tidak akan makan. Satu Rumah di buat pusing sendiri dengan Ratu yang tiba-tiba seperti ini, Kinan tidak mau terjadi sesuatu dengan anak bungsunya.

"Makan yuk, Bella dari kemarin malam belum makan loh. Sekarang malah udah sore," ucap Kinan dengan lembut. Membelai rambut Ratu yang mulai lepek dan tidak terurus.

Ratu menggeleng sebagai jawaban dengan kepal tertunduk. Lalu dengan perlahan akan menutup kembali pintunya, dengan cepat Kinan menahan pintu itu lalu memeluk Ratu dengan erat. Air matanya jatuh sudah. Sedih bukan main saat menyadari sikap Ratu yang terbilang setiap hari selalu ceria lalu tiba-tiba murung dan tertutup seperti ini.

"Cerita." lirih Kinan menatap sendu putrinya.

"Kalo Bella gini terus, Bunda akan marah sama Bella. Bunda sedih loh liat kamu jadi kaya gini," lirih Kinan. Mencoba menghentikan air matanya yang terus mengalir.

"Bella butuh sendiri Bun. Nanti malam Bella usahakan keluar deh," balas Ratu dengan senyum tipis yang menghiasi wajah pucatnya. Menghapus air mata Kinan dengan ibu jarinya dan di susul dengan senyum manis andalan Ratu guna membuat Kinan tidak sedih lagi.

"Sementara ini Bella belum bisa cerita ke Bunda. Tapi nanti kalo Bella udah siap, aku bakal cerita kok," ujar Ratu meyakinkan Bundanya yang jelas sekali menghawatirkan dirinya.

Lalu setelah mengatakan itu, Ratu kembali menutup pintu kamarnya dan menguncinya dari dalam. Tubuhnya merosot ke pintu bagaikan tidak mempunyai tenaga satu persen pun, memeluk lututnya lalu membenamkan wajahnya ke belahan kedua lututnya. Menangis sesenggukan. Menangis dalam diam memang sangat menyakitkan.

 DOUBLE R [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang